Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kafiyeh. Dari mana penutup kepala khas Palestina yang bertengger di atas kepala pemimpin Palestina Yasser Arafat ini berasal? Kain bermotif kotak hitam-putih ini biasa menyembunyikan wajah para pemuda bersenjata batu dan katapel yang menghadapi tank Israel atau melindungi hidung-mulut mereka dari gas air mata yang ditembakkan serdadu Israel.
Di pinggir Kota Hebron, Tepi Barat, berdiri sebuah bangunan tua. Di dalam ruangan lembap dan berdebu, beberapa mesin pintal tampak berderet, terbungkus jaring. Ya, pabrik kafiyeh Herbawi Textiles terlihat tidak terawat. Tapi, patut diingat, dari 120 pabrik yang tersebar di seantero Palestina, hanya pabrik ini yang tersisa kini.
"Di masa lalu, kami memang sukses. Tapi keadaan terus memburuk, hingga akhirnya tinggal dua mesin yang masih beroperasi," kata Abdul Aziz el-Taraki, pekerja di pabrik tersebut, menggambarkan industri yang surut itu, awal bulan lalu. Herbawi didirikan Yasser Herbawi pada 1961, dengan mengoperasikan dua mesin. Penjualannya meningkat ketika kafiyeh hitam putih itu menjadi simbol nasionalisme Palestina.
Dimulai dengan masa Intifadah pertama pada 1980-an, produksi Herbawi membanjiri Ramallah, Yerusalem, hingga Gaza. Pemimpin Palestina, Yasser Arafat, sukses mengangkat kafiyeh sebagai simbol perlawanan Palestina di mata dunia. "Kami dulu sampai mengoperasikan 15 mesin dan itu tidak cukup," kata El-Tariki. "Kadang kami harus bekerja 24 jam untuk memenuhi permintaan." Dalam sehari mereka memproduksi rata-rata 750 kafiyeh.
Ketika dukungan terhadap Palestina meluas, kafiyeh pun menjadi simbol solidaritas. Di berbagai belahan dunia, anak muda melilitkan kafiyeh beraneka warna di leher mereka. Kain penutup kepala ini identik dengan rebel-chic atau activist-chic. "Di mana pun, kafiyeh telah menjadi simbol perlawanan," kata anak Herbawi, Jouda, kepada Guardian.
Kafiyeh kemudian malah menjadi bagian dari fashion. "Kami perhatikan anak-anak klub mengenakannya sekitar satu setengah tahun lalu," kata direktur majalah mode Grazia, Melanie Rickey. Beberapa pesohor dunia terlihat mengenakannya, seperti David Beckham, Colin Farrel, Sting, dan Kanye West.
Namun globalisasi membawa dampak buruk bagi produsen kafiyeh di Palestina. Kafiyeh produksi Cina menggeser buatan Palestina. Orang lebih memilih kafiyeh Cina yang harganya US$ 2 daripada produk Palestina yang US$ 25.
Menghadapi situasi itu, Herbawi berbenah. Mereka membuat situs untuk mengundang pemesan dari luar negeri. Situs tersebut langsung menarik perhatian sekelompok anak muda aktivis internet di Kuwait bernama "Profesional Muda untuk Palestina". "Kami merasa harus membantu pabrik itu mendapatkan lebih banyak pembeli," kata pendiri kelompok pemuda ini, Noora Kassem, kepada BBC.
Selain membantu menjual kafiyeh di Kuwait, mereka mengupayakan agar orang-orang membeli langsung ke Herbawi. Untuk memudahkan, mereka membuat situs The Kufiyeh Project, dan akun Facebook The Last Keffiyeh.
Hasilnya lumayan. Pabrik tua tersebut mampu kembali menarik pembeli dari berbagai belahan dunia. "Banyak yang mengasosiasikannya dengan kelengkapan fashion, tapi mereka juga tertarik untuk mengetahui sejarahnya, bahwa ini pabrik terakhir, dan dari Palestina," kata Kassem.
Akun serupa bermunculan, seperti The Last Keffiyeh Factory in Palestine, dan sangat membantu penjualan ke luar negeri. Menurut Jouda Hirbawi, penjualan kafiyehnya kini naik 1.000 hingga 1.500 potong per bulan. Kebanyakan pesanan dari Amerika dan Eropa.
Ajakan membeli kafiyeh Palestina terus dikumandangkan. "Mereka harus menyadari bahwa ini bukan sekadar pernyataan fashion atau aksesori, tapi sangat terkait dengan isu kemanusiaan," kata salah satu pembuat The Last Keffiyeh, Siham Nuseibeh, kepada The New York World, tahun lalu. "Kalau mereka ingin membantu, mereka harus memikirkan ke mana uangnya mengalir."
Purwani Diyah Prabandari (BBC, The New York World, Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo