Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=arial size=1 color=#ff9900>Rusia</font><br />Saatnya Berpaling dari Putin

Putin mulai ditinggalkan pengikutnya di kelas menengah. Kebijakan perpajakan dan masalah korupsi dianggap biang keladi kekecewaan.

19 Desember 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alan Gatsunaev, 30 tahun, tak pernah membayangkan menjadi peserta protes menuntut pengusutan dugaan kecurangan pemilihan umum pada Senin dan Selasa dua pekan lalu. Bersama ribuan pendukung oposisi, ia kecewa terhadap hasil pemilihan legislatif yang memenangkan Partai Rusia Bersatu, pendukung Perdana Menteri Vladimir Putin. "Saya mulai berpikir cukup sudah untuk Putin," katanya, lalu menyeruput teh di sebuah kafe di Moskow.

Penampilannya tak seperti layaknya pengunjuk rasa. Ia mengenakan pakaian perlente warna abu-abu, dengan rambut pendek yang sedikit klimis. Gatsunaev adalah konsultan real estate sukses. Kebiasaannya tiap akhir pekan: minum koktail di klub malam kelas atas Moskow. Ia bagian dari mereka yang diuntungkan oleh pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Vladimir Putin selama satu dekade terakhir.

Dukungannya kepada Putin itu perlahan mengendur setelah Putin mengumumkan rencana maju dalam pemilihan presiden pada September lalu. Ini ketiga kalinya Putin akan menduduki kursi kepresidenan. Pada pemilu sebelumnya, ia merupakan pilihan bagi Gatsunaev. Kelompok menengah merasa jenuh dengan Putin. Kini Gatsunaev memilih Partai Yabloko, yang mengusung paham liberal.

Rusia Bersatu menang dalam pemilihan majelis rendah dengan 49,5 persen suara. Kemenangan ini tidak sesukses pemilihan 2007, ketika partai menyapu 64,3 persen suara, yang menjadikannya mayoritas dalam parlemen. Kini hanya 238 dari 450 kursi parlemen yang diraih. Hampir di semua daerah pemilihan, perolehan suara Rusia Bersatu merosot tajam. Bahkan di kota besar, seperti Moskow, turun lebih dari 25 persen suara.

Oposisi menuding kemenangan partai penguasa dibumbui oleh kecurangan dan tekanan. Misalnya tekanan kepada organisasi nonpemerintah (lembaga swadaya masyarakat), pengusiran pemantau, pembatasan partai yang ikut pemilu, penyensoran media, dan mobilisasi massa. Luapan ketidakpuasan itu ramai di Internet dan jejaring sosial. "Di Internet, Anda benar-benar dapat melihat telah dibohongi, dan mereka kehilangan kesabaran," kata Gatsunaev.

Simon Quijano-Evans, ahli ekonomi, mengatakan gerakan itu diprakarsai oleh kelas menengah. Ia menyebutkan masalah pungutan flat dan peningkatan pajak penghasilan progresif menjadi alasan kekecewaan. Putin memperkenalkan pajak flat 13 persen ke sejumlah sektor. Kehidupan kelas pekerja lebih buruk dalam beberapa tahun terakhir. Harga meroket, sementara upah stagnan dan angka pengangguran tetap tinggi. Ini dianggap menimbulkan kesenjangan kelas atas, menengah, dan bawah. Kelompok menengah merasa ini tidak adil.

Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan mengingatkan perlunya modernisasi perekonomian. "Lingkungan bisnis masih cacat untuk ekonomi Rusia," begitu pernyataan organisasi itu. Muncul desakan agar negara memotong birokrasi, mempercepat privatisasi perusahaan negara, serta memberi kemudahan aturan yang membatasi investasi asing dan rezim perdagangan luar negeri. Selain itu, mengurangi keterlibatan negara terlalu jauh dalam perekonomian, melawan tingginya tingkat korupsi, transparan, dan memperkuat aturan hukum.

Pusat penelitian strategis milik pemerintah memprediksi kelas menengah tumbuh dari 20 persen dari populasi sekarang menjadi 40 persen pada 2020—jika ekonomi tumbuh 5 persen setiap tahun. Dalam sebuah laporan bulan lalu, pusat penelitian mengatakan kelas menengah akan menjadi kekuatan pendorong bagi transformasi politik di Rusia. Putin resah dengan adanya laporan itu.

Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan sang perdana menteri telah berusaha menggaet pemilih kelas menengah melalui Front Rakyat, gerakan yang dibuat untuk merayu kelas menengah menduduki parlemen. Tentu saja dengan menggunakan tiket Partai Rusia Bersatu, meski bukan anggota partai. "Mereka akan menjadi representasi yang sangat serius di parlemen melalui Front Rakyat," kata Peskov.

Soal kekecewaan kelas menengah, Peskov mengatakan Putin menyiapkan tawaran yang menarik menjelang pemilihan presiden. Istilahnya, Putin versi 2.0 tentu yang mengakomodasi semua keluhan dan dibentuk sebulan sebelum pemilihan. "Ini mungkin sedikit terlambat untuk pemilih kelas menengah," katanya.

Mikhail Prokhorov, miliuner Rusia, menantang Putin dalam pemilihan pada 2012. Prokhorov belum kuat secara politik tapi dianggap alternatif. Kiprahnya di kancah politik Rusia tidak lebih dari enam bulan. Ia sempat menduduki jabatan pemimpin di partai liberal, Right Cause. Saat kongres pada September lalu, ia mundur setelah berselisih dengan arsitek politik Kremlin, Vladislav Surkov.

Prokhorov siap "berperang". Ia mulai mendekati kelas menengah. Ia bahkan sudah menyiapkan waktu untuk bergabung dengan aksi protes pada 24 Desember mendatang demi menarik simpati. Dukungan juga mulai mengalir ke laman Facebook Prokhorov. Saluran televisi di Rusia menjadikan deklarasi Prokhorov sebagai berita terpopuler. "Basis dukungan saya adalah kelas menengah dalam arti seluas mungkin," katanya.

Persaingan memanas. Putin mulai menerapkan tekanan kepada media yang menulis buruk tentang dirinya. Manajer senior dan editor majalah Kommersant Vlast diberhentikan oleh pemiliknya, Alisher Usmanov. Kommersant merupakan media tertua dan tersohor di Rusia dengan pembaca kalangan menengah. Mereka dianggap melanggar kode etik setelah memajang gambar Putin dengan wajah tegang menatap kotak suara dengan tulisan "Putin mundur". Beberapa tulisan juga mengkritik pelaksanaan pemilu. Inilah yang membuat penguasa berang.

Keinginan Prokhorov membeli Kommersant ditolak mentah-mentah oleh sang pemilik. Tidak diketahui berapa tawaran yang diajukan. Usmanov membeli Kommersant dengan harga US$ 200 juta pada 2006. Kini media itu telah berkembang, merambah radio dan televisi. "Kami tidak menerima tawaran dan kami tidak akan menjualnya," Usmanov menegaskan. Oposisi menilai langkah Prokhorov ke kursi presiden hanya ingin meredakan protes. Ia dianggap berada di belakang Kremlin, yang ingin melanjutkan rezim Putin.

Eko Ari (AP, Reuters, The Independent, The New York Times, CNBC)


Si Jangkung Penantang Putin

Mikhail Prokhorov telah menyampaikan keinginannya maju sebagai calon presiden pada Senin pekan lalu. Jangan anggap remeh pria 46 tahun ini meski namanya masih asing di dunia politik Rusia. Prokhorov tercatat sebagai orang terkaya nomor tiga di Rusia versi majalah Forbes. Kekayaannya mencapai US$ 18 miliar (sekitar Rp 162 triliun). "Ini mungkin keputusan yang paling serius dalam hidup saya," katanya.

Prokhorov adalah pendiri dan pemegang saham grup ONEXIM. Perusahaan itu bergerak di bidang industri keuangan, media, dan teknologi dengan pertambangan emas dan nikel sebagai inti bisnisnya. Perusahaan raksasa aluminium Rusal dan produsen emas terbesar, Polyus Gold Rusia, juga dimilikinya. Ayahnya bekerja di Komite Olahraga Soviet dan ibunya adalah seorang ilmuwan.

Di Institut Keuangan Moskow, Prokhorov menimba ilmu. Ia mengawali karier sebagai Direktur Utama Bank ONEXIM. Pada 1990-an, Bank ONEXIM berhasil membeli sebagian saham perusahaan Norilsk Nickel. Bisnisnya makin moncer setelah terbentuknya Grup ONEXIM pada 2007.

Pada 2010, ia membeli saham mayoritas di New Jersey Nets, tim yang bermain di Asosiasi Bola Basket Amerika Serikat. Di laman pribadinya, Prokhorov tertarik kepada bola basket, yang didukung oleh fisiknya yang tinggi (2 meter). Ia dijuluki si Jangkung Jerapah.

Pada Juni 2011, dunia politik Rusia mulai ditapaki Prokhorov, menjadi pemimpin partai liberal, Right Cause. Menjelang pemilihan parlemen, kariernya di politik terhenti setelah berseteru dengan Kremlin. Ia menuduh arsitek politik Kremlin, Vladislav Surkov, menggerakkan partai untuk kepentingannya.

Meski dianggap calon presiden alternatif, Prokhorov bukan tanpa cacat. Pada Januari 2007, ia ditangkap karena dituduh menjadi bos industri pelacuran di sebuah pesta di resor Courchevel Alpen, Prancis. Kasus ini kemudian dihentikan dan namanya dibersihkan. Kasus itu membuat saham Norilsk Nickel anjlok besar-besaran. "Ini adalah bagian dari bisnis apa pun untuk menjadi sukses. Keajaiban akan terjadi," katanya. 

Eko Ari (BBC, Reuters, Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus