Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=arial size=2 color=brown>George Galloway:</font><br />Solusi Palestina Seperti Solusi Apartheid

4 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menjadi satu-satunya pembicara dari Eropa, George Galloway tampil memukau di Konferensi Komunitas Asia-Pasifik untuk Palestina pekan lalu. Konferensi ini diselenggarakan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina dan Kaukus Parlemen Indonesia untuk Palestina di Jakarta Convention Center. Pembicara lain datang dari Asia, Timur Tengah, dan Afrika Utara.

Palestina memang lekat dengan ­George Galloway. Hampir dua pertiga hidup mantan anggota parlemen Inggris ini didedikasikan untuk mendukung dan membantu perjuangan rakyat Palestina. Ketika rakyat Jalur Gaza menderita akibat blokade Israel, dia membentuk organisasi Viva Palestina di Inggris dua tahun silam. Sebulan kemudian, ia memimpin konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza. Konvoi bantuan ini berlanjut dan pesertanya terus meluas hingga Asia dan Amerika. Saat ini, konvoi bantuan internasional kelima sedang dalam perjalanan ke Gaza, meski menghadapi beragam rintangan.

Sebelum menaruh perhatian pada Palestina, pria 57 tahun ini menjadi aktivis antiapartheid di Afrika Selatan. Wakil Presiden Stop the War Coalition ini juga menentang serbuan pasukan Amerika dan sekutunya ke Irak. Galloway juga menolak campur tangan militer di Afganistan. Sikapnya itu membuat dia menuai kecaman, bahkan fitnah bahwa dia mendapat dana dari rezim Saddam Hussein dan Muammar Qadhafi.

Di sela konferensi, Galloway menerima Purwani Diyah Prabandari dari Tempo dan menjelaskan pandangannya tentang masalah Palestina.

Apa pendapat Anda tentang langkah Palestina mendapatkan pengakuan dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa, September mendatang, karena perundingan dengan Israel mengalami kebuntuan?

Saya tak percaya Israel akan memberikan keadilan sampai ada perubahan keseimbangan kekuatan di dunia yang membuat negara itu tak lagi memiliki pilihan. Saya pernah menjadi aktivis perjuangan melawan apartheid di Afrika Selatan. Pemukim di Afrika Selatan menghentikan kebijakan apartheid bukan karena mereka ingin menghentikannya, melainkan karena memang hal itu tak bisa lagi dipertahankan.

Mengapa?

Karena konfigurasi kekuatan ­dunia telah berubah luar biasa terhadap apartheid. Ada boikot internasional, penarikan investasi, dan isolasi total. Bersamaan dengan itu, ada perlawanan di dalam Afrika Selatan, termasuk dengan perjuangan bersenjata, yang juga melibatkan politik boikot besar-besaran, demonstrasi, non-kerja sama, dan pembangkangan. Apartheid ambruk karena hal tersebut.

Jadi Anda tidak mendukung solusi dua negara, yaitu Palestina dan Israel?

Tidak. Saya tidak percaya solusi dua negara.

Apa solusi yang adil di Palestina?

Satu-satunya solusi yang demokratis adalah sama seperti solusi apartheid di Afrika Selatan. Ada satu negara, Israel-Palestina atau Palestina-Israel, tempat semua warga Yahudi, Islam, dan Nasrani bisa hidup sebagai warga negara yang sederajat sesuai dengan hukum, dengan semua pengungsi Palestina bisa kembali ke rumah mereka.

Apakah solusi itu realistis?

Kalau saya bilang pada November tahun lalu bahwa dalam tujuh bulan semua diktator Arab akan jatuh atau dalam proses kejatuhan, Anda pasti berpikir saya gila. Bila saya bilang pada 1989 bahwa komunis akan ambruk di Moskow, Anda akan berpikir saya gila. Tapi itulah yang terjadi.

Ada tudingan, Anda pernah mendapat dana dari Muammar Qadhafi dan Saddam Hussein?

Tidak. Kami tak pernah menerima satu sen pun dari Qadhafi. Yayasan Qadhafi mengirim 100 truk ke Gaza dalam konvoi kami. Tapi bukan Qadhafi memberi kami sesuatu. Truk-truk tersebut ke Gaza.

Dari rezim Saddam Hussein?

Saddam Hussein adalah diktator Irak selama beberapa dekade ketika Inggris dan Amerika memberinya dukungan senjata dan diplomatik. Dan saya orang yang menentangnya. Tapi, kalau Anda bertanya apakah saya berada di pihak Irak melawan sanksi dan perang terhadap imperialis, jelas ya. Namun mereka tak pernah memberi kami uang satu sen pun.

Konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza mendapat banyak rintangan. Apa yang akan dilakukan untuk membuatnya selamat sampai Gaza?

Sekarang ini kapal-kapal lebih sulit masuk karena Israel menyatakan akan membunuh. Ini memperjelas bahwa pembunuhan tahun lalu bukan perkecualian. Dan tekanan yang begitu besar terus berdatangan. Misalnya, Turki menarik diri dari konvoi. Pemerintah Yunani menolak mengizinkan kapal meninggalkan Athena. Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton memperingatkan peserta dari Amerika. Jadi sangat sulit.

Lalu apa yang akan dilakukan?

Menunggu dan lihat apa yang akan terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus