Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI atas podium, Datuk Seri Chua Soi Lek tampak ibarat setumpuk kain buruk. ”Sayalah lelaki yang ada dalam rekaman itu,” kata sang Menteri Kesehatan Malaysia. ”Perempuan itu teman pribadi.” Penduduk Malaysia pun gaduhlah ketika membaca pengakuan Chua di halaman muka koran dan tayangan televisyen, Selasa pekan lalu.
Rekaman video yang beredar di Negara Bagian Johor, negeri asal Chua, selama sepekan sebelumnya, mempertontonkan ayah tiga anak itu sedang berjimak dengan seorang perempuan berusia sekitar 30 tahun di kamar hotel. Chua minta maaf kepada anak, istri, dan pendukungnya. Tapi ia ngotot tak akan mundur dari jabatan.
Ternyata pengakuan dan permintaan maaf Chua tak dianggap cukup. Hasil jajak pendapat yang dipublikasikan koran berbahasa Cina menyatakan, 99 persen responden memaksa Chua mundur. Koran lain menghasilkan angka yang sama. ”Sebagai seorang politikus papan atas, Anda tak dapat terus di puncak kekuasaan ketika Anda terlihat telanjang,” ujar analis politik Ooi Kee Beng.
Maka, esoknya, Chua kembali berdiri di depan kerumunan wartawan di kantor Kementerian Kesehatan. Ia menyatakan mundur dari semua jabatan publik: Menteri Kesehatan, anggota parlemen di Johor, dan Wakil Presiden Asosiasi Cina Malaysia (MCA). Inilah partai terbesar kedua setelah UMNO, dan merupakan salah satu partai dalam koalisi partai pemerintah (Barisan Nasional) yang dipimpin Perdana Menteri Abdullah Badawi.
Rekaman video yang laris-manis itu dikemas dalam dua piring cakram. Satu rekaman berdurasi 56 menit, memuat rekaman adegan panas pasangan itu dari empat sudut kamera yang berbeda. Satu rekaman lagi berdurasi 44 menit, berasal dari satu kamera yang mengarah ke atas tempat tidur. Menurut kantor berita Bernama, rekaman itu diduga dipetik dari jaringan kamera pemantau yang dilakukan dua tahun lalu. Abdullah Badawi mengaku kaget. Tapi, ”Saya rasa keputusan yang pantas telah ia ambil,” katanya, merujuk keputusan akhir Chua.
Sebetulnya, skandal seks di kalangan politikus Malaysia jamak belaka. Sejumlah anggota partai pemerintah, UMNO, beberapa tahun belakangan ini dipaksa mundur gara-gara skandal seks. Karena itu, ”Saya bukan yang pertama, dan saya bukan yang terakhir,” ujar Datuk Chua, yang rajin mengkampanyekan kondom gratis untuk mengurangi penyebaran HIV.
Toh, Abdullah Badawi berang, meski ia menganggap kasus ini tak akan mempengaruhi Barisan Nasional dalam pemilihan umum, pertengahan tahun ini. Abdullah menganggap penyebaran rekaman video itu serangan terhadap masalah pribadi. ”Polisi akan melakukan penyelidikan,” katanya.
Gantian kini kantor polisi yang riuh gaduh. Polisi di Batu Pahat, Johor, menggelar operasi besar-besaran untuk membekuk orang yang terlibat dalam penyebaran dan yang memiliki rekaman video sang Datuk. Kepala polisi Mohammad Nasir Ramli bertekad akan melakukan pencarian dari pintu ke pintu, untuk menangkap siapa saja yang memiliki video esek-esek itu.
Jika tertangkap, pemilik rekaman akan didakwa pasal pidana dengan hukuman tiga tahun penjara dan denda. ”Kami minta orang yang memiliki rekaman video itu menyerahkannya ke polisi, daripada menghadapi risiko diseret ke pengadilan,” Mohammad Nasir menyergah.
Menurut Nasir, rekaman cabul Datuk Seri Chua pertama kali beredar di kotanya secara terbatas, dilakukan orang tertentu, tapi kemudian digandakan dan dijual di toko-toko. Bahkan ada yang diletakkan begitu saja di beberapa tempat umum dengan tujuan dipungut orang. Tak aneh jika muncul dugaan motif politik di balik heboh rekaman ini. ”Sudah bukan rahasia lagi ada cekcok dalam Asoasiasi Cina Malaysia,” ujar Lim Guan Eng, sekjen partai oposisi, Partai Aksi Demokratik.
Ancaman polisi memang membuat video tak senonoh itu raib dari toko dan jalanan di Johor. Akibatnya, ada orang yang rela membayar 50 ringgit (sekitar Rp 140 ribu) untuk satu video. ”Saya ingin melihat perempuan yang mengakibatkan geger politik itu,” kata Ahmad Hamid, sopir taksi. Perdana Menteri Abdullah Badawi sendiri konon tak berhasrat menonton rekaman menteri paling senior di kabinetnya itu. ”Tak ada alasan bagi saya menontonnya, karena orang yang terlibat telah membuat pernyataan jelas,” ujar Pak Lah. Betullah.
Raihul Fadjri (The Star, BBC, AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo