Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=verdana size=1>Iran</font><br />Vonis Mata-mata Miss Dakota

Wartawan Amerika Serikat di Iran dituding terlibat kegiatan spionase. Hubungan Iran dengan Amerika memanas.

27 April 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak Selasa pekan lalu, pohon-pohon di Fargo, North Dakota, Amerika Serikat, berikat pita kuning, simbol penantian terhadap seseorang. Seperti lirik lagu Tie a Yellow Ribbon Round the Ole Oak Tree yang dipopulerkan Dawn dan Tony Orlando pada 1970-an, warga Fargo memang sedang mengharapkan seseorang pulang: Roxana Saberi.

Kevin Melicher, tetangga pasangan Reza Saberi-Akiko Saberi, orang tua Roxana, di Fargo, mengatakan mereka ingin menunjukkan dukungan bagi Roxana. Dia dan istrinya sudah memborong puluhan meter pita kuning untuk mengikat 100 pohon di perumahan itu.

”Meskipun hanya ungkapan simbolik, itu tetap berarti,” kata Jane Voglewede, tetangga keluarga Saberi lainnya. Selain mengikat pohon dengan pita, mereka juga berniat menggalang dana untuk ongkos keluarga Saberi pergi ke Iran.

Akhir Januari lalu, Roxana Saberi ditangkap polisi Iran. Semula tuduhan yang ditimpakan kepada gadis berdarah Iran dan Jepang ini hanya membeli minuman beralkohol. Di negara itu, minuman beralkohol haram diperjualbelikan. Awal Maret lalu, kesalahan yang dialamatkan ke Roxana berubah menjadi bekerja sebagai wartawan tanpa kartu pers yang sah.

”Setelah akreditasi persnya dicabut pada 2006, tak semestinya dia mencari berita lagi di Iran,” Hassan Ghashghavi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, menjelaskan saat itu. Namun dua pekan lalu, sidang tertutup pengadilan Iran memvonis Roxana hukuman penjara delapan tahun atas tuduhan melakukan kegiatan mata-mata untuk Amerika Serikat.

Pengacara Roxana, Abdolsamad Khorramshahi, tentu saja menolak tuduhan yang mengejutkan itu. Ia mengajukan banding.

Roxana, 32 tahun, memang lahir dan besar di Amerika Serikat. Dia memegang kewarganegaraan ganda yakni Amerika dan Iran. Setelah lulus sekolah menengah atas Fargo North High School dengan prestasi cemerlang, dia melanjutkan kuliah di Concordia College, Minnesota, jurusan komunikasi dan bahasa Prancis. Minat Roxana begitu luas. Selain menjadi anggota tim sepak bola Concordia, dia juga merebut gelar ratu kecantikan, Miss North Dakota, pada 1997.

Pada 1999, Roxana merengkuh gelar master penyiaran dari Northwestern University, Amerika. Setahun kemudian gelar master hubungan internasional dan studi Iran dia dapat dari Cambridge University, Inggris.

Enam tahun lalu, Roxana tiba di Iran dan bekerja sebagai wartawan lepas untuk kantor berita Feature News Agency. Belum setengah tahun, pemerintah Iran menutup Feature dan mencabut kartu pers Roxana. Tak ada penjelasan apa pun soal penutupan itu. Beberapa bulan kemudian Roxana kembali mendapat kartu pers dan dia bekerja untuk BBC. Namun ini pun tak berumur panjang, karena pada akhir 2006, pemerintah Iran kembali mencabut akreditasi pers Roxana. Sejak saat itu, menurut Reza Saberi, anaknya berniat menulis buku soal budaya Iran.

Vonis terhadap Roxana membuat hubungan negeri mullah dengan Amerika kembali memanas. ”Presiden Obama sangat kecewa dengan vonis tersebut,” kata Robert Gibss, juru bicara Gedung Putih. Sikap serupa juga diungkapkan Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton.

Hukuman itu kemungkinan akan mempengaruhi niat Presiden Obama untuk membuka pembicaraan dengan Iran soal program nuklir mereka. Sebagian analis berpendapat, vonis Roxana merupakan upaya kelompok garis keras Iran menjegal pembicaraan dengan Amerika.

Bahman Ghobadi, sutradara film Iran, menduga pacarnya itu hanyalah korban permainan politik. Dia meminta pengadilan banding nanti memberinya kesempatan menyampaikan kesaksian. ”Saya mohon bebaskanlah dia! Saya minta jangan tempatkan dia di tengah permainan politik kalian!” Bahman memohon lewat suratnya. ”Dia terlalu lemah dan lugu untuk mengambil bagian dalam permainan ini.”

”Di seberang lautan sana, warga Amerika memprotes putusan tersebut karena Roxana warga negara itu. Tapi saya mengatakan sebaliknya. Dia warga Iran dan dia mencintai negeri ini,” kata Bahman.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad terang menolak tudingan Bahman. Menurut Ahmadinejad, pemerintah Iran sama sekali tak mencampuri putusan pengadilan dan menjamin Roxana akan mendapat semua haknya sebagai terpidana. ”Saya bukan hakim dan kami tak mencampuri pengadilan,” katanya.

Ahmadinejad dan pejabat polisi Iran sampai pekan lalu tak menyebut kegiatan mata-mata apa yang dilakukan Roxana sehingga ia divonis delapan tahun.

Sapto Pradityo (BBC, LATimes, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus