Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=verdana size=1>Pakistan</font><br />Menyambut Inggris, Menolak PBB

Pervez Musharraf menampik keinginan PBB membentuk badan investigasi atas pembunuhan Benazir Bhutto. Ia tetap yakin, Al-Qaidah di belakang pembunuhan.

21 Januari 2008 | 00.00 WIB

<font face=verdana size=1>Pakistan</font><br />Menyambut Inggris, Menolak PBB
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

SEPUCUK surat melayang dari meja Asif Ali Zardari kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Rabu pekan lalu. Isinya: permintaan membentuk komisi penyidik independen internasional untuk pembunuhan Benazir Bhutto, sang istri. ”Permintaan serupa terhadap misi ini juga sudah dilakukan oleh International Crisis Group dan juga oleh Senator Arlen Specter dari AS kepada Sekjen PBB,” demikian tulis Zardari di akhir suratnya yang dipublikasikan situs web Partai Rakyat Pakistan (PPP).

Strategi Zardari, Ketua Bersama PPP, mengirim surat resmi ke badan dunia itu sebetulnya sudah disuarakan Bilawal, sang anak yang juga menjabat ketua partai, sejak pekan pertama Januari. Namun keinginan Bilawal kandas di tengah jalan meski PBB berniat menerjunkan tim investigasi mereka untuk menguak misteri terbunuhnya Benazir di lapangan Liaquat Bagh, Rawalpindi, pada 27 Desember 2007. Penyebabnya sederhana: Presiden Pervez Musharraf tak memberikan izin kepada PBB untuk turun lapangan. ”Pakistan sudah memiliki tim investigasi sendiri yang dibantu oleh pemerintah Inggris,” ujar Musharraf dalam wawancaranya dengan Le Figaro, Jumat dua pekan lalu.

Tarik-ulur tentang badan investigasi internasional mana yang boleh terlibat sudah terjadi sejak pemakaman Benazir di Larkana. Tawaran Perdana Menteri Inggris Gordon Brown untuk menerjunkan tim Scotland Yard disambut gembira Musharraf. Tapi langkah ini membuat PPP geram. Alasan mereka, sedikitnya ada dua hasil penyelidikan Scotland Yard yang tak pernah dipublikasi pemerintah sebelumnya, yakni pembunuhan perdana menteri pertama Liaquat Ali Khan pada 1951 dan pembunuhan atas adik Benazir, Murtaza Bhutto, pada 1996. ”Karena itu kami meminta PBB membentuk komisi investigasi seperti dalam kasus pembunuhan Rafiq Hariri,” ujar Bilawal dalam beberapa kesempatan. Hariri adalah Mantan Perdana Menteri Libanon. Hasil penyelidikan menunjukkan keterlibatan Suriah dalam pembunuhan itu, sebuah tudingan yang dengan keras ditampik Damaskus.

Namun justru dengan berkaca pada kasus Hariri pula Musharraf dengan tegas menyandarkan jawabannya. ”Apakah ada negara lain terlibat (dalam kasus Benazir)?” tanya Musharraf. ”Pakistan bukanlah Libanon.”

Jika Zardari sampai menyebut nama Arlen Specter, 78 tahun, dalam suratnya kepada Ban Ki-moon, pertimbangannya tentu tak main-main. Salah satu teori yang menjelaskan motif pembunuhan Benazir adalah pada malam 27 Desember yang sial itu, Benazir sudah dijadwalkan bertemu Specter, Republikan dari Pennsylvania. Konon Benazir akan memberikan sebuah dokumen setebal 160 halaman yang berisi strategi Musharraf agar menang dalam pemilu parlemen, yang mulanya dijadwalkan pada 8 Januari 2008. Dalam dokumen itu dijelaskan cara-cara penggelembungan suara yang akan menguntungkan Partai Liga Muslim Pakistan Quaid-i-Azzam (PML-Q) yang berkuasa, dan menyunat perolehan suara yang didapat oposisi.

Musharraf masih berkukuh bahwa pelaku bom bunuh diri itu adalah Al-Qaidah yang berusaha merontokkan kekuasaannya dengan menebar teror kepada masyarakat. ”Namun mereka tak punya kemampuan untuk menggoyang negara,” kata Musharraf. Dengan keyakinan seperti itu pula Musharraf merasa tak perlu lagi membuka pintu untuk masuknya badan internasional selain Scotland Yard.

Akmal Nasery Basral (BBC, Le Figaro)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus