Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FF9900>EROPA BARAT</font><br />Cadar Kian Pudar

Belgia negara pertama yang akan melarang pemakaian burka. Pemakai cadar di seluruh Eropa relatif sedikit.

12 April 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI taman belakang perumahan Avignon, Kenza Drider, 31 tahun, bersemangat mengayun raket tenisnya. Sore cerah di kota berjarak 580 kilometer sebelah tenggara Paris, Prancis, itu. Sesekali Kenza tertawa dan berteriak memberikan semangat kepada lawan tandingnya.

Pertandingan di lapangan tenis tak terawat itu tidaklah istimewa, kecuali penampilan Kenza yang di luar kebiasaan pemain tenis di Eropa. Baju panjang hingga tanah, kain menutupi rambut dan bahu, serta muka dengan tutup kain hitam. Hanya terlihat mata cokelatnya.

Kenza lahir di Prancis dari orang tua imigran asal Maroko. Perempuan muslim itu mengenakan burka atau cadar, yang menutupi seluruh badannya, kecuali mata. Di Prancis, ada sekitar 2.000 perempuan bercadar dari total lima juta penduduk muslim di negara ini.

Kenza memakai cadar sebelas tahun lalu. Suaminya mengiyakan ketika ibu empat anak itu tiba-tiba bercadar. Sebagian perempuan muslim yang dikenalnya memang menggunakan burka. ”Ini keputusan pribadi tanpa paksaan,” kata Kenza. ”Mereka bebas menentukan pilihan.”

Cadar menjadi perdebatan di Prancis setelah parlemen merekomendasikan larangan pemakaian penutup muka di semua ruang publik. Ketua Dewan Nasional Prancis Bernard Accoyer mengatakan cadar mengundang beragam konotasi, seperti penindasan perempuan dan fundamentalisme. Dewan Nasional akan mengadakan debat publik pada 11 Mei nanti.

Prancis telah membuat undang-undang yang melarang penggunaan burka di sekolah negeri pada 2004. Juni lalu, Presiden Nicolas Sarkozy kembali menegaskan soal pakaian yang hanya memperlihatkan sepasang mata ini. Dikatakannya, cadar bukan soal agama, tapi menyangkut kebebasan dan martabat perempuan. Menurut dia, cadar tak bisa diterima di Prancis yang menganut prinsip kebebasan.

Kelompok pendukung Sarkozy di parlemen menyetujui larangan bercadar dan meminta diberlakukan di semua tempat. Tapi suara di parlemen tak bulat. Ada yang mengatakan rancangan itu akan terhambat konstitusi hak asasi manusia Prancis dan Eropa. Alasan larangan pemakaian burka baru bisa diterima kalau untuk kepentingan keamanan. Partai Sosialis juga beranggapan pelarangan itu sulit diterapkan.

Setelah Prancis, usul pelarangan bercadar juga muncul di Italia, Denmark, Belanda, Austria, Swiss, serta Belgia. Perdana Menteri Denmark Lars Rasmussen mengatakan larangan pemakaian burka sulit diundangkan. Tapi pemerintah mengupayakan sekolah serta kantor pemerintah dan swasta meminimalisasi pemakai cadar. ”Tak ada tempat bagi warga Denmark untuk bercadar,” kata Rasmussen.

Di Austria dorongan untuk melarang pemakaian burka juga makin menguat. Menteri Perempuan Gabriele Heinisch-Hosek menganggap cadar melemahkan posisi perempuan. Menurut dia, perempuan sulit melamar pekerjaan dengan cadarnya. ”Pemerintah mungkin bisa memberlakukan larangan dan mendenda perempuan bercadar di gedung umum,” ujarnya.

Pelarangan pemakaian burka di negara-negara Eropa itu belum sampai pada undang-undang. Hanya Belgia yang tinggal selangkah lagi mengesahkan larangan itu. Rabu pekan lalu, parlemen Belgia menyepakati rancangan undang-undang pelarangan pemakaian burka. ”Kami ingin membebaskan perempuan dari beban,” kata Corinne De Permentier, anggota parlemen Liberal.

Rancangan undang-undang itu tak menyebutkan larangan berkerudung, hanya pemakaian kain yang menutup muka. Cadar bisa dipakai dengan izin pada acara tertentu. Perempuan bercadar di tempat umum akan dipenjara tujuh hari atau didenda sampai 25 euro, sekitar Rp 300 ribu. Tempat umum itu meliputi jalan, taman kota, tempat olahraga, dan bangunan pemerintah.

Voting atas pemakaian burka di parlemen Belgia akan berlangsung 22 April ini. Hampir dipastikan suara bulat melarang pemakaian cadar karena semua fraksi di parlemen Belgia mendukung rencana ini. ”Saya bangga Belgia akan menjadi negara pertama di Eropa yang berani membuat undang-undang sensitif ini,” kata Denis Ducarme dari Fraksi Reformasi.

Jumlah perempuan berburka di Eropa sebenarnya relatif sedikit. Di Denmark diperkirakan ada 150 perempuan bercadar. Adapun di Belgia tak lebih dari 300 orang. Jumlah muslim di Belgia 650 ribu jiwa atau enam persen dari seluruh penduduk. Perempuan bercadar paling banyak berada di Prancis, sekitar 2.000 orang.

Wakil Ketua Eksekutif Muslim di Belgia, Isabelle Praile, mengatakan pilihan pakaian yang menutup seluruh badan itu merupakan kebebasan setiap orang. Menurut dia, pelarangan bercadar ini akan menjadi preseden buruk berdemokrasi. ”Sekarang cadar, besok jilbab atau surban, dan mungkin akan ada larangan pakaian minim,” ujarnya.

Yandi M.R. (BBC, DailyTimes)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus