Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BURMA kembali berada di simpang jalan demokrasi. Situasi itu muncul lantaran pemilihan umum yang bakal digelar ternyata tak hendak melibatkan Aung San Suu Kyi, pemimpin oposisi yang masih menjalani tahanan rumah. Akibatnya Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Suu Kyi pun menyatakan akan memboikot pemilu.
Situasi itu membuat Than Myint-U, cucu bekas Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, U Than, skeptis dengan penyelenggaraan pemilu. ”Apa pun yang terjadi dengan pemilu, tak akan mengubah banyak hal signifikan,” ujar konsultan lepas pembangunan ASEAN itu.
Than menyarankan agar Barat dan ASEAN mengubah pendekatan terhadap Burma. ”Tak ada negeri yang jadi demokratis di kawasan ini yang dibangun dengan sanksi,” katanya.
Dikenal dekat dengan para menteri dari rezim militer, Than kurang disukai kelompok prodemokrasi Burma. Semua itu, menurut dia, karena, ”Saya lebih realistis dan tak punya posisi politik tertentu.” Pekan lalu dia berkunjung ke Jakarta dan menerima Yuli Ismartono, Andree Priyanto, dan Yophiandi dari Tempo.
Menurut Anda, pemberian sanksi cuma menjauhkan Burma dari demokrasi?
Iya, karena semakin ditekan, militer akan semakin menjauh dari demokrasi. Kalau Anda perhatikan, tak ada di Asia negara yang maju dan demokratis hasil dari sanksi ekonomi. Sanksi ekonomi tak menakutkan militer, tapi malah merugikan rakyat. Sebaiknya berikan bantuan kemanusiaan, perdagangan, apa yang bisa efektif bagi perubahan sosial.
Apakah masih ada waktu?
Ya, kita pernah membuang 20 tahun, dan masih ada waktu lagi ke depan. Kalau Anda perhatikan, ada hal menarik, jenderal yang berkuasa sekarang sudah tua. Dalam lima-sepuluh tahun lagi, tak ada lagi jenderal yang sama. Bahkan tahun ini mereka pensiun. Akan ada generasi baru.
Bagaimana ekonomi Burma selama ini berdenyut?
Dalam beberapa tahun terakhir, Burma telah mengekspor gas alam, miliaran dolar, dan kini Cina sedang memasang pipa untuk menyalurkan gas ke negerinya. Cina juga menginvestasikan delapan sampai sembilan miliar dolar untuk pembangkit listrik tenaga air. Jadi ini semua tak cuma soal pemilu. Apa pun yang terjadi dengan pemilu, tak akan mengubah banyak hal signifikan.
Bukankah bila pemilu berlangsung adil, semua bantuan akan datang?
Saya tak yakin itu akan terjadi. Militer yang menjalankan kekuasaan sekarang melaksanakan konstitusi dengan prosedurnya, dengan kalkulasi yang sudah mereka perhitungkan. Mereka menjalankan pemilu bukan untuk legitimasi internasional, tapi untuk politik internal.
Kalau begitu, apa tujuan pemilu?
Pemilu ini bukan untuk mendapatkan parlemen yang mendapat mandat menjalankan kekuasaan. Pemilu ini lebih untuk memilih siapa presidennya, siapa menteri-menterinya, dengan parlemen yang lemah kekuatannya. Yang lebih penting, setelah pemilu ini, saya pikir mereka akan mendesain seperti apa pemerintahan. Akan ada campuran sipil dengan jenderal, bukan untuk melemahkan yang sekarang, tapi lebih mirip latihan bagi mereka (yang baru memerintah). Pemerintahan akan merupakan campuran dari sipil. Tapi sipilnya juga bukan Aung San Suu Kyi atau unsur LND (Liga Nasional untuk Demokrasi, partai Suu Kyi). Bisa dokter, insinyur, malah bisa jadi jenderal yang pensiun. Yang penting tak mengancam rezim.
ASEAN minta Burma mengikutsertakan LND dalam pemilu....
Keikutsertaan LND hampir nol persentasenya. Agenda dan visi politik junta dan LND sangat berbeda. LND tak mengakui konstitusi, jadi prosesnya memang sudah tak sama sejak awal. Tapi begini, bila hampir separuh abad sebuah negara dipimpin junta dan kali ini mereka membuat institusi politik yang lebih demokratis, apakah akan ditinggalkan saja, atau kita lihat bagaimana kesempatannya. Pertanyaan berikutnya, kalau ada reformasi ekonomi dari sistem yang baru, akankah kita ambil dengan memasok informasi dari luar, atau lupakan saja sampai sistem politiknya betul-betul demokratis.
Apa yang lebih baik dilakukan Suu Kyi?
Dugaan saya, Suu Kyi dan para tahanan politik lain akan dibebaskan November ini. Apa yang ingin dia perbuat, terserah dia. Saya pikir dia masih akan mempertimbangkan soal pengikutnya yang dipenjara karena dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo