Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBELUM Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN digelar di Jakarta, Kasit Piromya sudah mewanti-wanti Kamboja. Dia meminta negeri tetangganya itu tak membicarakan konflik di perbatasan dalam konferensi tersebut. ”Apakah kita akan saling teriak di depan semua orang?” kata Menteri Luar Negeri Thailand ini.
Namun harapan Piromya tak terwujud. Perang kata-kata antarpejabat kedua negara meletus di ajang konferensi. Ketegangan pun menyelimuti pertemuan para pemimpin negara sekawasan Asia Tenggara ini. ”Situasi memang tegang dalam sidang pleno,” ujar Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dalam taklimat pers di hari kedua konferensi, Ahad dua pekan lalu.
Sengketa perbatasan Thailand-Kamboja memuncak Februari lalu, saat terjadi baku tembak antarpasukan kedua negara. Dalam upaya damai lewat pertemuan di Bali, Indonesia diminta menjadi mediator dan mengusulkan pengiriman tim peninjau ke kawasan konflik di Preah Vihear. Namun dua bulan kemudian, ketika belum ada kesepakatan final, pertempuran kembali pecah.
Sehari sebelum konferensi, suasana tegang sudah terasa. Di hari itu, menurut Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Indonesia Dewi Savitri Wahab, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa bertemu dengan menteri luar negeri Thailand dan Kamboja secara terpisah. Tapi, dalam sebuah pertemuan yang dihadiri para menteri luar negeri, menurut seorang anggota delegasi, sudah terjadi perang kata-kata.
Suasana kaku berlanjut keesokan harinya. Dalam pertemuan pleno para pemimpin negara, Hun Sen melontarkan kalimat tajam. Pidato enam halaman yang dibacanya kebanyakan berisi soal konflik dengan Thailand dengan pilihan kata yang cukup keras. ”Invasi oleh tentara Thailand di wilayah Kamboja menyebabkan serangkaian bentrokan dan akhirnya menjadi perang terbuka berskala besar pada 4-7 Februari 2011,” kata Hun Sen.
Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, yang sebetulnya tak merencanakan pidato tentang konflik perbatasan, spontan membalas. ”Izinkan saya menanggapi pernyataan Perdana Menteri Hun Sen,” katanya. Secara terbuka dia menyatakan kecewa terhadap pernyataan Hun Sen. Negerinya, menurut Vejjajiva, telah mencoba menyelesaikan masalah dengan Kamboja. ”Tapi kami melihat ada upaya Kamboja menginternasionalisasi isu bilateral ini,” ujarnya. ”Saya minta maaf karena mengambil waktu untuk menjelaskan isu ini.”
Pemimpin negara lain mengingatkan mereka agar menyelesaikan masalah dengan baik. Presiden Filipina Benigno Aquino III mengadakan pertemuan bilateral dengan Hun Sen dan Vejjajiva. Philippine Daily Inquire melaporkan, Presiden Aquino menawarkan bantuan, kalau perlu, menjadi mediator. ”Kalau Anda minta kami menyediakan tempat, kami siapkan resor terbaik di Filipina,” katanya. ”Dan saya akan membuatkan kopi sehingga kita bisa tenang.”
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun meminta dilakukan pertemuan tiga pihak pada Ahad pagi. ”Kami baru diberi tahu malam sebelumnya,” kata Dewi Savitri. Satu jam sebelum konferensi berlanjut, Vejjajiva, Hun Sen, dan Yudhoyono bertemu.
Tapi kata sepakat belum dicapai. Hun Sen keluar lebih dulu dengan wajah tegang. Menyusul Yudhoyono, kemudian Vejjajiva, yang ditemani Kasit Piromya. Rekomendasi dari pertemuan tersebut, menteri luar negeri Thailand dan Kamboja menunda kepulangan dan melakukan pertemuan di hari berikutnya.
Senin sore, sekitar pukul 15.00, Kasit Piromya, Hor Namhong dari Kamboja, dan Marty Natalegawa kembali berdiskusi di Pejambon. Marty menuturkan, awalnya pembahasan berjalan kaku. Kemudian ia berinisiatif memindahkan ruang pertemuan. ”Kami menanggalkan jas dan menggulung lengan baju,” kata Marty. ”Ditambah hidangan lapis legit, teh, dan lain-lain,” suasana menjadi lebih cair.
Mendekati pukul 18.00, pertemuan usai. ”Kami mengusulkan solusi paket,” kata Marty. Thailand dan Kamboja tidak lagi berbicara soal siapa harus melakukan apa sebelum ada langkah berikutnya. Hor Namhong meninggalkan gedung Kementerian Luar Negeri lebih dulu, disusul Piromya. Jalan damai tampaknya masih panjang.
Purwani Diyah Prabandari, Maria Rita Hasugian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo