Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GEREJA Perawan Maria bertingkat lima di Imbaba itu habis terbakar tak bersisa. Hanya puing-puing yang tertinggal setelah terjadi bentrokan antara masyarakat Islam dan Kristen Koptik di distrik kelas menengah-bawah Kairo itu pada Ahad pekan lalu.
Bentrokan itu membuat Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf membatalkan perjalanan ke luar negeri dan segera membuat pertemuan kabinet darurat. Soalnya, sehari sebelumnya terjadi insiden serupa di Gereja St. Mina di Imbaba. ”Mesir tengah berada dalam bahaya,” kata Menteri Kehakiman Abdel Aziz al-Gindi, yang hadir dalam rapat kabinet itu.
Sedikitnya enam orang Kristen dan enam orang Islam tewas di malam berdarah itu. Sekitar 220 orang terluka dan sedikitnya 65 orang menderita luka tembakan. Polisi menahan sekitar 190 orang yang diduga terlibat dalam kerusuhan.
Kerusuhan berawal dari kisah tentang seorang pemuda bernama Yassim Thaabet Anwar dari sebuah kota dekat Sungai Nil yang mencari istrinya di Imbaba. Istrinya, seorang Kristen Koptik yang telah menganut Islam, mendadak menghilang. Yassim menuding istrinya diculik dan ditahan di Gereja St. Mina.
Pada Sabtu pagi, sebelum insiden pembakaran Gereja St. Mina, para pemuda Kristen yang tinggal di daerah itu sebenarnya telah mendapat peringatan lewat telepon dari beberapa kawan mereka bahwa kelompok Islam radikal Mesir, Salafi, akan menyerang gereja.
”Ada telepon mengatakan, ’Cepat pergi. Ada seorang muslim yang istrinya ditahan di gereja akan datang. Dia memanggil orang-orang untuk mengeluarkan istrinya dari situ,’” kata Hussein Qedher, warga Imbaba, yang pernah dipenjara 14 tahun karena bekerja pada partai politik Islam.
Qedher ragu terhadap peringatan telepon itu dan khawatir ini hanya isu untuk menghancurkan revolusi Mesir. Apalagi si penelepon tak menyebut nama dan ketika ditanya lebih terperinci tidak bisa memberikan banyak informasi. ”Pada masa seperti ini, kami tidak bisa mempercayai informasi semacam itu,” ujarnya.
Namun informasi itu ternyata benar. Pukul enam sore, sekitar 20 pemuda muslim mendatangi gereja menanyakan perempuan yang diisukan hilang. Berupaya menepis isu, anggota Gereja St. Mina mempersilakan kelompok ini masuk ke gereja untuk mencari perempuan itu. Tapi ternyata perempuan itu tidak ada di dalam gereja. Sejumlah muslim juga telah menjelaskan hal itu kepada kelompoknya. Namun upaya ini tidak berhasil.
Orang terus berdatangan dan memenuhi jalanan sambil meneriakkan nama Usamah bin Ladin. Dalam sejam, jumlah orang yang berkerumun membeludak menjadi lebih dari 500. Pukul setengah delapan malam, perkelahian pecah. Terdengar suara tembak-menembak dengan senjata api, perkelahian dengan senjata tajam, dan bom molotov.
Pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk menghentikan kericuhan, tapi perkelahian tetap berlanjut. Kelompok muslim membakar Gereja St. Mina. Tengah malam, Gereja Perawan Maria yang berada di dekatnya juga dibakar. Kericuhan berhenti pada pukul empat pagi Ahad.
Pemerintah menuding kelompok Salafi sebagai pelaku keributan. Kelompok fundamentalis muslim ini diketahui berupaya memaksakan hukum syariah. Kelompok ini mempunyai jaringan dengan Arab Saudi dan diduga disokong rezim Mubarak.
Sejak jatuhnya rezim Mubarak, anggota kelompok Salafi memang sering melancarkan serangan terhadap penganut Kristen Koptik. Awal tahun ini, kelompok Salafi mengebom sebuah gereja Kristen Koptik. Kelompok ini juga pernah membuat pernyataan mengancam membunuh pemimpin Gereja Koptik Ortodoks, Paus Shenouda III. Pemimpin Salafi memprotes pembunuhan atas Usamah.
Fardy Phillip, anggota jemaat gereja, menduga kelompok Salafi mencoba memprovokasi perang saudara antara warga Islam dan Kristen sesudah jatuhnya rezim Mubarak. Penganut Kristen Koptik hanya 10 persen dari semua warga Mesir.
Kelompok muslim pun mengutuk insiden tersebut dan meminta masyarakat tidak mudah terpengaruh. ”Jangan biarkan hal ini merusak apa yang sudah kita capai melalui revolusi,” kata juru bicara Ikhwanul Muslimin, Essam el-Erian.
Nieke Indrietta (Al-Jazeera, The Guardian, The New York Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo