PULUHAN ribu orang di Puerto Rico berkerumun di jalan-jalan,
meskipun hari masih gelap. Subuh pun belum tiba waktu itu. Di
pulau ter-timur dari jajaran Kepulauan West Indies itu kabarnya
orang ingin menonton "Efek Jupiter".
Hal itu terjadi 10 Maret, ketika semua sembilan planet dalam
tata-surya berjajar di sisi sama dari matahari. Bagi para
astronom, peristiwa ini mengandung momen ilmiah berharga. Tetapi
bagi peramal, astrolo, atau penganut suatu kepercayaan, konon
akan terjadi hari kiamat. Paling tidak akan datang gempa yang
dahsyat, atau pasang air laut yang tinggi dan malapetaka dunia
lainnya.
Dan hari yang ditunggu-tunggu itu, "no pasa nada", tulis sebuah
harian di Peru. Tidak terjadi apa-apa, meskipun sehari
sebelumnya, pegunungan Peru batuk sedikit dan gempa tersebut
tercatat berskala Richter 4,2. Semula penduduk Lima, ibukota
Peru, menyangka bahwa "hari akhir" datang lebih pagi. Terbukti,
semua kehidupan berjalan seperti biasa. Hingga kini.
Cuma ada peristiwa lucu. Di sebelah barat Kota Arecibo, Puerto
Rico, terjadi penyelundupan ganja. Meskipun 26 penyelundup iru
akhirnya bisa tertangkap, salah seorang sempat berkata "Lha
semua orang melihat ke langit. Tentu saja mereka tidak melihat
kedatangan kami."
Heboh "Efek Jupiter" ini melanda juga beberapa negara lainnya.
Pusat Penelitian Astronomi sibuk oleh telepon berdering. Semua
menanyakan peristiwa yang baru terjadi lagi setelah tahun 1803.
Peristiwa yang terjadi sekali dalam setiap 179 tahun ini sudah
diramalkan sejak semula. Majalah Science '82 dari Amerika telah
menulis bahwa planet-planet akan membentuk diri dalam kelompok
bersudut 90 derajat. Tanggal 10 Maret adalah pengelompokan yang
terdekat untuk kumn waktu 510 tahun mendatang.
Tetapi yang membuat heboh dari semua itu adalah buku The
Jupiterfect yang ditulis oleh para sarjana kenamaan, terbit 10
tahun lalu dan laku terjual lebih dari 100.000 eksemplar. Buku
tersebut meramalkan bahwa di saat 10 Maret 1982 daya tarik
gabungan sembilan planet yang segaris dengan matahari akan
membesar. Akan ada ledakan pada permukaan matahari, dan ledakan
ini akan menimpa planet bumi. Dan hal-hal yang mengerikan tidak
bisa disetop oleh negara suyer power mana pun, demikian ramalan
buku itu.
Akibatnya, orang di Boston, AS, telah mengadakan pesta terakhir
sebelum hari kiamat tiba. Ratusan orang antre untuk minta
keterangan di Observatorium Griffith, Los Angeles. Di Beijing,
koran berbahasa Inggris memuat berita utama bertuliskan: "Hari
yang patut dikenang--kalau Anda bisa selamat."
Sunday Herald yang terbit di New Delhi memberitakan planet itu
akan menimbulkan penyakit, pemberontakan, protes-protes para
buruh dan kemungkinan, gempa humi. Harian yang mendukung
pemerintahan PM Indira Gandhi ini juga meramalkan beberapa ujian
politik. "Epidemik penyakit perut akan melumpuhkan India," dan
"negara bagian selatan akan rusuh," tulisnya. Kaum Hindu di
Calcutta mengadakan upacara Yajna dan memuja Agni, dewi api.
Astrolog terkenal di India, B.V. Raman, bahkan berkata, "Efek
Jupiter" ini akan menghancurkan Los Angeles dan di Lautan
Pasifik akan tenggelam sederetan pulau.
Di Indonesia, ada pula yang percaya bahwa bumi akan berguncang
kuat. Selain di Sukabumi bulan lalu, belum terdengar gempa
lainnya di Republik ini. Lebih parah lagi, kata mereka, Pulau
Jawa akan terbelah dua dan tenggelam. Tapi kini "kebanyakan
orang lega dan bersyukur," kata Brian Sullivan dari planetarium
di Tucson, Arizona, AS. Sedangkan koran Harian lakyat di
Beijing telah memuat pendapat ilmuwan Cina terkenal, Zheng Ying:
"Memang tidak ada efek kausal apa pun antara fenomena astronomi
dan malapetaka dunia seperti gempa bumi."
Tetapi di Filipina, sekitar 4.000 orang dari sekte agama Kristen
Ako, telah bersiap-siap dengan lubang di bawah tanah. Mereka
sibuk mengisi lubang perlindungan itu dengan bahan makanan dan
air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini