DAFTAR haram bagi Amerika Serikat bertambah. Presiden Ronald
Reagan akhirnya melarang impor minyak dari Libya, serta
menghentikan pengiriman teknologi maju ke sana. Alasannya Libya
masih saja mendalangi teror di mana-mana. terutama di Timur
Tengan dan Afrika.
Boikot AS itu diputuskan oleh Dewan Keamanan Nasional (NSC)
pekan lalu, setelah melalui pertimbangan yang matang. Tapi
ancamannya ke arah itu sudah terdengar sejak jauh hari
sebelumnya. Minyak yang didatangkannya dari Libya 150.000 barel
per hari -- 3% dari seluruh impor minyak AS.
Tindakan AS itu, kata Reagan, sebagai sikap nyata dalam
mendukung sekutunya di Timur Tengah dan Afrika, antara lain
Sudan, Yaman Utara, Somalia dan Oman yang merasa terancam oleh
Libya. Faktor lain yang mendorong lahirnya sanksi ekonomi
tersebut adalah terbongkarnya rencana Libya untuk membantai para
pejabat AS dan keluarga mereka di Sudan. Meskipun begitu,
kontrak impor dan ekspor AS dengan Libya yang sudah
ditandaangani, menurut seorang pejabat senior Gedung Putih,
masih akan dilanjutkan.
Reaksi Gaddafi? "Libya tidak akan bertekuk lutut kepada AS
sekalipun bakal mati kelaparan," katanya. Menjadi tamu Kanselir
Austria Bruno Kreisky pekan lalu, Gaddafi menambahkan blokade AS
itu tidak besar pengaruhnya terhadap Libya.
Yang justru terpukul akibat sanksi. AS itu, menurut Gaddafi,
adalah ekonomi Eropa. Maka dia menyerukan agar negara Eropa
tetap melanjutkan pembelian minyak Libya. Konsumen utama minyak
Libya kini adalah Yunani, Turki, dan Italia.
Libya sungguh tak risau karena negeri berpenduduk 3 juta jiwa
ini tak banyak tergantung dari AS--baik makanan maupun
persenjataan. Apalagi banyak negara Eropa yang memerlukan minyak
Libya.
Sebelum memberlakukan sanksi terhadap Libya, AS memberitahu
sekutunya di Eropa. Tapi sekutinya tidak menyatakan diri
terikat urituk mengambil tindakan serupa. Austria, sehari
sesudah Reagan berpidato, bahkan menyatakan akan memperluas
hubungan niaga dengan Libya. "Aksi boikot AS justru memperkuat
hubungan Libya dengan tlropa," kata Gaddafi.
Gaddafi membantah dirinya dalang teror. Ia bahkan mengecam
gerakan teroris di Italia, Jerman Barat, dan Spanyol. Tapi,
katanya, "saya memahami timbulnya gerakan tersebut." Gaddafi
menambahkan orang harus memaham perjuangan dan psikologi mereka
sebagai plhak tertekan.
Dia membantu aksi yang dilakukan oleh gerilyawan Palestina, PLa.
Menurut Gaddafi, itu tidak bisa disebut sebagai tindakan
teroris. "Rakyat yang diusir dari tanah airnya punya hak untuk
merebut kembali tempat lahirnya itu," ujarnya.
Kehadiran Gaddafi di Austria telah mendapat tentangan dari
kelompok oposisi tuan rumah--terutama keturunan Yahudi. Lawan
politik Kreisky mencela keras pertemuan dan perjanjian yang
dibuatnya dengan Gaddafi. Kaum oposisi menuduh Kepala Negara
Libya itu sebagai orang yang tak bisa dipercaya.
Tuduhan itu dibantah Kreisky. "Gaddafi adalah orang yang
senantiasa siap membahas banyak masalah dengan tenang dan penuh
kesopanan," katanya. Tapi citra Gaddafi sudah sebagai seorang
teroris Banyak warga Austria percaya dengan protes kaum oposisi.
Tak heran kecaman terhadap kunjungan Gaddafi makin meningkat.
hingga Gaddafi terpaksa membatalkan kunjungan ke Linz dan
Salzburg -- dua kota yang didiami sebagian besar oleh keturunan
Yahudi.
Gaddafi selama di Austria mendapat pengawalan ketat. Hampir satu
batalyon pasukan antiteroris disiap-siagakan mengamankannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini