Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"mereka tak berani menahan saya..."

Penahanan mendadak pm india indira gandhi karena dituduh korupsi, penyalah gunaan kekuasaan. pengadilan membebaskan indira tanpa syarat. partai pemerintah menahan dirinya, karena dendam politik.

15 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJUMLAH polisi secara amat mendadak, Senin malam pekan silam, memasuki rumah Indira Gandhi di pusat kota New Delhi. Dengan surat resmi dari kepolisian, bekas Perdana Menteri India itu dibawa pergi ke kantor polisi. Sebelum meninggalkan rumah, Indira masih sempat membuat pernyataan pers yang menyebut penahananrlya itu sebagai suatu "balas dendam politik dan usaha untuk menjelek-jelekkan saya di mata rakyat dan di dunia internasional." Permintaannya agar tangannya diborgol dan supaya ia dibawa dengan mobil terbuka, ditolak oleh polisi yang mcndatangi rumahnya. "Dalam kasus semacam ini, borgol tidak diperlukan," kata seorang polisi wanita. Penahanan mendadak atas diri Indira yang amat mengingatkan dengan kejadian yang sama yang dilakukan pemerintah India 27 bulan silam -- ketika Indira mengumumkan keadaan darurat serta menahan sejumlah besar tokoh oposisi - ternyata tidak cuma terjadi di New Delhi. Di kota Calcutta, Madras serta kota lainnya, sejumlah tokoh yang dekat dengan Indira juga berurusan dengan polisi. Di New Delhi sendiri, pada malam yang sama 4 orang bekas anggota kabinet Indira serta sejumlah pembantu mereka juga ditahan. Tuduhan utama yang mendasari penahanan itu adalah korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan politik yang konon dilakukan Indira selama masa berkuasanya dalam periode keadaan darurat, bermula pada Juni 1975. Pada awal masa darurat itu, sebagian besar oposisi - termasuk Morarji Desai yang kini jadi perdana menteri - harus meringkuk ialam penjara. Cerita selanjutnya menyebutkan bahwa mereka-mereka yang dianggap merupakan ancaman laten terhadap kepemimpinan Indira, mengalami siksaan dalam penjara. Bahkan sejumlah kematian dilaporkan oleh suatu komite penyelidik. Disebutkan dalam laporan itu bahwa kematian tersebut memang bukan pembunuhan langsung, melainkan akibat "bunuh diri" atau "kecelakaan di tengah jalan." Penyelidikan-penyelidikan ini kabarnya masih belum juga selesai. Tapi dalam keadaan demikian, nama Sanjay Gandhi, putera ln dira, sudah amat terkait dengan insiden-insiden berdarah tersebut. Selain menyalah-gunakan kekuasaan, korupsi juga merupakan alasan penting bagi penahanan itu. Disebutkan bahwa dengan menggunakan kedudukannya, Indira berhasil memperoleh 104 mobil Jeep untuk kepentingan kampanye Partai Kongres dalam pemilu bulan Maret yang lalu. Entah diketahui oleh Indira atau cuma merupakan hasil permainan pembantu-pembantunya, sebuah skandal dalam urusan penanaman modal dalalrl pengeboran minyak telah pula mengakibatkan kerugian di pihak pemerintah sejumlah $ 134 juta. Ini akibat dari diberikannya izin kepada sebuah perusahaan Perancis, Consultancy Services des Petroles, sementara sebuah perusahaan Amerika kabarnya berani membayar lebih untuk fasilitas yang sama. Dalam urusan korupsi ini, posisi Indira menjadi amat sulit oleh keterlibatan puteranya dalam berbagai urusan. Sejak keadaan darurat diumumkan, Sanjay yang memimpin pabrik mobil Maruti, menggunakan kesempatan tidak saja untuk memperbesar usahmya, tapi juga ikut mencampuri urusan-urusan politik yang mustinya cuma jadi kesibukan ibunya. Lewat keterlibatannya dalam politik itulah kabarnya Sanjay bisa menyingkirkan lawan-lawan usahanya sembari menggunakan kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas kredit aari sumber-sumber pemerintah. Yang amat mendongkolkan pemuka-pemuka India adalah tindakan Sanjay untuk memaksakan pemerintah menerima barang-barang buatan luar negeri yang diageni oleh perusahaannya. Beberapa jam setelah berada di pengadilan, hakim distrik New Delhi, R. Dayal membebaskan Indira "tanpa syarat." Kata Dayal: "Tidak ada alasan untuk menahannya atau untuk meminta pembayaran bagi pembebasannya." Keputusan itu disambut dengan gegap gempita oleh para pengikut Indira yang sudah melancarkan demonstrasi di berbagai tempat -- termasuk di depan rumah Perdana Menteri Desai - sejak saat penahanan. Pemerintah India tidak menerima begitu saja keputusan hakim. Menteri Dalam Negeri, Sing bersikeras untukmelanjutkan perkara itu. "Penyelidikan masih terus dilakukan. Dan Indira harus diadili dengan gaya pengadilan penjahat perang di Nuremberg." Sementara sejumlah pengikutnya masih ditahan - sebagian dibebaskan setelah membayar jaminan - Indira begitu bebas langsung saja memulai kegiatan politiknya. Dalam keterangan persnya setelah dibebaskan, Indira menuduh lagi partai pemerintah, Partai Yanatha, sebagai menahan dirinya "karena dendarn politik." Kata Indira: "Tapi mereka tak berani menahan saya dengan alasan politik." Setelah itu Indira melakukan perjalanan politik ke India barat dan selatan, yakni kunjungan pertarna yang dilakukannya ke wilayah yang mendukungnya sejak ia dikalahkan dalarn pemilu bulan Maret yang lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus