SEJUMLAH polisi secara amat mendadak, Senin malam pekan silam,
memasuki rumah Indira Gandhi di pusat kota New Delhi. Dengan
surat resmi dari kepolisian, bekas Perdana Menteri India itu
dibawa pergi ke kantor polisi. Sebelum meninggalkan rumah,
Indira masih sempat membuat pernyataan pers yang menyebut
penahananrlya itu sebagai suatu "balas dendam politik dan usaha
untuk menjelek-jelekkan saya di mata rakyat dan di dunia
internasional." Permintaannya agar tangannya diborgol dan supaya
ia dibawa dengan mobil terbuka, ditolak oleh polisi yang
mcndatangi rumahnya. "Dalam kasus semacam ini, borgol tidak
diperlukan," kata seorang polisi wanita.
Penahanan mendadak atas diri Indira yang amat mengingatkan
dengan kejadian yang sama yang dilakukan pemerintah India 27
bulan silam -- ketika Indira mengumumkan keadaan darurat serta
menahan sejumlah besar tokoh oposisi - ternyata tidak cuma
terjadi di New Delhi. Di kota Calcutta, Madras serta kota
lainnya, sejumlah tokoh yang dekat dengan Indira juga berurusan
dengan polisi. Di New Delhi sendiri, pada malam yang sama 4
orang bekas anggota kabinet Indira serta sejumlah pembantu
mereka juga ditahan.
Tuduhan utama yang mendasari penahanan itu adalah korupsi dan
penyalah gunaan kekuasaan politik yang konon dilakukan Indira
selama masa berkuasanya dalam periode keadaan darurat, bermula
pada Juni 1975. Pada awal masa darurat itu, sebagian besar
oposisi - termasuk Morarji Desai yang kini jadi perdana menteri
- harus meringkuk ialam penjara. Cerita selanjutnya menyebutkan
bahwa mereka-mereka yang dianggap merupakan ancaman laten
terhadap kepemimpinan Indira, mengalami siksaan dalam penjara.
Bahkan sejumlah kematian dilaporkan oleh suatu komite
penyelidik. Disebutkan dalam laporan itu bahwa kematian tersebut
memang bukan pembunuhan langsung, melainkan akibat "bunuh diri"
atau "kecelakaan di tengah jalan." Penyelidikan-penyelidikan ini
kabarnya masih belum juga selesai. Tapi dalam keadaan demikian,
nama Sanjay Gandhi, putera ln dira, sudah amat terkait dengan
insiden-insiden berdarah tersebut.
Selain menyalah-gunakan kekuasaan, korupsi juga merupakan alasan
penting bagi penahanan itu. Disebutkan bahwa dengan menggunakan
kedudukannya, Indira berhasil memperoleh 104 mobil Jeep untuk
kepentingan kampanye Partai Kongres dalam pemilu bulan Maret
yang lalu. Entah diketahui oleh Indira atau cuma merupakan hasil
permainan pembantu-pembantunya, sebuah skandal dalam urusan
penanaman modal dalalrl pengeboran minyak telah pula
mengakibatkan kerugian di pihak pemerintah sejumlah $ 134 juta.
Ini akibat dari diberikannya izin kepada sebuah perusahaan
Perancis, Consultancy Services des Petroles, sementara sebuah
perusahaan Amerika kabarnya berani membayar lebih untuk
fasilitas yang sama.
Dalam urusan korupsi ini, posisi Indira menjadi amat sulit oleh
keterlibatan puteranya dalam berbagai urusan. Sejak keadaan
darurat diumumkan, Sanjay yang memimpin pabrik mobil Maruti,
menggunakan kesempatan tidak saja untuk memperbesar usahmya,
tapi juga ikut mencampuri urusan-urusan politik yang mustinya
cuma jadi kesibukan ibunya. Lewat keterlibatannya dalam politik
itulah kabarnya Sanjay bisa menyingkirkan lawan-lawan usahanya
sembari menggunakan kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas
kredit aari sumber-sumber pemerintah. Yang amat mendongkolkan
pemuka-pemuka India adalah tindakan Sanjay untuk memaksakan
pemerintah menerima barang-barang buatan luar negeri yang
diageni oleh perusahaannya.
Beberapa jam setelah berada di pengadilan, hakim distrik New
Delhi, R. Dayal membebaskan Indira "tanpa syarat." Kata Dayal:
"Tidak ada alasan untuk menahannya atau untuk meminta pembayaran
bagi pembebasannya." Keputusan itu disambut dengan gegap gempita
oleh para pengikut Indira yang sudah melancarkan demonstrasi di
berbagai tempat -- termasuk di depan rumah Perdana Menteri Desai
- sejak saat penahanan. Pemerintah India tidak menerima begitu
saja keputusan hakim. Menteri Dalam Negeri, Sing bersikeras
untukmelanjutkan perkara itu. "Penyelidikan masih terus
dilakukan. Dan Indira harus diadili dengan gaya pengadilan
penjahat perang di Nuremberg."
Sementara sejumlah pengikutnya masih ditahan - sebagian
dibebaskan setelah membayar jaminan - Indira begitu bebas
langsung saja memulai kegiatan politiknya. Dalam keterangan
persnya setelah dibebaskan, Indira menuduh lagi partai
pemerintah, Partai Yanatha, sebagai menahan dirinya "karena
dendarn politik." Kata Indira: "Tapi mereka tak berani menahan
saya dengan alasan politik." Setelah itu Indira melakukan
perjalanan politik ke India barat dan selatan, yakni kunjungan
pertarna yang dilakukannya ke wilayah yang mendukungnya sejak ia
dikalahkan dalarn pemilu bulan Maret yang lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini