Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"tak ada barang terlarang" kata ...

Pesawat dc 8 jal memuat 142 penumpang, 14 awak dibajak dalam penerbangan dari paris-bombay. pembajaknya tentara merah jepang menuntut 9 tahanan dibebaskan, tebusan 6 juta dolar.

8 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERISTIWA itu bermula hanya 20 menit setelah pesawat tolak landas dari lapangan terbang Bombay, India. "Saya melihat beberapa orang bangkit dari bagian belakang pesawat. Mereka berseru: jangan bergerak, angkat tangan, jangan melihat wajah saya." Begitu bintang film Amerika, Carole Wells Karibian, kemudian mengisalikan pengalamannya di awal peristiwa yang mengerikan itu. Pesawat kemudian membalik ke arah Bombay. berputar-putar di atas lapangan terbang untuk kemudian melanjutkan penerbangan ke arah timur. Pesawat yang melakukan penerbangan Paris-Tokyo itu seharusnya mendarat di Bangkok beberapa jam kemudian. Tapi yang terjadi adalah pendaratan darurat di Dakka, ibu kota Bangladesh. Pesawat DC 8 milik perusahaan penerbangan Jepang, JAL yang membawa 142 penumpang dan 14 orang awak pesawat itu, memulai penerbangannya di Paris dan melakukan persinggahan di Athena. Kairo. Karaci dan Bombay. Besar dugaan para pembajak itu memulai penerbangan mereka di Bombay. Pi. hak keamanan pelabuhan udara di Bombay melaporkan kemudian mengenai 4 orang Jepang yang melakukan perja. lanan secara berkelompok dengan menggunakan nama Baba, Tokudaira, Miyamae dan Shimomura (satu-satunya wanita). Barang jinjingan mereka yang beratnya 40 kilogram nampaknya tidak diperiksa secara saksama karena seca. ra halus prang-prang Jepang itu mcno. lak. "Tidak ada barang terlarang di sini." kata salah seorang di antara mereka dalam baltasa Inggeris yang lancar meski tetap dalam aksen Jepang. Pembajak Bertopeng Setelah terjadi pembajakan, para bekas sandera mengaku melihat 5 orang pembajak yang beraksi, seorang di antaranya tidak bisa dikenali wajahnya karena selalu menutupinya dengan sehelai kain. Jika memang demikian, maka besar kemungkinan bahwa pembajak itu menaiki DC 8 JAL itu tidak dari satu persinggahan. Pihak kepolisian di Tokyo mencurigai pembajak yang menutupi mukanya itu sebagai "mungkin bukan prang Jepang." Pembajakan yang bermula pada hari Rabu pekan silam, terjadi hanya beberapa hari setelah sebuah pesawat jenis yang sama milik perusahaan yang sama, mengalami musibah berat di sekitar kos to Kuala Lumpur. Bisa dibayangkan betapa panik pihak Jepang ketika mendapatkan berita pembajakan tersebut. Ketika diperoleh keterangan bahwa pesawat dengan selamat telah mendarat di Dakka, pemerintah Jepang dengan segera menghubungi pemerintah Bangladesh agar tidak memberi kesempatan kepada para pembajak itu pergi dengan membawa sandera mereka. Pada saat yang sama, pemerintah Jepang juga sibuk membicarakan permintaan para pembajak. Tuntutan pembajak sampai ke Tokyo lewat pemerintah Bangladesh - yang berunding dengan pembajak di lapangan terbang Dakka - dan melalui sebuah kantor berita di Beirut. Di ibu kota Libanon - tempat berlindung secara gelap sejumlah pimpinan Tentara Merah - sebuah kantor berita menerima surat dari mereka yang mengaku bertanggung jawab atas pembajakan itu. Menamakan diri Tentara Meralt dari kelompok Komando Hidaka. dalam surat itu disebutkan pula bahwa jika pemerintah Jepang tidak membebaskan 9 orang talianan serta menyerahkan uang sebesar 6 juta dolar (harus terdiri atas lembaran seratus dolar), maka pesawat beserta isinya akan mereka hancurkan. Pemerintah Jepang yang sudah berpengalaman dengan kenekatan Tentara Merah itu - pembantaian membabi buta di lapangan terbang Lod serta pemboman di berbagai tempat di Jepang - tidak berpikir panjang. Tuntutan pembajak semua diterima. Yang jadi soal adalah batas waktu yang terlalu singkat dari pihak pembajak. Membuat Mengerti Dalam hal memelihara kesabaran para pembajak itu, Kepala Staf Angkatan Udara Bangladesh, Marsekal Gafoor Mahmood memainkan peranan yang amat penting. "Saya selalu berusaha membuat mereka mengerti, dan tidak sekedar mengatakan ya atau tidak," begitu Mahmood menjelaskan cara diplomasinya. Para pembajak yang kelelahan, kelihatannya memang makin tidak sabaran, sehingga suatu kali mereka melepaskan tembakan ke arah pasukan-pasukan Bangladesh yang mengepung pesawat terbajak itu. Tapi berkat desakan Mahmood, pada hari Kamis, 5 orang sandera dilepaskan, 4 orang kemudian menyusul pada hari berikutnya. Umumnya yang dilepaskan adalah anak-anak, kaum wanita atau mereka yang sakit. Di Tokyo, pemerintah Jepang tidak saja harus bekerja keras mengejar batas waktu yang digariskan oleh para pembajak, tapi jugs harus menghubungi Para tahanan yang dipenjarakan di berbagai tempat serta mencari dolar yang terdiri atas lembaran ratusan, "Ini bukan pekarJ aan mudah, sehingga kita barangkali harus menerbangkan uang itu lan Amerika Serikat," keluh seorang pejabat deparlu Jepang pekan silam. Masaalalt keuangan nampaknya. dapat' segera teratasi, tapi kentudian ternyata bahwa tidak semua tahanan itu bersedia dibe. baskan olelt Tentara Mertqh. Yang mula-mula menolak adalah Toshio Omura, 34 tahun. Omura yang ditangkap di Kanada dan dibawa ke Jepang pada bulan Desember tahun silam itu dengan tegas berkata: "Tujuan saya adalah revolusi sosial. Saya sama sekali tidak tertarik pada kegiatan mereka dan karena itu tidak ingin pergi." Dua tahanan lainnya juga menolak. Yang akhirnya diterbangkan dari Tokyo ke Dakka cumalah 6 orang. Setelah diselidiki alasan penolakan ketiga tahanan tadi, kemudian ditemukan bahwa mereka memang bukan anggota Tentara Merali seperti yang 6 itu. Kenyataan ini memperkuat dugaan polisi Jepang bahwa Tentara Merah memang dalam keadaan kekurangan tenaga - sehingga lama baru melakukan aksi setelah tahun 1975 menduduki kedutaan Amerika di Kuala Lumpur - sehingga perlu mengambil hati anggota radikal dari kelompok lain agar suka bergabung ke dalam Ten tara Merah. Sementara Pemerintah Jepang sibuk di Tokyo, penterintah Bangladesh sibuk pula di Dakka. Di menara lapangan terbang Dakka, Marsekal Mahmood tidak curna berunding dengan pembajak, tapi jugs dengan duta besar beberapa negara yang warganya ikut menjadi sandera. Indonesia prihatin terhadap pembajakan itu karena Marsekal Muda Kardono (Dirjen Perhubungan Udara) bersama isterinya jugs ikut terbajak. Pembesar Indonesia itu berada dalam perjalanan dari Paris kembali ke Jakarta ketika musibah itu terjadi. Nyonya Kardono yang men. derita penyakit sesak nafas dilepaskan oleh para pembajak di Dakka, tapi Kardono diterbangkan terus sampai pembajakan selesai. Usaha penyelamatan sandera yang dilakukan di Dakka yang berlangsung dengan lancar itu. hampir saja mengalami kegagalan hari Minggu pagi, beberapa jam sebelum pesawat terbajak itu memulai penerbangannya ke Timur Tengah. Bangladesh tiba-tiba saja dilanda sebualt percobaan kudeta. Terjadi tembak-menembak di kota, din lapangan terbang yang jaraknya cuma 4 kilometer dari kota tidak luput dari ketegangan itu. Presiden Ziaurraltnian kemudian memang bisa ntengatasi keadaan meski dengan korban sekitar 100 jiwa tewas. Tapi para pembajak yang panik dan tidak tahu apa yang terjadi, hampir saja mengambil tindakan yang jelas akan membahayakan jiwa para penumpang. Untunglah Marsekal Mahmood segera kembali dari arena pertempuran di kota untuk kemudian melanjutkan kembali perundingannya dengan para pembajak tersebut. Keenam tahanan yang dibebaskan din diterbangkan dari Tokyo itu dilepaskan ke pesawat satu persatu dengan membawa masing-masing 1 juta dolar. Setiap tahanan yang diterima oleh rekannya di pesawat 10 sandera dilepas. Semuanya 60 sandera dilepaskan pada hari terakhir pembajakan itu di Dakka. Sisanya dilepaskan di Kuwait 7 orang. Damaskus 10 orang din yang 12 orang dilepaskan di tempat tujuan para pembajak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus