KEJADIAN ini nwnpaknya cutna bisa ditemukan di negeri Cina. Dan
kisah yang unik ini terjadi di Shanghai, kota yang dulu dianggap
lambang masuknya kebudayaan barat ke tanah Cina. Syahdan, maka
seorang mahasiswi Perancis yang bernama Odile Pierquin, 28
tahun, bersukaan dengan pemuda pekerja Tien Li. Kisah cinta
mereka bermttla di lapangan ohhraga dalam kampus Universitas Fu
Tan di kota Shanghai. Odile (yang belajar bahasa Cina di
perguruan tinggi itu tentu saja tidak sulit mengembangkan
hubungan cinta kasihnya dengan sang jejaka sebab selain bisa
berbahasa Cina, pemerintah Perancis juga tidak melarang warganya
untuk kawin dengan siapa saja yang mereka senangi.
Tapi Odile bukannya tidak mendapat kesukaran. Peraturan tertulis
di kampus itu menyebutkan bahwa "segala pembicaraan tentang
cinta terlarang dalam kampus." Setelah berhubungan selama dua
tahun -- entah bagaintana caranya keduanya pun sepakat untuk
kawin. Ketika melapor pada pengurus universitas, langsung saja
Tien Li kena damprat. Ia bukan saja diperintahkan menghentikan
cintanya dengan nona Perancis itu, ia bahkan disuruh menulis
kritik terhadap dirinya serta minta ampun pada pimpinan
universitas. Tapi Tien Li rupanya sudah betul-betul jatuh hati
pada Odile. Pemuda Cina itu menolak perintah pengurus
universitas.
Membantu Sosialisme
Dalam pada itu Odile tak tinggal diam. Ia mengadakan
pendekatan-pendekatan dengan para pejabat Cina yang berpengaruh
sambil mencari dukungan dari Duta Besar Perancis di Peking.
Ditulisnya pula beberapa surat mengharukan kepada para pejabat
Cina. Orang yang dimintainya tolong antara lain Menteri Luar
Negeri Huang Hua din Teng Ying-chao, janda Chou En-lit, yang
menduduki jabatan sebagai wakil ketua Kongres Rakyat. Kepada
mereka itu Odile menulis: "saya bukan saja cinta Tieri Li, juga
ingin tinggal di negeri ini din turut menyumbangkan tenaga untuk
membantu sosialisme." Odile pun membuat persoalannya jadi isyu
internasional din jadi bahan berita luas. Banyak orang yang
bersimpati kepadanya. Namun semuanya tanpa basil.
Tien Li pun, yang terpaksa meninggalkan universitas pada awal
tahun ini, berusaha keras. Ia menulis berpuluh-puluh
pucuk-surat-kepada berbagai instansi pemerintah. Sebagaimana
halnya dalam sistim birokrasi, masing-masing pejabat menyeiahkan
persoalan tersebut kepada pejabat yang lebih tinggi dan lebih
tinggi lagi. Semuanya berlalu dengan kosong.
Hanya setelah Wakil Perdana Menteri Teng Hsiao-ping turun tangan
barulah, timbul lagi harapan agak tebal untuk i kedua sejoli
itu. Kepada Teng Hsiaoping, yang baru saja satu bulan menduduki
jabatannya kembali, Odile mengajukan permohonan. Teng disebutnya
sebagai "kawan almarhum Chou En-lai yang menyetujui perkawinan
campuran antara orang Cina dengan orang asing," dan juga sebagai
"orang yang pernah tinggal di Perancis pada tahun-tahun 20-an,
yang mau mengerti pada persoalan semacam itu." Konon, Chou En-
lai ketika ia tinggal di Perancis sebagai mahasiswa, pernah
kawin dengan wanita Perancis din punya situ anak.
Pengalaman Wyn Sargent
Tanda-tanda bahwa permohonannya akan ditinjau kembali timbul
sepuluh hari setelah is menulis kepada Teng. Ijin tinggal Odile
diperpanjang untuk satu bulan lamanya. Tapi, bagaimana pun. Tien
Li din Odile harus menunggu dengan penuh ketegangan. Sanlpai
akhirnya pads tanggal, 27 bulan lalu dating berita yang
menggembirakan.
Di hari itu Duta Besar Perancis di Peking dipanggil menghadap ke
Departemen Luar Negeri Cina. Di sana is diberitahu bahwa para
penguasa Cina telah merubah pendirian mereka dan memberi restu
kepada hubungan Odile dan Tien Li. Perkawinan mereka akan segera
dilangsungkan dan roman itu berakhir dengan suatu happv ending.
Yang jadi tanda tanya, apakah memang Odile cinta kepada Tien Li,
atau apakah ada sesuatu di balik maksudnya itu. Jangan jangan ia
cuma ingin menulis buku tentang suatu segi kehidupan rakyat
biasa di negeri komunis itu. Siapa tahu Odile: Ini cuma mau
mengulangi perbuatan Wyn Sargent yang beberapa tahun lalu kawin
dengan kepala suku Obahorok di Irian Jaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini