INILAH kunjungan pertama Presiden Suharto ke Timur Tengah. Para
pengamat, terutama yang merasa "dekat" dengan dunia Arab,
agaknya berharap banyak dari kunjungan itu. Selain negeri
seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab dan Bahrein
-- yang akan didatangi Presiden dan Ny. Tien itu - kini jadi
kaya karena minyaknya, maka Indonesia dengan negara yang
mayoritasnya pemeluk Islam, "mempunyai hubungan yang dianggap
kurang erat dengan mereka," kata seorang pengamat. Malahan ada
juga pendapat bahwa selama 10 tahun ini Indonesia lebih banyak
berpaling ke dunia Barat.
Maka tak heran bila kunjungan Presiden selama 10 hari itu (9
s/d 18 Oktober), dianggap sebagai usaha untuk menghimbau para
pemilik uang, yang kini memang banyak diincer orang. Tapi
seorang pejabat yang akan ikut dalam rombongan tak sepenuhnya
menyetujui pendapat begitu. Pejabat itu tak menolak anggapan
bahwa kunjungan ke negara-negara Arab penghasil minyak itu punya
arti ekonomis. Tapi katanya, "kunjungan Presiden ke Mesir dan
Suriah lebih punya bobot politik."
Terutama dengan Mesir, Indonesia telah mempunyai hubungan
tradisionil yang berkembang lama. Adalah Mesir yang merupakan
negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI, dan dengan cepat
bisa menarik negara Arab seperti Saudi untuk mengikuti jejaknya
waktu itu. Bahkan di zaman jayanya Presiden (amal Abdel Nasser
dulu (alm), RI amat populer di sana. Dengan peranan yang
dipegang Mesir selama ini sebagai pemimpin kebanyakan negara
Arab, amat beralasan kalau negerinya Presiden Anwar Sadat itu
merupakan sasaran utama dari kunjungan Presiden.
Tapi mengapa juga ke Suriah? Seorang pejabat Deplu, menilai
peranan Suriah akhir-akhir ini sebagai "negara yang suaranya
banyak mempengaruhi perkembangan di Timur Tengah."
Tapi bagi Indonesia, terutama ummat Islam, tak pelak lagi adalah
Arab Saudi yang selalu mempunyai tempat khusus di hati mereka.
"Sudah sejak beberapa tahun lalu kalangan Islam mendesak agar
Presiden bertandang ke Tanah Suci itu,' kata seorang pejabat
lain. "Setidaknya kunjungan Presiden diharapkan bisa mellcairkan
isyu negatif yang hidup di kalangan beberapa pemimpin Arab,
bahwa pemerintah Indonesia sekarang itu 'menekan' golongan
Islam."
Turut sertanya Menteri Ekuin Prof. Widjojo Nitisastro
menunjukkan bahwa soal ekonomi memang akan pegang peranan. Tapi
sebagai sasaran samping, kunjungan kenegaraan itu sekaligus
ingin menghilangkan isyu negatif itu, yang menurut beberapa
pihak merupakan "batu pengganjel" masuknya petrodollar ke
Indonesia.
Dibandingkan dengan apa yang sudah diperoleh Pakistan dan
Malaysia, dana bantuan dari Arab Saudi yang masuk ke Indonesia
misalnya, memang belum seberapa. "Masih tingkat jutaan dollar,"
kata seorang pengusaha yang dekat dengan kalangan Arab. "Sedang
yang masuk Pakistan dari Saudi, tahun lalu saja melebihi seluruh
bantuan dari Commonwealth (Persemakmuran)."
Negara pertama yang akan dikunjungi Presiden adalah Arab Saudi,
selama 3 hari. Di samping acara kenegaraan Presiden akan
melakukan Umroh. Dengan pakaian ihrom Presiden dan Ny. Suharto
akan meninggalkan ibukota Ryadh menuju Jeddah. Perjalanan ke
kota suci Mekkah dari Jeddah menurut rencana, akan dilakukan
dengan mobil.
Masyarakat Indonesia yang kebanyakan tinggal di Jeddah itu akan
berkesempatan untuk bertemu dengan Presiden di hari kedua malam.
Esoknya Presiden dan rombongan akan ke Medinah dan berziarah ke
makam Nabi Muhammad. Kunjungan ke Arab Saudi itu akan diakhiri
dengan acara makan siang dengan Putera Mahkota Pangeran Fahd,
yang sehari-hari praktis memegang pemerintahan, mengingat Raja
Khaled, abangnya itu, sering sakit-sakitan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini