HANYA keindahan alamnya yang bisa dibanggakan oleh Bangladesh.
Terutama bila matahari terbenam, sinarnya memerah di wajah
Sungai Gangga. Negeri berpenduduk 88 juta itu memang terbentang
di sekitar muara Gangga Brahmaputra. Dan walaupun hidup di bawah
garis kemiskinan, penduduknya patut berbahagia pekan lalu dapat
presiden baru Abdus Sattar, namanya.
Abdus Sattar, bekas hakim berumur 75 tahun menjadi pejabat
presiden setelah Ziaur Rahman terbunuh, 30 Mei. Dilihat dari
umurnya, dia memang istimewa, lebih-lebih mengingat 46% rakyat
Bangladesh berusia di bawah 15 tahun. Sementara umur rata-rata
yang bisa diharapkan warga Bangladesh hanyalah 49 tahun. Tetapi,
tentu saja bukan karena usianya yang lanjut Sattar mendapat
14,21 juta suara dan memenangkan pemilihan umum. Secara damai
pula.
Orang sipil yang terkenal kaku dan keras kepala ini sedang sakit
tatkala Letnan Jenderal Zia, pendahulunya diberondong peluru di
Chittagong. Karena itu cukup beralasan jika ia semula enggan
berkampanye. Tetapi Kepala Staf Militer Letjen H.M. Ershad, 47
tahun, konon berhasil membujuknya. Dengan bantuan militer,
kampanye lantas dilakukannya.
Pemimpin Partai Nasional Bangladesh ini menyebarkan gambar Ziaur
ahman. Dan segera tampak ia mempertahankan popularitas
partainya. Sementara di pihak lain, muncul bekas Menteri Luar
Negeri Kamal Hossain. Tokoh Partai Liga Awami ini, sebagai
balasan terhadap Partai Nasional yang dianggap sekuler,
menampilkan gambar Sheik Mujibur Rahman, presiden pertama
republik berumur 10 tahun itu.
Maka kedua gambar presiden yang mati terbunuh itu memenuhi
Bangladesh selama kampanye. "Pemilihan umum ini seakan-akan
menjadi arena perang tanding mistisisme Sheik Mujib melawan
stabilitas Jenderal Zia," tulis Stuart Auerbach dari koran
Washington Post. Rupanya masalah yang menonjol bukanlah keadaan
calon masing-masing atau soal kenegaraan, melainkan arwah kedua
tokoh itu.
Partai Nasional menonjolkan Zia sebagai pahlawan yang berusaha
mengangkat Bangladesh dari kemiskinan. Sedangkan Liga Awami
mengagungkan Sheik Mujib sebagai Bapak Negara. "Mari kita balas
kematiannya dengan memilih Kamal Hossain," seru Hasina Wazed,
putri Sheik Mujib yang memimpin Liga ini. Seperti halnya Zia,
Sheik Mujib juga gugur akibat pemberontakan militer. Sekarang
pihak angkatan bersenjata berjanji mendukung pemerinthan yang
konsi titusional. Tetapi Letjen H.M. Ershad juga mendesak agar
angkatan bersenjata ikut menjalankan pemerintahan guna mencegah
kemungkinan kudeta di masa mendatang.
Mengingat hal itu, kampanye lantas berjalan lancar. Hanya lima
korban jiwa sejauh ini.
Banyak peninjau asing menilai Bangladesh masih menjalankan
politik hukum alam. Selain Kampuchea, Bangladesh memang negara
termiskin di dunia. meskipun demikian, rakyat yang
berpenghasilan per kapita US$ 90 per tahun itu juga anggota
Kelompok Persemakmuran. Maklum, wilayah negara itu dulu jadi
Pakistan Timur, bekas bagian India, jajahan Inggris pula.
Semakin Miskin
Tragisnya, setelah merdeka Bangladesh justru semakin miskin.
Jauh lebih miskin ketimbang semasih berada dalam jajahan. Dengan
kepadatan penduduk mencapai 660 jiwa tiap kmÿFD, serta baru 22%
di antara mereka melek huruf, Bangladesh memerlukan bantuan US$
2,6 milyar dari luar untuk anggaran 1980/1981. Bantuan pangan
sangat diperlukan.
Ziaur Rahman yang disumpah sebagai presiden, 21 April 1977,
menjanjikan 'zaman keemasan' (Sonar Bangla) bagi rakyat yang
dikatakannya 100% Islam itu. Dalam pemilu dua tahun berikutnya,
Partai Nasional yang dipimpinnya memenangkan 207 dari 300 kursi
parlemen. Partai terkuat kedua (Liga Awami) mendapat tak sampai
40 kursi. Hasina, putri Sheik Mujib yang mendirikan partai itu
pun menyingkir ke India.
Kematian Zia membut Hasina kembali dan bertekad membangkitkan
partainya Tetapi dalam pemilu 15 November, Liga Awami masih
ketinggalan 8 juta suara dari lawannya. Hossain segera menuduh,
hasil pemilu ini telah dimainkan. Anggota parlemen dari partai
ini pun mencoba memboikot upacara pelantikan Abdus Sattar (20
November). Keesokan harinya, Liga Awami mengadakan rapat umum di
Lapangan Baitul Mukarram, Dakka, meneguhkan tekadnya menentang
pemerintahan baru.
Hasina dan Hossain menuduh Partai Nasional telah melakukan
intimidasi, gangguan dan tekanan terhadap para pemimpin Liga
Awami di seluruh penjuru negara. Dalam suasana demikian, tentu
angkatan bersenjata Bangladesh merasa tuntutannya beralasan,
agar peranannya jangan diabaikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini