Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Niat memboikot minyak libya

Pemerintah a.s kemungkinan akan memboikot impor minyak dari libya. washington menduga bahwa dengan uang minyak, libya membiayai berbagai gerakan radikal, terutama organisasi plo.

28 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MINYAK dari Libya dikenal berkadar belerang rendah. Sudah sejak lama negeri ini secara tetap menyalurkan sebagian besar minyaknya ke Amerika Serikat, sekalipun keduanya uk punya hubungan diplomatik lagi. Terakhir, kctika produksi harian minyak Libya merosot dari 1,7 juta jadi 700 ribu barrel, AS setiap hari masih menerima suplai 275 ribu barrel. Dengan uang minyak (petrodolar) itulah, menurut dugaan Washington, Tripoli membiayai berbagai gerakan radikal -- tcrutama Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Maka Senator Gary Hart, misalnya, menganjurkan agar Gedung Putih segera menghentikan impor dari Libya. Dengan cara itu, dia menduga sumber keuangan negeri itu akan terpukul. Gayung pun bersambut. Pekan lalu Dean Fischer, jurubicara Departemen Luar Negeri AS, mengungkapkan kemungkinan negerinya memboikot impor minyak dari Libya. Menurut dia, pemerintahan Reagan sudah mual menyaksikan berbagai tindakan pemimpin Libya Kolonel Muammar (addafi yang dianggap "melawan hukum". Antara lain disebutnya Qaddafi menyokong "gerakan terorisme internasional, dan membantu kegiatan subversif melawan pemerintah setempat." Menara Eiffel Nama Kolonel Qaddafi awal November juga dihubungkan dengan suatu usaha membunuh Christian Chapman, 60 tahun, seorang diplomat senior Kedubes AS di Paris. Chapman pagi itu tengah menyeberangi jalan di dekat Menara Eiffel. Mendadak seorang lelaki sekitar 30 tahun, menembaknya dari jarak 20 meter. Chapman segera berlindung di balik mobil Plymouthnya yang antipeluru. Orang berwajah "Timur Tengah" itu segera angkat kaki meninggalkan tujuh selongsong peluru senjata genggam jenis Beretta, buatan Italia. Di Washington, Menlu Alexander Haig menduga. bahwa Kolonel Qaddafi berada di belakang usaha pembunuhan tersebut. "Kami mendapat berita dari sumber yang layak dipercaya bahwa Kolonel Qaddafi membantu keuangan dan mensponsori latihan berbagai kelompok teroris," katanya. Menurut Haig, kelompok teroris itulah yang antara lain selalu berusaha "membunuh para diplomat Amerika." Tapi benarkah Washington akan memboikot minyak Libya? Adalah Presiden Ronald Reagan sendiri yang pcrtama kali menyangsikan keampuhan boikot minyak itu. Menurut dia, jika AS memboikot, Libya tentu akan menjual minyaknya ke Eropa Timur atau Uni Soviet. Pendapatan Libya dari sektor minyak tahun ini diperkirakan hanya akan mencapai US$ 7 milyar--tahun lalu US$ 22 milyar. Boikot tadi diduga tidak akan berpengaruh. Cadangan devisanya (tanpa emas) sebesar US$ 8 milyar, yang diduga akan tetap utuh mengingat Tripoli tak membiayai banyak pembangunan di negerinya. Hampir sebagian besar penghasilan minyaknya dihamburkannya hanya untuk membeli perlengkapan perang, dan terutama mengongkosi PLO. Adalah Kolonel Qaddafi pula yang dua tahun lalu pernah menganjurkan OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak) agar mengurangi produksi mereka secara besar-besaran untuk memukul AS. Tapi Arab Saudi menolaknya. Bahkan ketika pecah perang Irak-Iran, Oktober tahun lalu, Saudi mendongkrak produksinya hingga di atas 10 juta barrel/hari. Tindakan Saudi itu, tentu saja, menyebabkan terjadinya glut (kelebihan sekitar 3 juta barrel/hari), dan menggoyahkan harga minyak Libya yang dipasang USS 37 per barrel. Dalam situasi seperti itu, Exxon, perusahaan minyak AS terbesar, memutuskan sejak 4 November mengundurkan diri dari semua kegiatan eksplorasi minyak dan gasnya di Libya. Dari ladang minyak negeri itu, Exxon setiap hari menghasilkan sekitar 40 ribu barrel--sementara pada tahun 60-an produksinya rau-rata 750 ribu barrel. Pengunduran diri Exxon itu menurut Petroleum Intellegence Weekly, lebih banyak karena alasan ekonomi--bukan disebabkan tekanan poliuk Washington. Tripoli kabarnya menghendaki pajak minyak sekitar US$ 2 setiap barrel. Tapi Exxon, yang menganggap harga minyak Libya USS 37 terlalu tinggi, menolak usulan tadi. Karena tidak mencapai kesepakatan dalam pungutan pajak itu, Mobil Oil pun menghentikan produksinya sejak 1 November, dan juga berniat angkat kaki dari Libya. Sikap Exxon dan Mobil itu, jika diikuti maskapai minyak lainnya, tentu akan memukul jantung perekonomian Tripoli. Maka dalam upaya melunakkan sikap berbagai perusahaan minyak tadi, Libya dikabarkan akan menurunkan harga minyaknya setiap barrel dengan US$ 1. Dengan cara itu, Libya mengharapkan minyaknya bisa bersaing pula dengan produksi Nigeria yang berharga US$ 36 per barrel. Sementara itu, Washington pun. menganjurkan kepada seluruh perusahaan minyak AS agar secara berangsur menarik para pekerja mereka yang berkebangsaan Amerika. Di Libya kini masih tinggal sekitar 1.500 pekerja Amerika. Sedang ditekan dari berbagai penjuru, Libya menuduh AS berusaha meruntuhkan pemerintahan di Tripoli. "Boikot minyak AS bertujuan menggoyahkan stabilisasi pemerintahan Kolonel Qaddafi," demikian pernyataan resmi Tripoli. Libya juga menuduh AS membantu bekas Menteri Pertahanan Chad Hissene Habre dengan persenjataan yang disalurkan ke Chad lewat Sudan. Dari daerah bergolak yang mengandung banyak Uranium itu, Tripoli secara berangsur seja awal November menarik mundur 4.00C pasukannya. Penarikan mundur itu di lakukannya sesudah Presiden Chad Gou kouni Oueddei menganggap perlawanar Habre mulai melemah. AS dan Sudan pun kabarnya berjanji tak akan mem bantu bekas menteri pertahanan itu lagi. Kolonel Qaddafi, secara moral juga men dapat tekanan dari Organisasi Persatuan Afrika (OAlJ). Sebagai pengganti pasukan Libya, Prancis mengusulkan agar OAU mengirimkan pasukan pemelihara perdamaian ke Chad. Secara aklamasi usul itu diterima 34 anggota OAU. Kepada Chad itu Prancis, dan juga sejumlah negara Afrika (seperti Zaire), berjanji akan memberikan bantuan ekonomi yang tidak mengikat. Libya sendiri sesungguhnya juga pernah berjanji memberikan bantuan keuangan. Tapi sebelum terwujud, Oueddei mengusirnya. Sekitar 300 pasukan para Zaire yang merupakan bagian dari 5.000 pasukan pemelihara perdamaian OAU, sudah tiba di Ndjamena, ibukota Chad. Dan ternyata Kolonel Qaddafi, tanpa permintaan Presiden Oueddei, tak ingin mempertahankan "pasukan perdamaiannya." Tapi dia tetap dicurigai, dan AS masih melihaya berbahaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus