SESUDAH rahasia umum, ada dua orang yang sangat mempengaruhi Presiden Ronald Reagan dalam mengambil keputusan: pertama, istrinya Nancy, dan yang lain Kepala Staf Kepresidenan Donald Regan. Rahasia itu terasa kian pekat karena keduanya merupakan seteru berat. Dikenal lama sebagai tangan kanan Presiden, pengaruh Ibu Negara Nancy Reagan konon, dianggap berlebihan. Ia praktis ikut berperan dalam banyak keputusan politik. Di pihak lain Donald Regan, Kastaf Gedung Putih yang berlagak sebagai "presiden bayangan" itu, terkadang mengurusi Presiden hampir seperti merawat istri sendiri. Selain membantu Reagan dalam urusan pemerintahan, Don -- demikian nama populernya -- juga memeriksa buka agenda Presiden. Ia meneliti satu per satu janji dan acara Reagan, serta mengingatkan hal-hal kecil yang harus dikerjakan. Kedua pembantu Reagan yang "setia" ini ternyata tidak cocok alias tidak bisa kerja sama. Perselisihan terjadi segera setelah Regan dilantik -- lebih dari dua tahun silam -- kabarnya karena Don pada suatu waktu merasa kesal, lalu begitu saja memutuskan hubungan telepon Nancy. Sesudah perisitwa itu, keduanya melancarkan aksi tutup mulut. Dalam prakteknya Nancy ikut menentukan siapa-siapa saja yang harus dipilih menjadi pembantu presiden. Tapi dalam kasus Regan peraturan ini tidak berlaku. Wajar kalau dalam masa-masa berikutnya, hubungan kedua "orang kepercayaan" itu terus-menerus tegang. Banyak isu beredar, menggosipkan bahwa Regan tak bisa bertahan lama di Gedung Putih. Cepat atau lambat, Nancy akan mendepaknya. Ternyata, posisi Don Regan kian mantap saja. Sang presiden memang sangat mempercayai Regan yang justru tak disukai istrinya. Dan Regan, yang sangat meremehkan wanita, juga menyadari hal ini. Ketika Regan harus beristirahat setelah menjalani operasi kanker tahun-tahun lalu, Regan semakin agresif. Ia sesumbar telah mengambil alih tugas-tugas kepresidenan yang biasanya dilakukan Reagan. Mendengar ini Nancy tidak tahan lagi. Ia tidak bisa mentolerir sikap sok Regan yang terang-terangan mencetak kesan bahwa suaminya lemah serta tidak menguasai persoalaan. Toh tidak terjadi apa-apa. Tatkala skandal senjata Iran pecah, sikap Don Regan tidak berubah. Ia bicara tentang "brigade sapu bersih" yang diperlukan untuk menertibkan kesemrawutan di sekitar Presiden. Komentar ini tidak pernah bisa dimaafkan Nancy. Lagi pula, berbagai bukti kemudian menunjukkan ia terlibat skandal di samping tidak becus menangani aib itu. Kedudukannya guncang. Banyak kalangan berpendapat ia harus dipecat. Nancy, apalagi. Pemecatan tak segera terjadi karena Reagan mempertahankan Don. Nancy pun bertindak. Ia meminta bantuan sejumlah kawan dekat Reagan, di antaranya Senator Paul Laxalt. Mereka berhasil. "Presiden bayangan" Donald Regan akhirnya mengundurkan diri Jumat pekan lalu. Dan kalangan Gedung Putih lagi-lagi mempergunjingkan Nancy dan lobby-nya yang piawai itu. JIS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini