BEIRUT Barat masih bergolak. Pertempuran marak lagi satu hari sesudah 700-an pasukan penengah Syria masuk ke sektor Muslim itu, Senin pekan lalu. Ternyata, milisi Druze -- sebagai tanda protes -- menyerang pasukan Syria, tetapi tidak jatuh korban jiwa. Baru keesokan harinya -- di wilayah kumuh Basta -- 23 orang gugur dalam bentrok senjata antara laskar Hizbullah dan tentara Syria. Pembantaian Basta, demikian namanya, terjadi ketika anak buah Hafez Assad berusaha mengambil alih markas Hizbullah. Berbeda dengan laskar Amal, yang segera mengosongkan markasnya, Hizbullah justru bertahan mati-matian. Di pihak laskar yang pro-Iran itu 18 orang tewas kenyataan yang membakar perasaan anti-Syria. Sekitar 10.000 warga Syiah pendukung Hizbullah mengantar ke pemakaman. Para wanita menangis hiteris. Memukul-mukul dada sendiri, mereka yang berduka memekik-mekik dan memaki, "Matilah Syria. Tunggulah pembalasan Hizbullah." Damaskus segera mengontak Teheran, menjelaskan insiden berdarah itu. Iran, yang mendapat dukungan Syria dalam Perang Teluk, bersikap menahan diri. Ketua Parlemen Iran Rafsanjani, di muka jemaah salat Jumat lalu, mengimbau agar Hizbullah dan pasukan Syria di Libanon bekerja sama. Namun, pemimpin Iran ini mengingatkan Syria agar, "Jangan lupa Hizbullah-lah yang menendang pasukan Amerika dan Prancis dari Libanon. Dan mereka pula yang sampai kini masih bertempur melawan Israel di sana." Pasukan Syria masuk ke Beirut Barat atas permintaan para pemimpin Muslim Libanon untuk menghentikan pertempuran 7 hari Amal lawan Druze, yang menelan korban lebih dari 200 jiwa. Menurut komandan intel militer Syria di Libanon, Brigjen Ghazi Kenaan, sudah 75 markas milisi ditutup. Pasukan Damaskus itu bersikap tangan besi. "Kami tak pilih bulu dalam menjalankan tugas," kata Kenaan. Di samping berpatroli, pasukan Syria juga mengatur lalu lintas yang mulai ramai lagi di pusat kota. Mereka mencopoti poster-poster Ayatullah Khomeini dan menggantinya dengan gambar-gambar Presiden Syria Hafez Assad. Sekilas tampaknya ketertiban berangsur pulih. Ahad pagi lalu, warga Beirut telah berlibur di wilayah pantai, sedang pelari pagi memenuhi jalan raya. Para anggota milisi mulai meninggalkan senjata mereka. Tukang cukur panen karena milisi banyak yang mencukur berewok, sementara lainnya bermain bola di jalanan. Namun, banyak pengamat meragukan sukses operasi penertiban Syria. Alasannya: pihak Israel dan pasukan AS pun pernah mencoba tetapi gagal. Yang pasti, kehadiran pasukan Syria ini memperkuat sekutu utama mereka, Amal Syiah, sedang yang paling dirugikan tentu saja PLO pro-Arafat. Walaupun pengepungan Amal atas kamp-kamp pengungsi Palestina sudah dinyatakan berakhir, milisi Amal masih tampak berpatroli di sekitar kamp pengungsi. Sabtu lalu, pertempuran pecah lagi di sana dan tak ayal lagi Yasser Arafat menuduh Syria. Kata Arafat, Syria bertujuan memperpanjang "perang kamp" yang telah berlangsung lebih dari 4 bulan. Sementara itu, para pemimpin Muslim Libanon, yang berembuk di Damaskus, menyetujui rancangan perdamaian baru. Presiden Gemayel kabarnya telah menyetujui rancangan yang konon mencakup usul dari pihak Kristen. Farid Sendjaja, Laporan kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini