PERANG saudara Libanon mungkin sudah lama berakhir, kalau saja perbedaan agama tidak dikaitkan dengan kekuasaan. Pakta Nasional 1943, yang melembagakan dominasi kelompok Kristen Maronit, ditentang keras oleh koalisi kelompok Muslim, hingga pecah perang saudara, t975. Sejak itu, Syria dan Israel datang dan pergi, tapi perdamaian di negeri itu tak kunjung hadir. Keterlibatan PLO membuat keadaan semakin runyam, sementara negeri itu kian terkotak-kotak akibat polarisasi kekuatan politik dan militer. Diperkirakan ada 40 kelompok bertarung di sana, yang terbesar dan selalu menjadi pemain utama adalah: SYIAH, dengan dua kelompok menonjol, Amal dan Hizbullah. Syiah kini merupakan mayoritas di Libanon, berkekuatan 1,1 juta (Muslim Libanon seluruhnya 1,8 juta jiwa, Kristen 1,5 juta jiwa). Cikal bakal gerakan militan Syiah adalah Imam Musa Sadr, hilang secara misterius dalam kunjungan ke Libya, 1978. Sejak itu, Musa Sadr dinobatkan sebagai martir dan dikultuskan oleh pengikutnya. Kelompok militan Amal sering disebut Amal Syiah -- yang kini dipimpin tokoh sekuler Nabih Berri, sejak invasi Israel, 1982, muncul sebagai wadah penyalur aspirasi Syiah. Di bawah Berri, Amal menjalin persekutuan dengan Syria. Tujuan utamanya: memperjuangkan hak-hak kaum Syiah sesuai dengan statusnya sebagai mayoritas di Libanon, dan pembebasan wilayah Libanon Selatan -- daerah permukiman masyarakat Syiah -- dari cengkeraman PLO. Di samping Amal, kini terkenal Hizbullah, yang berorientasi ke Teheran dengan pemimpin spiritualnya, Sheikh Mohammed Hussein Fadlallah. Hizbullah sering dikaitkan dengan penyanderaan 26 warga asing, termasuk Terry Waite, pendeta Gereja Anglikan . Amal Islami, pecahan Amal, dipimpin Hussein Mousavi dan diduga banyak melakukan peledakan, misalnya dalam serangan berantai terhadap kedutaan AS dan markas besar pasukan PBB di Libanon, 1983. Sebagai kelompok yang berkiblat ke Teheran, Amal Islami diduga mempunyai hubungan erat dengan Hizbullah. Islam Jihad untuk Pembebasan Palestina, kelompok sempalan yang tujuan utamanya membebaskan tawanan Syiah dari penjara Israel. Lebih terkenal sebagai kelompok teroris, Islam Jihad diduga menculik empat profesor AS dari Universitas Beirut, Januari silam. Islam Jihad punya hubungan kerja sama dengan Syria, Iran, dan Libya. Al-Dawa (Panggilan), satu lagi kelompok fundamentalis Syiah yang bertanggung jawab atas serangkaian aksi teror di Irak dan Kuwait. KELOMPOK-KELOMPOK ISLAM SUNI, dulu golongan kedua terbesar, sesudah Kristen Maronit, berjumlah sekitar 700.000 jiwa dengan dua kelompok milisi (laskar) yang tidak begitu tangguh, yakni Murabitun, sekarang berpusat di Sidon, dan Tauhid, di Tripoli. Yang pertama tersingkir dari Beirut setelah bentrok dengan Amal, tahun lalu sementara Tauhid bersama-sama PLO terusir dari Tripoli akibat tekanan pasukan Syria, 1985. Masyarakat Suni, yang diwakili PM Rashid Karami dalam pemerintah Libanon, tampaknya cenderung memihak PLO, sebaliknya Amal sangat memusuhi pejuang Palestina itu. Milisi Murabitun pernah tergabung dalam gerakan nasionalis Nasseris, pengikut Tauhid, kemudian banyak yang bergabung dengan Hizbullah. DRUZE. Bermarkas di pegunungan Shouf, Partai Sosialis Progresif Druze adalah golongan keempat terbesar, berkekuatan 200.000 jiwa. Dipimpin Walid Jumblatt, kelompok tertutup ini (lihat TEMPO, 28 Februari 1987) bersama-sama Amal yang dipimpin Nabih Berri mengorbit ke Damaskus, Syria. Tapi ketika terjadi bentrokan sengit PLO lawan Amal, Februari lalu Druze ternyata memihak PLO. KELOMPOK KRISTEN MARONIT, mencakup 1,5 juta umat Kristen Libanon, sampai kini masih tetap pada formasi lama, yakni dengan kelompok Falangis berdiri paling depan. Didirikan pada tahun 1930 oleh Mendiang Pierre Gemayel, Falangis merupakan partai politik Kristen yang terorganisasikan paling rapi. Laskar Falangis yang didukung Israel -- bertambah kuat di tangan Bashir Gemayel, anak Pierre. Setelah Bashir terbunuh, 1982, kepemimpinan partai beralih kepada Amin Gemayel, kakaknya. Amin sekarang menjabat sebagai presiden Libanon, tapi wewenang dan wibawanya hampir-hampir sirna ditelan gejolak perang saudara. PASUKAN LIBANON (Lebanon Forces), merupakan koalisi antara pecahan Falangis dan kelompok sempalan Maronit lainnya, yang berada di luar kontrol Gemayel. Laskar ini terpecah dua: pendukung Samir Geagea -- yang menentang kerja sama Amin Gemayel dan Syria dalam upaya menyelesaikan kemelut Libanon -- dan kelompok pro-Damaskus pimpinan Eli Hobeika. Kelompok-kelompok Maronit lainnya dipimpin oleh bekas presiden Libanon: Camille Chamoun (1952-58) dan Suleiman Franjieh (1970-76). Partai Liberal Nasional adalah organisasi politik Chamoun. Kekuatannya anjlok sesudah terlibat pertempuran dengan Falangis, pada 1980. Marada atau Tentara Pembebasan Zghorta merupakan milisi pendukung Franjieh yang bermarkas di Libanon Utara. Di luar Maronit dengan laskar-laskarnya itu, umat Kristen Libanon meliputi mereka yang beragama Ortodoks Yunani, Katolik Yunani, dan Kristen Armenia. Seluruhnya diperkirakan berjumlah 600.000 orang. TENTARA LIBANON SELATAN (SLA), berada di bawah komando Antoine Lahad, bekas perwira tinggi dalam angkatan darat Libanon. Menguasai daerah penyangga di perbatasan selatan Libanon, kelompok ini sepenuhnya dibiayai dan dikendalikan oleh Israel. KELOMPOK-KELOMPOK PEJUANG PALESTINA, dengan organisasi Al-Fataf sebagai kelompok terbesar yang setia pada pemimpin PLO Yasser Arafat. Setelah tercerai-berai akibat penumpasan Israel, 1982- 1983, belakangan ini mereka tampak membangun kembali kekuatannya di kamp-kamp pengungsi Palestina di Beirut Barat. Kehadiran PLO membuat masyarakat Syiah kembali merasa terancam. Alasan inilah yang digunakan Amal untuk menggempur dan mengepung kamp pengungsi Palestina, hingga terjadi kelaparan hebat di sana. Selain Amal, Al-Fatah yang pro-Arafat juga dimusuhi sesama pejuang Palestina yang berkiblat ke Damaskus, yaitu Front Pembebasan Palestina dan sempalan Fatah di bawah Abu Musa. F.S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini