Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

100 hari dalam kebebasan

100 hari pemerintahan cory dilukiskan sebagai 100 hari dalam kebebasan. krisis ekonomi belum terangkat, tapi negara donatur mulai mencairkan bantuannya. cory mengancam menghancurkan perlawanan komunis.(ln)

14 Juni 1986 | 00.00 WIB

100 hari dalam kebebasan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SERATUS hari pemerintahan Corazon Aquino disambut dengan penerbitan edisi khusus oleh berbagai surat kabar Filipina. Para wartawan telah menggunakan kesempatan itu untuk menimbang-nimbang keberhasilan dan kegagalannya. Cory sendiri tidak melewatkan hari bersejarah ini begitu saja. Ia melukiskannya sebagai "seratus hari dalam kebebasan", dan merinci kebebasan itu dalam satu daftar panjang. "Kita telah membebaskan lembaga peradilan dari campur tangan politik, membebaskan tahanan politik, menegakkan habeas corpus, kemerdekaan pers, dan memberi jaminan dan perlindungan penuh bagi hak-hak asasi." Semua itu memang tidak sekadar retorika. Cory telah mempertaruhkan ketahanan nasional untuk "pelampiasan hak-hak asasi" ribuan pengikut Marcos. Ia juga menguji kekuatan angkatan bersenjata Filipina (AFP) dengan tawaran gencatan senjata bagi pemberontak komunis. Lebih dari itu, ia dan setiap menteri dalam kabinetnya tidak dipersenjatai kekebalan terhadap rangan pers. Praktek demokrasi yang diterapkan Cory memang bukan hal baru bagi rakyat Filipina, tapi tak urung mereka terkesima juga. Setidaknya mereka digugah untuk menyadari bahwa "demokrasi warisan Marcos" terkendali dari sebuah pusat kekuasaan di Malacanang. Sebaliknya, demokrasi yang sekarang ini mempunyai rentang kendali yang tidak kelihatan. Dan tiba-tiba mereka dikejutkan oleh Cory. "Apa yang akan Anda laukan untuk negara Anda dalam 100 hari yang kedua?" tantang presiden wanita itu. Pertanyaan ala Kennedy ini juga tidak baru, tapi siapa yang menduga Cory akan bertanya begitu? "Janganlah hanya melihat pada pemerintah, tapi coba lihat diri dan kemampuan Anda sendiri." Anjuran seperti itu mungkin hanya cocok untuk rakyat Amerika, tapi Cory melontarkannya juga kepada rakyt Filipina. Singkatnya, ia mencoba mengatakan bahwa kunci keberhasilan demokrasi baru itu terletak pada partisipasi rakyat, bukan terpusat di tangannya atau di Malacanang tempat kabinet tiap minggu bersidang. Wanita itu tidak suka kalau rakyatnya pasif saja. "Pemulihan ekonomi hanya bisa dicapai melalui usaha kita ... negara membutuhkan kerji keras, patriotisme, dan keyakinan Anda . . . apa yang diinginkan rakyat harus diperjuangkan sendiri oleh mereka . ..," ujar Cory bertubi-tubi dalam wejangan televisi. Apakah itu pertanda bahwa ia bermaksud menggeser sebagian dari tanggung jawabnya? Seratus hari yang kedua akan menjawab pertanyaan ini. Pemulihan ekonomi - yang sangat ditunggu-tunggu itu - sampai kini belum juga menampakkan diri. Memang bursa saham pelan-pelan berdenyut kembali, laju inflasi bisa ditahan, tingkat bunga bank menurun, tapi pada saat yang sama pengangguran kian parah. "Inilah masalah pokok," cetus pengusaha Ramon Gonzales. Pengusaha lain Felix Maramba mengeluh "Bagaimana roda ekonomi bisa bergulir kalau tidak ada modal besar yang mendorongnya?" Dia benar. Modal itulah yang ditunggu-tunggu, tapi tak juga kunjung datang. Investor ragu-ragu, terutama karena tiadanya konstitusi serta peraturan yang bisa menjamin keselamatan berusaha di negeri itu. Bagi mereka sudah cukup banyak pengalaman tak sedap dengan Marcos yang tidak perlu terulang sekarang. Dalam kebuntuan seperti itu, Jepang mencairkan pinjaman US$ 97 juta dari US$ 289 juta yang dibekukan pada saat Marcos berkuasa. Senator Richard Lugar tiba-tiba mengusulkan tambahan bantum US$ 100 juta lagi sesudah US$ 150 juta dicairkan oleh Kongres belum lama berselang. Lalu Menlu AS George Shultz, yang semula bersikap tidak simpatik itu, sekonyong-konyong menghardik kaum modal Amerika untuk berlomba-lomba menyerbu Filipina. "Saya penuh harap melihat Filipina," ucap Shultz. "Kalau pengusaha Amerika mau untung besar, mereka sebaiknya melakukan gerak cepat ke sana," katanya lagi. Mengapa Shultz berubah sikap? Agaknya dia melihat beberapa titik cerah, setelah pemerintahan Aquino mempreteli beberapa monopoli, di bidang kopra misalnya. Tapi lebih dari itu agaknya Washington merasa perlu cepat-cepat berdiri di sisi Cory, sesudah presiden ini mengancam akan menghancurkan perlawanan komunis. Cory memang menegaskan, setidaknya, kalau dalam waktu 6 bulan usaha rujuk gagal, tentara Filipina akan bersikap keras lawan keras terhadap NPA. Di pihak komunis sendiri, ada tanda-tanda perubahan sikap. Berita terakhir dari Manila menyebutkah, seorang bekas wartawan, Satur Ocampo telah ditunjuk Partai Komunis Filipina (CPP) sebagai wakil resmi komunis dalam perundingan dengan pihak pemerintah. Penunjukan Ocampo ini tak ubahnya terobosan besar yang ikut memeriahkan 100 hari pemerintahan Cory. Kastaf AFP Jenderal Fidel Ramos dalam pada itu memperingatkan bahwa situasi sampai sekarang memang tetap bisa dikendalikan an, tapi sewaktu-waktu bisa memburuk kalau ketidakstabilan politik dan ekonomi berlanjut terus. Kekuatan NPA diperkirakannya 16.500 orang, dengan catatan rata-rata tiap hari korban tewas 11 orang selama Aquino berkuasa, padahal di masa Marcos korban rata-rata hanya 10 orang. "Dalam upaya menangkal seragan pemberontak, hendaknya jangan militer saja yang diandalkan. Semua lembaga pemeritah dan sektor swasta diharapkan terjun dalam satu program terpadu . . . demi keamanan bersama," begitu inti pidato Ramos khusus menyambut 100 hari umur pemerintahan Aquino. Kubu komunis tidak pula berdiam diri. Tokoh pendiri NPA Bermbe Buscoyne, 42, menysalkan AEP - Enrile dan Ramos terutama - yang dituduhnya menyabot usaha damai Presiden Aquino. Berbicara di hadapan sekelompok penulis, pekan lalu, Buscoyne menuduh kedua tokoh itu menyimpan ambisi-ambisi politik dan terikat perjanjian rahasia dengan kelompok Marcos. Dia mempercayai ketulusan Presiden Aquino, tapi kalau penindasan meningkat seperti di zaman Marcos, mungkin ia terpaksa kembali ke gunung, bergerilya. Cory mengakui, pemberontakan komunis dan krisis ekonomi adalah dua masalah paling besar yang dihadapinya sejak ia dilantik sebagai presiden, 25 Februari silam. Secara bergurau ia mengatakan bahwa dalam 100 hari berkuasa, pemerintahannya cuma bisa diberi nilai 85, bukan 100. Mengapa? "Karena saya gagal mewujudkan keajaiban ekonomi seperti yang diharapkan banyak orang."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus