NYONYA Yelena G. Bonner, 63, akhirnya berkumpul kembali dengan suaminya, Andrei Shakarov. Pemerintah Soviet membiarkan dia pulang setelah menjalani serangkaian pengobatan penyakit jantung dan mata selama enam bulan di Amerika dan Italia. "Kalau saja saya tidak meninggalkan suami di sini, enggan rasanya untuk kembali," kata Nyonya Yelena setibanya di bandar udara Moskow, awal bulan ini. Untuk bertemu suaminya yang pemegang hadiah Nobel untuk perdamaian (1975), Nyonya Yelena masih harus menempuh 400 km ke Kota Gorky - kampung halaman baru mereka selama masa pengasingan. Setelah itu, ia merencanakan balik ke Moskow sebelum pertengahan bulan. Ia agaknya pesimistis. Selasa pekan lalu, tatkala meninggalkan apartemennya dl Moskow, la sempat berpesan, "jika sampai saat itu saya belum kembali, berarti saya tidak mendapat izin." Desember lalu, Kremlin membolehkan Nyonya Yelena berobat - sekaligus bertemu dengan ibu dan kedua anaknya yang telah memberinya tiga orang cucu. Izin tersebut diperoleh, terutama, berkat perjuangan Sakharov melalui aksi puasa yang terkenal itu pada Mei 1984 (TEMPO, 2 Juni 1984). Sikap Moskow memberi kesempatan Nyonya Yelena ke luar negeri memang bisa ditafsirkan sebagai langkah untuk memperbaiki citra negara itu. Bahkan akhir bulan lalu, Kremlin kabarnya telah menyetujui 200 warga negara Soviet beremigrasi ke Amerika untuk bergabung dengan sanak keluarga mereka di sana. Nama Sakharov bisa diduga tidak termasuk dalam daftar tersebut. Sebab, seperti dikatakan Mikhael Gorbachev akhir Februari lalu, mereka tidak akan melepas Sakharov karena ahli atom itu banyak menyimpan rahasia negara. Sekarang mereka menambahkan alasan baru. Menurut Viktor Louis, wartawan yang dianggap sebagai salah satu corong Kremlin, Nyonya Yelena dikategorikan "faktor penghambat" rencana pembebasan suaminya. Kremlin menganggap Nyonya Yelena ingkar janji untuk "tidak membuat pernyataan politik selama berada di luar negeri". Memang pada mulanya Moskow tetap tenang. Namun, setelah mengetahui Nyonya Yelena mencari dukungan ke Inggris, Prancis, dan Italia. dalam perjalanan pulangnya, Soviet terpaksa angkat suara. Dari Moskow, melalui mulut Louis, pemerintah Soviet menyatakan kekesalannya, "Ia (Nyonya Yelena) pergi untuk berobat, tetapi yang ditemuinya cuma para politisi bukan dokter." Kremlin juga mempublikasikan sebuah film video berisikan kornentar Sakharov yang mengecam sikap negara-negara Barat terhadap musibah Chernobyl yang dianggap "melebih-lebihkan". Film ini dianggap oleh para kerabat Sakharov sebagai propaganda KGB, dinas rahasia Soviet. Ketakutan tidak dapat bertemu kembali dengan Sakharov sempat menghantui Nyonya Yelena. Apalagi setelah Moskow tidak memberikan visa kepada kedua anaknya (Alexei Semyonov dan Tatiana Yankelevich) walaupun ia sudah didampingi dua anggota Kongres AS yang ingin meyakinkan bahwa ia tiba dengan selamat, setidaknya, sampai di Moskow. Entah kapan Soviet akan bermurah hati lagi kepada Nyonya Yelena. Yang pasti, Nyonya itu sudah tegas menyatakan tidak akan surut memperjuangkan kebebasan bagi dirinya dan suaminya. Jika masa itu tiba ia punya satu keinginan lagi: sebuah rumah seperti yang ditulisnya dalam sebuah surat dari "kamar di pojok lantai enam sebuah hotel di New York". "Rumah itu," tulisnya lebih lanjut, "hendaknya tak jauh dari sekolah cucucucuku . . . (maupun) dari tempat pekerjaan anak-anakku . . . punya tiga kamar tidur . . . ada kamar untuk tamu beserta kamar mandinya di lantai bawah tanah . . . tersedia sebuah ruang kerja untuk anakku." James R. Lapian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini