Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 17 keluarga etnis Kristen Rohingya telah direlokasi dari kamp di distrik Cox Bazar, Bangladesh akibat serangan senjata tajam yang pelakunya diduga milisi Arakan Rohingya Salvation Army, ARSA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peristiwa penyerangan terhadap etnis Kristen Rohingya ini terjadi pada hari Senin, 27 Januari 2020 di kamp pengungsi Kutupalong di distrik Cox Bazar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang korban dan satu organisasi Kristen menuturkan tentang penyerangan milisi ARSA itu kepada BenarNews, media yang berafiliasi dengan Radio Free Asia.
Polisi setempat menyebut peristiwa penyerangan itu sebagai kejahatan kriminal biasa. Serangan itu mengakibatkan 4 etnis Kristen Rohingya dan seorang etnis Muslim Rohingya terluka.
Sementara laporan Radio Free Asia menyebutkan sedikitnya 12 orang terluka akibat penyerangan milisi ARSA.
Aparat berwenang Bangladesh hari Selasa, 28 Januari 2020 menjelaskan, 17 keluarga Kristen Rohingya direlokasi ke kamp transit Badan PBB untuk urusan pengungsi, UNHCR.
"Keluarga Kristen Rohingya telah dibawa ke kamp transit UNHCR," kata Mahbub Alam Talukder, Komisioner Pemulihan dan Repatriasi Pengungsi kepada BenarNews, Selasa.
Talukder menjelaskan, para pengungsi itu diberi tempat tinggal sementara di kamp transit UNHCR demi keamanan mereka dan akan dikembalikan ke rumah sementara mereka di kamp pengungsi Kutupalong jika situasi tegang reda.
"Jika menurut kami mereka dapat hidup di kamp tanpa bahaya, mereka akan kembali ke kamp lama. Jika mereka merasa tidak aman di kamp lama, mereka akan ditempatkan di kamp lain," ujar Talukder.
Saiful Islam Peter, seorang etnis Kristen Rohingya yang menjadi korban dalam serangan itu menjelaskan, para penyerang telah menghancurkan rumah para korban dan mencuri kartu ransum makanan mereka, komputer, dan dokumen.
"Kelompok teroris ARSA menghancurkan rumah kami dan gereja. Mereka bersenjata dan mereka menjarag semua barang-barang rumah kami," ujarnya.
Saifu menjelaskan, dari 25 keluarga yang tinggal di komunitas Kristen, 17 keluarga telah ditempatkan di kamp transit UNHCR.
Juru bicara UNHCR di Dhaka, Mostafa Mohammad Sazzad Hossain menolak memberikan tanggapan atas relokasi pengungsi di kamp transit dengan alasan isu itu sensitif.
Selim Adnan, seorang Kristen Rohingya lainnya menjelaskan, serangan itu melukai sedikitnya 8 pengungsi Kristen.
"Kami telah menginformasikan kepada polisi, tapi mereka tidak mengambil tindakan," kata Adnan.
Namun pernyataan Adnan dibantah polisi yang bertugas di markas polisi Ukhia, di mana kamp Kutupalong berlokasi.
"Tak seorangpun yang melaporkan kasus mengenai serangan ke orang-orang Kristen. Jadi, kami belum menangkap siapapun," kata Mohammad Abul Mansur, polisi di Ukhia.
Bangladesh secara resmi membantah kehadiran pemberontak Rohingya di kamp-kamp pengungsi, namun sejumlah sumber di pemerintahan dan kepolisian secara pribadi mengaku menangkap sejumlah pemberontak dalam beberapa bulan terakhir.