Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Brand fashion asal Australia, Not A Man's Dream, menuai kecaman setelah menampilkan koleksi terbaru dengan lafaz Allah pada busana seksi. Koleksi pakaian itu ditampilkan dalam fashion show di Melbourne Fashion Festival akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir News.com.au pada pekan ini, lafaz Allah dijadikan motif untuk beberapa tampilan koleksi, termasuk busana jumpsuit tanpa lengan dengan bahan transparan. Tulisan Arab yang membalut pakaian tersebut memiliki arti 'Allah berjalan bersamaku'
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun model itu mengenakan kain pada kepala, leher, dan telinga sehingga bagi sebagian orang hal tersebut dimaksudkan sebagai hijab. Model lain mengenakan busana yang hampir sama.
Pakaiannya berbentuk gaun midi lengan pendek berlapis dengan belahan tinggi pada paha. Busana itu juga menggunakan lafaz Allah. Rambut modelnya juga tertutup, tetapi model ini menggunakan kain putih polos.
Profil Not A Man's Dream, Brand Fashion Androgini
Dilansir laman resmi Not A Man's Dream, brand ini mengidentifikasikan diri sebagai sebuah gaya hidup. Mottonya adalah selalu menjadi "berjalan sesuai irama drum Anda sendiri", yang berarti menunjukkan diri sendiri apa adanya.
Not A Man's Dream didirikan di Melbourne, Australia oleh Samantha Saint James pada tahun 2022. Sebagai merek androgini yang dipimpin oleh wanita, Not A Man's Dream menantang aturan arketipe gender, dan menampilkan inklusivitas, inovasi fashion, serta keberagaman dalam industri.
“Misi kami adalah memberdayakan orang dan menciptakan rasa kebebasan melalui perpaduan seni, fashion, dan suara.” tulisnya dalam laman resmi.
Saint James terinspirasi untuk mendukung pengrajin lokal dan seniman muda agar dapat menawarkan kesempatan serta meningkatkan kesadaran dalam komunitasnya. Not A Man's Dream percaya pada transparansi sebanyak mungkin dan menerapkan produk-produk berkualitas tinggi yang berkelanjutan dan etis, yang dapat mendukung lingkungan dan komunitas kita.
“Pakaian kami mencakup kerajinan tangan, individualitas, serta estetika buatan tangan selalu menghasilkan kualitas tertinggi.”
Dianggap sebagai Penghinaan Terang-Terangan
Blogger mode Muslim yang berbasis di Melbourne, Mona Khalifa, marah saat melihat desainnya secara langsung. Khalifa mengunggah video TikTok dalam perjalanan pulang dari acara tersebut, menggambarkan desain itu sebagai "penghinaan terang-terangan" terhadap Muslim dan Kristen Arab yang memiliki kata Arab yang sama untuk pengartian 'Tuhan'.
"Menggunakan frase suci dan menulis 'Allah' dalam bahasa Arab, yang suci bagi umat Islam dan juga umat Kristen adalah salah pada banyak tingkatan," katanya.
Khalifa menegaskan lafaz Allah sangat penting dalam agama. “Kami tidak menaruh apa pun dengan nama Tuhan di lantai atau bahkan pergi ke kamar mandi dengan ‘kalung Allah.”
“Melihatnya terpampang di seluruh model berpakaian minim dengan hiasan kepala mirip hijab yang sangat jelas, juga sangat mengganggu dan tidak sopan”.
Salah satu pengguna TikTok, yang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang Kristen Arab, juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap pakaian tersebut
"Sebagai seorang Kristen Arab, ini mengerikan, seperti, mengapa 'Allah' menutupi dirinya dengan kain tembus pandang?" tulisnya.
Festival Minta Maaf dan Hapus Foto dari Media Sosial
Panitia Melbourne Fashion Festival meminta maaf atas insiden ini dan menghapus foto-foto tersebut dari media sosial.
"Festival kami tidak berniat untuk tidak menghormati siapapun dan kami meminta maaf untuk pelanggaran apapun yang ditimbulkan."
Desainer: Saya Benar-Benar Minta Maaf
Sang desainer, Samantha Saint James, juga sudah memberikan permintaan maaf atas timbulnya kontroversi akibat busana yang didesainnya itu. Ia mengaku baru menyadari bahwa desainnya adalah sebuah kesalahan dan mengaku tidak bermaksud untuk menghina agama.
"Itu kebalikan dari niat saya dan untuk itu, saya benar-benar minta maaf," ucap James.
Ditolak oleh Model, Diabaikan Perancang
Khalifa mengatakan dia telah menghubungi beberapa model yang menyatakan kekhawatiran mereka tentang pakaian yang diduga "diabaikan" oleh desainer sebelum desain dipamerkan.
“Hai kak, kami semua sangat khawatir dan bingung tentang ini. Beberapa model menolak untuk mengenakan koleksi tersebut dan perancang telah mengabaikan kekhawatiran tersebut,” demikian bunyi salah satu pesan untuk Khalifa.
Model lain yang seharusnya mengenakan desain tersebut diduga mengatakan bahwa pakaian tersebut membuatnya "sangat tidak nyaman." Model itu mengatakan busana tersebut akan "menyinggung semua teman Muslimnya dan komunitas Muslim yang lebih luas".
"Dia berdiri dan mencoba mengatakan sesuatu kepada asisten stylist dan desainer. Namun, semua orang mengabaikannya," kata Khalifa.
“Pastinya perlu lebih banyak akuntabilitas dari Samantha Saint James dan juga Melbourne Fashion Festival. "Permintaan maaf itu sama sekali bukan permintaan maaf."
SITA PLANASARI | NAUFAL RIDHWAN ALY