Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Serangan gerilyawan Hamas ke wilayah Israel saat Sabtu subuh, 7 Oktober 2023, disebut sebagai pertempuran terdasyat Israel-Palestina sejak Perang Yom Kippur 1973.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam serangan di pagi buta itu, anggota Hamas menyerang warga sipil di pemukiman Yahudi dan menewaskan lebih dari 200 orang. Mereka juga menyandera sejumlah orang yang menurut komandan Hamas cukup untuk ditukar seluruh warga Palestina di penjara Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak perlu berganti hari, Israel langsung membalas serangan itu dengan mengerahkan jet tempur untuk menyerang Gaza. Akibatnya lebih dari 230 warga Palestina tewas dan ribuan lainnya luka-luka.
Apa dan Bagaimana sebenarnya Perang Yom Kippur, berikut fakta-faktanya:
Apa itu Yom Kippur?
Yom Kippur, atau Hari Pendamaian, adalah hari paling suci dalam ajaran Yudaisme. Selama Yom Kippur, yang berlangsung satu hari, orang-orang Yahudi merenungkan dosa atau kesalahan dari tahun sebelumnya. Banyak orang Yahudi akan menghadiri kebaktian di sinagoga atau jemaat lain, mendaraskan doa khusus dan menyanyikan lagu-lagu khusus.
Perang Yom Kippur
Perang meletus di Timur Tengah ketika pasukan Mesir menyusup ke Semenanjung Sinai dan Suriah memasuki Dataran Tinggi Golan. Pasukan tersebut berharap dapat merebut kembali wilayah yang hilang setelah kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan meyakinkan para pemimpin Israel bahwa perjanjian perdamaian yang langgeng diperlukan, menurut History Channel.
Tidak menyangka akan terjadi serangan dan dengan banyaknya tentara yang meninggalkan posnya karena merayakan Yom Kippur, Israel awalnya kewalahan sebelum mampu melancarkan serangan balasan dan mengusir pasukan penyerang. Hal ini berakhir dengan kemenangan Israel dan merebut kembali Dataran Tinggi Golan.
Upaya gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB gagal hingga perang secara resmi berakhir dengan gencatan senjata pada tanggal 25 Oktober 1973.
Perang tersebut membuat Amerika Serikat dan Uni Soviet semakin dekat dengan potensi konflik nuklir, karena masing-masing negara saling membantu sekutunya setelah upaya yang gagal dalam mengusulkan gencatan senjata. Uni Soviet kemudian mulai mengirimkan senjata untuk memasok Suriah dan Mesir, dan beberapa hari kemudian, AS melakukan hal yang sama untuk Israel, menurut Departemen Luar Negeri.
Perang tersebut juga terjadi pada bulan suci Islam Ramadhan, dan dikenal juga dengan nama Perang Ramadhan.
Berapa lama Perang Yom Kippur berlangsung?
Perang tersebut berlangsung hampir tiga minggu, dari 6 Oktober hingga 25 Oktober 1973. Sebagian besar pertempuran telah berakhir pada tanggal 26 Oktober.
Siapa yang bertempur dalam Perang Yom Kippur?
Pasukan Mesir dan Suriah melancarkan serangan terhadap militer Israel.
Apa yang terjadi setelah perang?
Perang Yom Kippur menjadi landasan bagi upaya-upaya perjanjian perdamaian di masa depan, namun hal ini merugikan semua negara yang terlibat. Meski memperoleh lebih banyak wilayah, Israel dikritik karena kurangnya persiapan sebelum serangan, dan juga menderita banyak korban jiwa.
“Bagi Mesir dan Israel, pelajaran utama yang dapat diambil dari perang ini adalah bahwa perang lain di antara mereka terlalu merugikan baik harta maupun darah dan tidak boleh dilakukan,” kata profesor American University School of International Studies, Boaz Atzili, dalam publikasi universitasnya. pada peringatan 50 tahun perang tersebut. Atzili mengatakan hal itu akhirnya mengarah pada kesepakatan Israel untuk mengembalikan wilayah Sinai ke Mesir.
Setelah kejadian tersebut, Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger memulai misi diplomatik yang menghasilkan perjanjian perdamaian Israel-Mesir.
Puluhan ribu korban jiwa
Sebanyak 2.688 tentara Israel tewas dan 7.000 orang cedera, 314 tentara Israel dijadikan tawanan perang dan puluhan tentara Israel hilang. Israel kehilangan 102 pesawat tempur dan kurang lebih 800 tank. Di sisi Mesir dan Suriah 35.000 tentara tewas dan lebih dari 15.000 cedera. Sebanyak 8300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir kehilangan 235 pesawat tempur dan Suriah 135.
REUTERS | USA TODAY