Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

7 Kepala Negara yang Kabur di Tengah Konflik, ada Bashar Al-Assad dan Sheikh Hasina

Beberapa konflik menyebabkan beberapa kepala negara kabur ke luar negeri. Termasuk Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan PM Bangladesh Sheikh Hasina.

12 Desember 2024 | 09.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kekacauan politik dan pemberontakan bersenjata kerap menjadi ujian besar bagi para kepala negara. Dalam situasi seperti itu, beberapa pemimpin memilih hengkang dari negaranya untuk menghindari ancaman langsung terhadap keselamatan pribadi atau sebagai upaya terakhir mempertahankan hidup mereka. Berikut adalah tujuh pemimpin dunia yang melarikan diri di tengah konflik dalam negeri.

 1. Bashar Al-Assad (Suriah)  

Presiden Suriah Bashar al-Assad melarikan diri ke Moskow, Rusia, pada Desember 2024, setelah pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil menggulingkan kekuasaannya. Dalam waktu kurang dari dua minggu, pemberontak merebut kota-kota besar dan akhirnya menguasai ibu kota Damaskus. Assad, yang telah memerintah selama lebih dari dua dekade, terpaksa meninggalkan negara itu bersama keluarganya.  

Menurut laporan media Rusia seperti RIA Novosti dan TASS, Bashar al-Assad tiba di Moskow setelah situasi keamanan di Suriah semakin memburuk. Pemberontakan yang berhasil menggulingkan Assad ini dianggap sebagai tonggak penting dalam sejarah politik Suriah, mengakhiri pemerintahan yang penuh kontroversi dan konflik berkepanjangan.  

 2. Sheikh Hasina (Bangladesh)  

PM Bangladesh Sheikh Hasina menghadapi tekanan besar dari demonstrasi mahasiswa yang berlangsung lebih dari sebulan pada pertengahan 2024. Protes ini dipicu oleh kebijakan kuota Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mengutamakan keluarga veteran perang kemerdekaan 1971. Kebijakan tersebut dianggap tidak adil dan memicu gelombang kemarahan publik.  

Protes ini memuncak pada pembubaran parlemen oleh Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin pada awal Agustus 2024. Sheikh Hasina, yang telah memimpin Bangladesh selama total 20 tahun, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan negara itu dan mencari perlindungan di India. Kepergiannya menandai akhir dari era panjang kepemimpinannya.  

 3. Gotabaya Rajapaksa (Sri Lanka)  

Krisis ekonomi yang parah melanda Sri Lanka pada 2022, menyebabkan kekurangan bahan bakar, makanan, dan obat-obatan. Presiden Srilanka Gotabaya Rajapaksa menjadi sasaran utama kemarahan publik. Gelombang protes besar-besaran memaksa Rajapaksa meninggalkan kediaman resminya di Kolombo.  

Rajapaksa awalnya melarikan diri ke Maladewa sebelum akhirnya tiba di Singapura. Di Singapura, ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden. Kejadian ini mencerminkan betapa buruknya situasi ekonomi dan politik di Sri Lanka, yang mengarah pada perubahan kepemimpinan yang signifikan. 

4. Ashraf Ghani (Afghanistan)  

Pada 15 Agustus 2021, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri ke Tajikistan saat Taliban merebut Kabul. Ghani, yang menjabat sejak 2014, menghadapi tekanan besar setelah Amerika Serikat menarik pasukannya dari Afghanistan.  

Taliban mengambil alih ibu kota dalam waktu singkat, menciptakan kekacauan dan kepanikan. Ghani kemudian mendapatkan suaka di Uni Emirat Arab, tempat ia menetap setelah meninggalkan Afghanistan. Kepergiannya menandai runtuhnya pemerintahan Afghanistan yang didukung oleh AS selama dua dekade.  

5. Jean-Bertrand Aristide (Haiti)  

Jean-Bertrand Aristide, presiden pertama Haiti yang terpilih secara demokratis, dua kali harus melarikan diri dari negaranya. Pertama, pada 1991 setelah kudeta militer menggulingkannya, dan kedua, pada 2004 setelah pemberontakan bersenjata yang meluas.  

Pada pelarian keduanya, Aristide pergi ke Republik Afrika Tengah sebelum akhirnya menetap di Afrika Selatan. Meskipun ia kembali ke Haiti pada 2011, masa jabatan Aristide tetap dikenang sebagai era penuh gejolak dan ketidakstabilan.  

6. Pervez Musharraf (Pakistan)  

Pervez Musharraf, mantan Presiden Pakistan, menghadapi krisis politik yang memuncak pada 2008. Setelah memerintah selama hampir satu dekade, Musharraf kehilangan dukungan publik dan menghadapi ancaman hukum terkait langkah-langkah kontroversial selama masa pemerintahannya.  

Musharraf melarikan diri ke London pada 2008 dan tinggal di sana hingga akhirnya pindah ke Dubai pada 2016. Ia meninggal dunia di Dubai pada Februari 2023, mengakhiri hidupnya dalam pengasingan. 

7. Sadiq Al-Mahdi (Sudan)  

Sadiq al-Mahdi, mantan Perdana Menteri Sudan, digulingkan oleh kudeta militer pada 1989. Ia kemudian hidup dalam pengasingan selama bertahun-tahun, memimpin oposisi dari luar negeri. Al-Mahdi kembali ke Sudan pada 2018 setelah kondisi politik di negaranya mulai stabil.  

Sita Planasari, Ananda Ridho Sulistya, Istman MP, Purwani Diyah Prabandari, dan Fatima Asno Soares berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Profil Bashar Al-Assad Pemimpin Suriah yang Kabur dari Damaskus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus