SEPUCUK telegram melayang dari Ho Chi Minh City d/h Saigon ke
Jakarta akhir Juni lalu. Isinya: minta pengiriman 5.000 ton
pupuk disertai dengan perincian harga, berikut sebuah kapal
56.000 ton. Pengirimnya Abdullah alias Thio Hee Kien, pengusaha
Indonesia keturunan Cina.
Siapa dia? Ia dikenal sebagai pengusaha tekstil cetak. Terakhir
ia pernah tinggal di suatu tempat di Riau, sudah menetap 4
tahun di Ho Chi Minh. Meskipun Abdullah memakai mobil CD 10001
bekas Perwakilan Dagang RI di sana, ia mengaku mewakili
kepentingan Singapura. "Kalau you punya kapal, kirim ke sini
pupuk atau semen," kata Abdullah kepada seorang tamu.
Sebaliknya, ia akan kirim kapal itu kembali -- dengan pengungsi.
Tindakan Abdullah pekan lalu rupanya terbongkar di Singapura.
Oleh The Straits Times namanya disebut punya kaitan erat dengan
komplotan di Singapura yang berusaha mengekspor 3.500 pengungsi
Vietnam dengan kapal Tonan Maru ke perairan Singapura.
Departemen Dalam Negeri Singapura telah menangkap Chong Chai
Kok, 30 tahun, pimpinan Seng Bee Shipping Pte. Ltd., Allan Ross
dan 3 warga negara Singapura lain, beserta seorang Finlandia dan
2 warga Taiwan, yang didakwa sebagai otak pengiriman manusia
besar-besaran itu.
Kontak Abdullah dengan komploun ini rupanya sudah lama terjalin.
Pebruari kemarin ia terbang ke Singapura menemui Ng Lim Chiew.
Di kantor Ng yang jadi pusat perhubungan Singapura -- Vietnam
itu, Abdullah meminta konfirmasi terakhir sejawatnya, akan
kesanggupannya mengirim sebuah kapal. Rencananya Abdullah akan
mengapalkan 3.500 pengungsi, yang harus siap meninggalkan
perairan Vietnam 15 Mei. Setiap penumpang dewasa dan anak-anak
dikenai bea 2 tail emas dan 1 tail emas, dengan tujuan kalau
tidak perairan Singapura adalah Indonesia.
"Mereka merencanakan pengiriman 15.000 pengungsi yang akan
ditumpuk dalam 3 kali pengapalan. Kelompok itu akan memperoleh
40% dari AS$15 juta hasil kutipan penumpang," kata juru bicara
Dep. Dalam Negeri Singapura.
Setelah melakukan persiapan terakhir dengan konco-konconya, Ng
mengirim berita terakhir ke Ho Chi Minh. Kapal Tonan Maru akan
meninggalkan Taipeh pada 9 Mei, menuju sasaran. Tapi sayang
polisi keburu membongkarnya.
Chong kata pernyataan itu terlibat juga dalam usaha pengiriman
kapal pengungsi Southern Cross yang kandas di Pulau Pengibu,
Riau. Otak di belakang pengiriman kapal itu adalah Tay Kheng
Hong, 51 tahun, pengusaha yang kini sedang menghadapi tuduhan
berat di Kuala Lumpur. Ia telah berpengalaman sebelumnya dalam
mengirim penungsi ke Malaysia dengan kapal Ha Hong yang lama
terkatung-katung di luar dermaga Port Kelang, Kuala Lumpur.
Lewat jasa baik Chong inilah, Tay mendapat Southern Cross yang
memllggalkan Vietnam dengan kapten kapal warga negara Finlandia,
Sven Olof Ahlqvist. Sang kapten bersama kelompoknya ini berhasil
lolos ke Singapura, setelah melego para pengungsi di Pulau
Mersing, Malaysia. "Untuk petualangannya itu Chong dan Olof
memperoleh AS$500 ribu dalam bentuk emas dan Allan Ross jumlah
AS$18.000," kata jurubicara pemerintah Singapura.
Sogok
Pemerintah Vietnam tampaknya akan menghadapi tuduhan berat dari
peristiwa ekspor manusia keturunan Cina ke seluruh penjuru
perairan Laut Tiong kok Selatan ini. Cerita yang diungkap di
Singapura dan Hongkong itu, kelak mungkin bisa bercerita tentang
usaha legal pemerintah Vietnam dalam 'memberi' exit permit pada
warga keturunan Cina di sana. Sudah lehih 500 ribu orang Cina
dalam program yang sukses itu meninggalkan Vietnam.
Tapi Kwok Wah Leung, salah seorang dari komplotan yang
memelopori pengiriman kapal Huey Fong ke Hong Kong, kini
menghadapi tuduhan berat di Pengadilan Hong Kon -- tampaknya
petunjuk yang jelas. Huey Fong merapat di pelabuhan Ho Chi Minh
pada 14 Desember dari Bangkok, disambut pejabat pemerintah
setempat. Kwok kemudian dibawa ke sebuah kantor, dengan sebuah
meja yang tertutup batangan-batangan emas, Seorang pejabat
menerangkan, barang itu berasal dari orang-orang keturunan Cina
yang akan meninggalkan negeri itu.
Adakah Abdullah juga menjadi koordinator komplotan Kwok, masih
sulit diketahui. Latar belakangnya sendiri segelap kegiatan yang
dilakukannya. Bertubuh ceking, usianya ditaksir 55 tahun, dengan
8 gigi emas di mulut, ia terbilang Cina totok. Bahasa Melayuny,
kacau, dan tak bisa tulis huruf latin. Lama tinggal di Riau,
mengaku kenal baik raja penyelundup A Kwang, ia mengambil isteri
anak Vietnam yang buta huruf, berumur kira-kira 20-an tahun.
Beberapa anaknya ada yang tinggal di Bangka dan Singapura. Di Ho
Chi Minh ia membuka kantor di sebuah flat 141-143 Ham Nghi.
Tidak jelas selain tekstil, dan ekspor manusia usaha apa lagi
yang dilakukannya. Usaha yang terakhir ini banyak menguntungkan.
"Karena di sini pejabat dan polisinya gampang disogok," kata
Abdullah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini