Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Abdullah, atau eksportir dari saigon

Komplotan pengekspor pengungsi vietnam terbongkar di singapura. abdullah (thio hee kien), pengusaha indonesia keturunan cina diduga koordinator komplotan kwok, pelopor pengiriman kapal pengungsi. (ln)

7 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPUCUK telegram melayang dari Ho Chi Minh City d/h Saigon ke Jakarta akhir Juni lalu. Isinya: minta pengiriman 5.000 ton pupuk disertai dengan perincian harga, berikut sebuah kapal 56.000 ton. Pengirimnya Abdullah alias Thio Hee Kien, pengusaha Indonesia keturunan Cina. Siapa dia? Ia dikenal sebagai pengusaha tekstil cetak. Terakhir ia pernah tinggal di suatu tempat di Riau, sudah menetap 4 tahun di Ho Chi Minh. Meskipun Abdullah memakai mobil CD 10001 bekas Perwakilan Dagang RI di sana, ia mengaku mewakili kepentingan Singapura. "Kalau you punya kapal, kirim ke sini pupuk atau semen," kata Abdullah kepada seorang tamu. Sebaliknya, ia akan kirim kapal itu kembali -- dengan pengungsi. Tindakan Abdullah pekan lalu rupanya terbongkar di Singapura. Oleh The Straits Times namanya disebut punya kaitan erat dengan komplotan di Singapura yang berusaha mengekspor 3.500 pengungsi Vietnam dengan kapal Tonan Maru ke perairan Singapura. Departemen Dalam Negeri Singapura telah menangkap Chong Chai Kok, 30 tahun, pimpinan Seng Bee Shipping Pte. Ltd., Allan Ross dan 3 warga negara Singapura lain, beserta seorang Finlandia dan 2 warga Taiwan, yang didakwa sebagai otak pengiriman manusia besar-besaran itu. Kontak Abdullah dengan komploun ini rupanya sudah lama terjalin. Pebruari kemarin ia terbang ke Singapura menemui Ng Lim Chiew. Di kantor Ng yang jadi pusat perhubungan Singapura -- Vietnam itu, Abdullah meminta konfirmasi terakhir sejawatnya, akan kesanggupannya mengirim sebuah kapal. Rencananya Abdullah akan mengapalkan 3.500 pengungsi, yang harus siap meninggalkan perairan Vietnam 15 Mei. Setiap penumpang dewasa dan anak-anak dikenai bea 2 tail emas dan 1 tail emas, dengan tujuan kalau tidak perairan Singapura adalah Indonesia. "Mereka merencanakan pengiriman 15.000 pengungsi yang akan ditumpuk dalam 3 kali pengapalan. Kelompok itu akan memperoleh 40% dari AS$15 juta hasil kutipan penumpang," kata juru bicara Dep. Dalam Negeri Singapura. Setelah melakukan persiapan terakhir dengan konco-konconya, Ng mengirim berita terakhir ke Ho Chi Minh. Kapal Tonan Maru akan meninggalkan Taipeh pada 9 Mei, menuju sasaran. Tapi sayang polisi keburu membongkarnya. Chong kata pernyataan itu terlibat juga dalam usaha pengiriman kapal pengungsi Southern Cross yang kandas di Pulau Pengibu, Riau. Otak di belakang pengiriman kapal itu adalah Tay Kheng Hong, 51 tahun, pengusaha yang kini sedang menghadapi tuduhan berat di Kuala Lumpur. Ia telah berpengalaman sebelumnya dalam mengirim penungsi ke Malaysia dengan kapal Ha Hong yang lama terkatung-katung di luar dermaga Port Kelang, Kuala Lumpur. Lewat jasa baik Chong inilah, Tay mendapat Southern Cross yang memllggalkan Vietnam dengan kapten kapal warga negara Finlandia, Sven Olof Ahlqvist. Sang kapten bersama kelompoknya ini berhasil lolos ke Singapura, setelah melego para pengungsi di Pulau Mersing, Malaysia. "Untuk petualangannya itu Chong dan Olof memperoleh AS$500 ribu dalam bentuk emas dan Allan Ross jumlah AS$18.000," kata jurubicara pemerintah Singapura. Sogok Pemerintah Vietnam tampaknya akan menghadapi tuduhan berat dari peristiwa ekspor manusia keturunan Cina ke seluruh penjuru perairan Laut Tiong kok Selatan ini. Cerita yang diungkap di Singapura dan Hongkong itu, kelak mungkin bisa bercerita tentang usaha legal pemerintah Vietnam dalam 'memberi' exit permit pada warga keturunan Cina di sana. Sudah lehih 500 ribu orang Cina dalam program yang sukses itu meninggalkan Vietnam. Tapi Kwok Wah Leung, salah seorang dari komplotan yang memelopori pengiriman kapal Huey Fong ke Hong Kong, kini menghadapi tuduhan berat di Pengadilan Hong Kon -- tampaknya petunjuk yang jelas. Huey Fong merapat di pelabuhan Ho Chi Minh pada 14 Desember dari Bangkok, disambut pejabat pemerintah setempat. Kwok kemudian dibawa ke sebuah kantor, dengan sebuah meja yang tertutup batangan-batangan emas, Seorang pejabat menerangkan, barang itu berasal dari orang-orang keturunan Cina yang akan meninggalkan negeri itu. Adakah Abdullah juga menjadi koordinator komplotan Kwok, masih sulit diketahui. Latar belakangnya sendiri segelap kegiatan yang dilakukannya. Bertubuh ceking, usianya ditaksir 55 tahun, dengan 8 gigi emas di mulut, ia terbilang Cina totok. Bahasa Melayuny, kacau, dan tak bisa tulis huruf latin. Lama tinggal di Riau, mengaku kenal baik raja penyelundup A Kwang, ia mengambil isteri anak Vietnam yang buta huruf, berumur kira-kira 20-an tahun. Beberapa anaknya ada yang tinggal di Bangka dan Singapura. Di Ho Chi Minh ia membuka kantor di sebuah flat 141-143 Ham Nghi. Tidak jelas selain tekstil, dan ekspor manusia usaha apa lagi yang dilakukannya. Usaha yang terakhir ini banyak menguntungkan. "Karena di sini pejabat dan polisinya gampang disogok," kata Abdullah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus