Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Somoza di ujung tanduk

Pasukan pemerintah gagal menundukkan gerilyawan sandinista. kejatuhan somoza tinggal menunggu waktu. 6 negara memutuskan hubungan diplomatik, 3 negara mengakui pemerintahan sementara sandinista.(ln)

7 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMELUT di Nikaragua masih belum berakhir. Ribuan kilogram bahan peledak telah disemburkan tentara pemerintah ke pusat pertahanan gerilyawan Sandinista. Tapi tetap tidak berhasil menundukkan mereka. Malah berbagai kota telah jatuh ke tangan mereka termasuk Leon, kota kedua terbesar di negeri itu. Di tengah hiruk-pikuk kekalahan pasukan pemerintah, Presiden Anastasio Somoza masih mendongakkan kepala. "Saya akan tetap sebagai Kepala Negara, teguh seperti batu karang," katanya. Pernyataan itu disampaikannya dari tempat persembunyiannya di lereng gunung yang menghadap kota Managua. Pekan lalu, untuk pertama kali lokasi pertahanan Somoza itu diserang kaum gerilya dari udara. Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter menganggap situasi di Nikaragua sudah demikian serius. Penasehatnya, Zbigniew Brzezenski dimintanya untuk tetap di Washington, dan mengikuti perkembangan negeri itu. Carter berada di Tokyo, pekan lalu untuk menghadiri pertemuan 7 kepala negara industri. Dag-dig-dug Dari perkembangan ini, kejatuhan Somoza kelihatan tinggal menunggu waktu. Indikasi itu terlihat dari sikap Organisasi Negara Amerika (OAS) yang semula berusaha mengirimkan missi perdamaian ke Nikaragua, setelah bersidang di Washington, 2 pekan lampau malah menuntut Somoza meletakkan jabatan. Ditambah lagi, kini sudah 6 negara -- Meksiko, Kosta Rika, Ecuador, Panama, Brasil dan Peru -- yang memutuskan hubungan diplomatik dengan rezim Somoza. Dan 3 negara -- Kuba, Granada dan Panama -- telah memberi pengakuan pada pemerintah sementara yang dibentuk Sandinista, bersamaan sidang OAS. Tuntutan OAS dan keputusan beberapa negara tetangganya itu ternyata tak membuat Somoza gentar. Ia malah menganggap usul OAS sebagai intervensi terhadap urusan dalam negeri Nikaragua. Kendati demikian, orang sempat juga dag-dig-dug, ketika Somoza mengundang Kongres untuk bersidang, 15 hari lalu. Banyak yang menyangka ia akan menetapkan penggantinya. Ternyata ia cuma minta Kongres mencari jalan keluar yang damai. Usaha itu mungkin sudah terlambat. Sejak kelompok gerilyawan pimpinan Comandante Cero berhasil menduduki istana kepresidenan di Managua, akhir tahun lalu pengaruh Sandinista makin berakar di kalangan rakyat. Kaum moderat juga mulai menghimpun diri di bawah bendera mereka. Tapi tak sedikit pula yang kuatir terhadap Sandinista. "Bila kemenangan kelak di fihak FSLN (Sandinista), nasib kami pun belum tentu. Tapi lebih baik Somoza sekarang turun, dan soal itu nanti saja difikirkan," kata seorang pengusaha Nikaragua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus