Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Duta Besar Afrika Selatan tentang Gugatan Genosida kepada Israel

Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia, Mpetjane Kgaogelo Lekgoro, menjelaskan mengapa negaranya menuntut Israel di ICJ.

28 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMERINTAH Afrika Selatan pernah mengalami masa kelam kolonialisme dan rezim apartheid. Pengalaman ini turut mempengaruhi keputusan negara besar di Afrika itu untuk menuntut Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ) karena telah melakukan genosida terhadap bangsa Palestina di Gaza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Duta Besar Afrika Selatan untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Mpetjane Kgaogelo Lekgoro, menguraikan alasan negaranya mendukung kemerdekaan Palestina dan memilih jalur hukum dalam menghadapi Israel. Dalam wawancara dengan Iwan Kurniawan dan Nabiila Azzahra dari Tempo pada Kamis, 25 Januari 2024, anggota Kongres Nasional Afrika ini menuturkan pula tentang pengalamannya selama rezim apartheid berkuasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengapa Afrika Selatan menuntut Israel?

Akal sehat mengatakan kepada kita bahwa tidak semua warga Palestina adalah Hamas. Jadi menyerang orang Palestina tanpa pandang bulu dengan niat membunuh adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan kami melalui berbagai cara berusaha membawa hal ini ke pemerintah Israel. Salah satunya, Duta Besar Israel di Pretoria, Afrika Selatan, diusir oleh Departemen Hubungan Internasional kami dan kami menyampaikan pesan kepada Israel bahwa tidak adil membunuh semua orang tanpa pandang bulu, berapa pun jumlahnya. Tapi, yang jelas, Israel tidak mau mendengarkan kami. Jadi kami cenderung ke ICJ untuk mengajukan tuduhan genosida terhadap Israel. Kami meminta ICJ mencegah Israel melakukan kejahatan genosida lebih lanjut dan menghindari kemungkinan kerugian terhadap rakyat Palestina.

Apakah ini terkait dengan sejarah Afrika Selatan?

Memang benar. Afrika Selatan melewati masa pemerintahan kolonial selama bertahun-tahun, lebih dari 300 tahun, dan pemerintahan apartheid. Generasi sekarang yang seusia saya dan lebih muda mengalami sendiri kenyataan itu dan mereka saat ini berada di pemerintahan. Dengan latar itulah masyarakat Afrika Selatan akan membenci segala bentuk penindasan terhadap masyarakat mana pun dan akan berpihak kepada mereka yang ditindas secara tidak adil oleh pemerintah mana pun. Kami percaya bahwa fase perkembangan dalam sejarah dunia menyerukan kepada kami untuk bangkit dan berdiri bersama mereka yang tertindas dan dalam hal ini adalah rakyat Palestina, yang tanahnya telah diduduki secara tidak adil, yang merupakan negara yang paling tertindas, yang mencari kebebasan.

Apakah Anda punya bukti soal genosida Israel?

Genosida adalah niat yang disengaja untuk memusnahkan suatu populasi, untuk membersihkan suatu kelompok etnis atau kelompok regional. Kita tidak memerlukan bukti selain yang ada di depan mata kita. Di depan mata kita Israel mengebom Gaza setiap hari dengan niat mungkin untuk membunuh warga Palestina yang mereka temui tanpa pandang bulu. Mereka tidak peduli apakah itu sekolah, tempat perlindungan, masjid. Israel telah melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.

Anda kan juga hidup di era apartheid.

Saya lahir di masa pemerintahan apartheid pada 1957. Saya tidak bisa bersekolah di luar daerah tempat saya dilahirkan dan, ketika saya besar, saya tidak dapat ke “kota”, tempat orang kulit putih tinggal. Anda hanya dapat pergi pada siang hari ke kota untuk berbelanja. Pada pukul lima, Anda harus ke luar kota. Bila Anda ditemukan setelah pukul lima di kota, Anda ditangkap. Saya biasa membawa sesuatu yang disebut passbook. Saya ditangkap karena tidak bangun tidur, karena menganggur, dan saya didakwa melakukan tindakan yang disebut-sebut tidak diinginkan orang. Kedengarannya gila. Tapi itulah aturan yang diterapkan terhadap orang kulit hitam. Saya tumbuh dalam situasi seperti itu dan saya bangga menjadi bagian dari mereka yang ikut berjuang untuk membebaskan Afrika Selatan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kami Membenci Segala Bentuk Penindasan"

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Kini meliput isu internasional. Sebelumnya menulis berbagai topik, termasuk politik, sains, dan seni. Pengasuh rubrik Pendapat dan kurator sastra di Koran Tempo serta co-founder Yayasan Mutimedia Sastra. Menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (Kemitraan Partnership, 2020). Lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus