Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bangsa Viking dikenal sebagai penjelajah, bahkan hingga ke dekat Kutub Utara. Di sana mereka menemukan Greenland dan Iceland, dua wilayah dengan nama yang membuat heran banyak orang. Greenland yang berarti daratan hijau ternyata sebagian besar wilayahnya tertutup es, sedangkan Iceland yang berarti daratan es memiliki lanskap lebih hijau dan subur. Mengapa kedua wilayah itu memiliki nama yang bertolak belakang dengan kondisi sebenarnya?
Untuk mengetahui hal itu, perlu dilakukan pendekatan onomastika, suatu ilmu yang mempelajari asal usul nama suatu tempat. Dengan mengetahui asal usul penamaan dua tempat itu, kebingungan dan rasa penasaran ihwal Greenland dan Iceland bisa terjawab.
Asal usul Greenland
Asal mula Greenland tak lepas dari seorang tokoh Viking bernama Eric Thorvaldsson. Pada abad ke-10, ia diusir dari kampung halamannya di Norwegia karena perilakunya yang bengal. Ia pun memutuskan untuk menjelajah ke utara untuk mengecek desas-desus soal tanah luas di sana.
Dilansir dari National Geographic, Setelah menemukan dataran luas tersebut, Eric dan kawan-kawannya memutuskan tinggal di sana. Ia pun tercatat sebagai orang pertama yang mendirikan pemukiman Viking di dataran itu. Karena bangsa Viking belum menamai dataran itu, Eric pun menyebut dataran tersebut sebagai Greenland.
Erik berharap nama tersebut akan menarik lebih banyak pemukim untuk datang. Dengan harapan bahwa banyak orang akan tertarik untuk tinggal di pulau tersebut, Erik memberi nama tersebut meskipun kenyataannya sebagian besar daratan Greenland tertutup oleh gletser dan es. Meski begitu di masa lebih lama, Greenland, meski sebagian besar tertutup oleh es, sebenarnya pernah lebih hijau dibanding abad pertengahan.
Namun, perubahan iklim seperti pemanasan global menyebabkan suhu di Greenland menurun, mengakibatkan berkurangnya lahan hijau dan meningkatnya jumlah es. Hal ini akhirnya menyebabkan para pemukim Viking di Greenland meninggalkan tempat tersebut pada abad ke-14.
Asal usul Iceland
Iceland, yang dikenal dengan pemandangannya yang hijau dan vulkanik, ternyata memiliki sejarah penamaan yang cukup unik. Dilansir dari Britannica, nama Iceland berasal dari seorang Viking bernama Flóki Vilgerðarson. Ketika Flóki tiba di pulau tersebut pada abad ke-9, dia melihat banyaknya salju dan es yang menyelimuti pulau itu. Karena itu, ia pun menamai pulau tersebut "Snæland" atau "Tanah Salju". Namun, setelah mendarat di sana dan melihat potensi kekayaan alam yang melimpah, Flóki mengubah pandangannya dan mempopulerkan pulau ini sebagai "Iceland" atau "Tanah Es".
Meskipun sebagian besar Islandia memang diselimuti salju dan gletser, pulau ini memiliki iklim yang relatif lebih hangat dibandingkan Greenland, berkat pengaruh Gulfstream atau arus teluk yang bisa membuat tempat-tempat di dekat kutub tidak membeku. Hal Itu menyebabkan Islandia memiliki banyak kawasan hijau yang subur di musim panas, bahkan meski sekitar 11 persen wilayahnya tetap tertutup es.
Perubahan iklim yang merubah lanskap
Pada masa Viking, Greenland memiliki kondisi yang lebih hijau dan subur, namun pada masa kini, 80 persen daratan Greenland tertutup es. Sementara itu, Islandia tetap subur di musim panas berkat iklimnya yang lebih hangat. Fakta menarik lainnya adalah bahwa Islandia memiliki beberapa gletser besar seperti Vatnajökull, yang merupakan gletser terbesar di Eropa, meskipun sebagian besar wilayah Islandia lebih dikenal dengan keindahan alam vulkaniknya.
Mengapa nama-nama Ini Masih Bertahan?
Menurut sejarah, penamaan ini adalah hasil dari kebiasaan para Viking yang memberi nama berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan saat pertama kali mendarat di sebuah tempat. Meskipun kondisi alam kedua pulau tersebut telah berubah drastis selama berabad-abad, nama-nama yang mereka berikan tetap bertahan hingga kini, menjadi salah satu fakta geografi yang menarik.
Adapun penduduk asli Greenland kini lebih memilih untuk menyebut negara mereka dengan nama "Kalaallit Nunaat", yang berarti "Tanah Orang-orang" dalam bahasa Inuit, bukannya "Greenland".
Perubahan iklim yang terjadi saat ini berpotensi mengubah lanskap kedua pulau tersebut. Greenland kini mengalami pencairan lapisan es yang cepat, hingga berdampak pada suhu lautan di Atlantik Utara dan memperlambat arus Gulfstream. Jika tren ini berlanjut, Islandia mungkin akan mengalami penurunan suhu yang signifikan dan bahkan es laut, sementara Greenland mungkin menjadi lebih hangat dan kehilangan lebih banyak gletser.
Rizki Dewi Ayu dan Britannica ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Dampak Perubahan Iklim Terhadap Properti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini