Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Amerika Mengklaim Kekhalifahan ISIS Hancur

ISIS memiliki pemimpin dan fasilitator yang memegang teguh ideologi yang membuat mereka bertahan.

8 Februari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Washington, 6 Februari 2019. REUTERS/Leah Millis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WASHINGTON, D.C. - Amerika Serikat mengklaim wilayah yang dikuasai oleh kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bakal dapat diambil kembali seratus persen pada awal pekan. Presiden Amerika Donald Trump direncanakan mengumumkan secara resmi pada pekan depan bahwa pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat berhasil merebut kembali wilayah yang sempat dikuasai ISIS di Irak dan Suriah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kekhalifahan ISIS telah dihancurkan," ujar Trump dalam pertemuan dengan mitra koalisinya di Washington, kemarin. "Ini yang harus diumumkan." Kendati begitu, Trump meminta agar menunggu keterangan resmi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertemuan kemarin merupakan pertemuan pertama para pejabat koalisi sejak Presiden Trump mengumumkan rencana militer Amerika akan mundur dari Irak dan Suriah. Para peserta pertemuan termasuk menteri luar negeri dari Turki, Prancis, Arab Saudi, Yordania, Maroko, dan Irak.

Trump mengatakan ISIS telah kehilangan wilayah yang dikuasainya. Namun ISIS masih memiliki kelompok kecil yang bisa sangat berbahaya. "Kelompok milisi asing tidak boleh mendapatkan akses masuk ke Amerika," ujar dia.

Dilansir Associated Press, para pejabat Amerika mengatakan ISIS dalam beberapa pekan terakhir telah kehilangan 99,5 persen wilayahnya dan hanya menguasai setidaknya 5 kilometer persegi di sejumlah kawasan di Suriah, di antaranya di sejumlah desa di lembah Sungai Eufrat.

BBC melaporkan bahwa kelompok ISIS kehilangan kendali atas sebagian besar wilayahnya, termasuk benteng pertahanan di Mosul, Irak, serta Raqqa di Suriah. Namun pertempuran masih berlanjut di wilayah timur laut Suriah. Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan suku Kurdi mengatakan telah menangkap puluhan orang dari kelompok itu dalam beberapa pekan terakhir.

Kepala Komando Pusat Militer Amerika, Jenderal Joseph Votel, pada Selasa lalu mengatakan sekitar 1.500 anggota ISIS bertahan di wilayah seluas 52 kilometer persegi di perbatasan Suriah dengan Irak. Kelompok itu masih memiliki para pemimpin, pejuang, fasilitator, sumber daya, dan masih memegang teguh ideologinya yang membuat mereka mampu bertahan.

Presiden Trump pada Desember lalu mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan negara-negara sekutunya, yakni hendak menarik pasukan Amerika dari Suriah dalam waktu 30 hari. Pada saat yang bersamaan, Trump mengatakan bahwa ISIS berhasil ditaklukkan. Namun dia kemudian memperlambat upaya tersebut setelah diprotes negara-negara sekutu dan pemimpin Partai Republik.

Para pejabat militer dan intelijen Amerika mengatakan ISIS dapat kembali berkuasa jika tidak mendapatkan tekanan kontra-terorisme yang berkelanjutan. Laporan lembaga pengawas departemen pertahanan Amerika, mengutip dari Komando Pusat, mengatakan bahwa ISIS, jika tanpa serangan yang terus dilakukan, ada kemungkinan bangkit kembali dalam 6-12 bulan ke depan.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan kepada mitra koalisi bahwa penarikan yang direncanakan "bukanlah perubahan dalam misi", melainkan perubahan taktik terhadap kelompok yang masih harus dianggap sebagai ancaman. "Di era ini, penegakan hukum dan berbagi informasi menjadi sangat penting. Perjuangan kita tidak harus selalu dipimpin oleh militer," ujar Pompeo. Dia mengatakan pengumuman Presiden Trump bukanlah akhir dari pertarungan Amerika. "Pertarungan ini adalah pertarungan yang akan kami teruskan bersama Anda. Amerika akan terus memimpin."

Para menteri luar negeri mitra koalisi itu menekankan bahwa negara-negara koalisi tetap berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah Irak untuk terus menghancurkan ISIS dan sumber daya mereka, termasuk jaringan yang memfasilitasi. Menteri Luar Negeri Irak Mohamed al-Hakim meminta agar negara koalisi membantu memantau "sel tidur" kelompok teror ISIS dan memulihkan stabilitas. REUTERS | BBC | ASSOCIATED PRESS | ANADOLU | SUKMA LOPPIES


Ratusan Milisi Diduga Aktif di Filipina

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus