Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Militer Amerika pada Jumat, 17 September 2021 meminta maaf atas sebuah serang drone atau pesawat tanpa awak, yang menewaskan 10 orang. Diantara korban tewas itu adalah tujuh anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pentagon sebelumnya mengatakan pada 29 Agustus 2021, ditujukan untuk menyerang pelaku bom bunuh diri anggota Islamic State (ISIS).
Angkatan Bersenjata Amerika Serikat menyebut serangan itu sebagai sebuah kesalahan yang tragis. Namun pejabat tinggi Amerika Serikat menggambarkan serangan tersebut sebagai sebuah hal yang seharusnya dilakukan.
Pasukan Amerika Serikat memeriksa mobil yang hancur akibat bom bunuh diri di Kabul, Afganistan, 16 September 2014. Serangan bom tersebut menewaskan 4 orang tentara dari NATO. REUTERS/Omar Sobhani
Kepala Korps Angkatan Laut Amerika Serikat Frank McKenzie, mengatakan ketika hendak melancarkan serangan, pihaknya sangat yakin apa yang mereka lakukan akan mencegah terjadinya ancaman pada Angkatan Bersenjata yang bertugas di bandara.
“Investigasi kami menyimpulkan bahwa serangan drone itu adalah sebuah kesalahan yang tragis,” kata McKenzie.
McKenzie kemudian menyadari diantara korban tewas itu ada yang tidak terkait dengan kelompok radikal Islamic State, ISIS-Khorasan atau kelompok yang mengancam tentara Amerika Serikat. Pentagon telah mempertimbangkan untuk memperbaiki kondisi ini.
Jatuhnya korban warga sipil akibat serangan drone Amerika Serikat ini, telah menimbulkan pertanyaan serangan anti-terorisme Amerika Serikat di masa mendatang di Afghanistan, mengingat pengumpulan data oleh intelijen telah terhenti sejak tentara Amerika Serikat ditarik.
Sumber: Reuters