Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat (AS) pada Rabu, 28 Agustus 2024, menolak gagasan pemindahan massal warga Palestina di daerah pendudukan Tepi Barat setelah Israel Katz Menteri Luar Negeri Israel menyerukan "evakuasi sementara" bagi warga sipil Palestina agar Tel Aviv bisa melanjutkan operasi militernya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami menolak gagasan pemindahan massal warga Palestina di Tepi Barat, namun kami mengakui perintah evakuasi lokal mungkin diperlukan dalam situasi tertentu untuk melindungi kehidupan warga sipil selama operasi kontra-terorisme yang sensitif," kata salah seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, saat menanggapi pertanyaan Anadolu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengenai serangan militer Israel di daerah pendudukan Tepi Barat, juru bicara itu mengatakan Washington mengakui ada kebutuhan keamanan bagi Israel yang sangat nyata, yang mencakup melawan aktivitas teroris di Tepi Barat. Namun saat yang sama, Washington juga sangat prihatin tentang upaya menjaga stabilitas di Tepi Barat dan terus mendesak Israel untuk melakukan semua tindakan yang layak untuk melindungi kehidupan warga sipil di Tepi Barat – seperti yang diminta Amerika Serikat pada warga Gaza.
Tentara Israel tengah melancarkan salah satu serangan militer terbesarnya di Tepi Barat yang diduduki dalam dua dekade. Operasi tersebut meliputi penggerebekan, serangan udara, dan penghancuran jalan serta bangunan Palestina di Jenin dan kamp pengungsi Tulkarem dan Tubas di wilayah utara.
Setidaknya, sejauh ini 10 warga Palestina tewas setelah serangan yang dimulai pada Selasa malam, 27 Agustus 2024. Tepi Barat yang diduduki telah mengalami penggerebekan yang semakin sering dan sering kali mematikan oleh militer Israel di tengah perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Kematian baru yang diakibatkan oleh operasi itu sejauh ini telah membuat jumlah korban warga Palestina di Tepi Barat menjadi 662 sejak 7 Oktober tahun lalu, menurut angka resmi dari Kementerian Kesehatan Palestina dan hampir 5.400 lainnya terluka.
Seorang aktivis Palestina Suleiman al-Zuheiri mengatakan kepada Anadolu warga di kamp pengungsi Nour Shams hanya diberi waktu empat jam untuk mengungsi pada Rabu, 28 Agustus 2024. Zuheiri mengatakan tentara Israel mendirikan beberapa pos pemeriksaan militer di titik masuk kamp pengungsi, yang memungkinkan penduduk meninggalkan daerah tersebut dari titik keluar tertentu.
Selain itu, menurut Zuheiri, buldoser tentara Israel menghancurkan infrastruktur di kamp Tulkarem dan Nour Shams, dengan bantuan drone di udara.
Asisten Menteri Luar Negeri Palestina, Ahmed al-Deek mengatakan Israel "meniru taktik pengusiran warga Gaza di Tepi Barat, menciptakan lingkungan yang memaksa penduduk untuk pergi.” Mahkamah Internasional dalam putusan penting pada 19 Juli, menyatakan pendudukan Israel selama puluhan tahun di tanah Palestina adalah melanggar hukum dan menuntut evakuasi semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Sumber: Anadolu-OANA
Pilihan editor: Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Polda Metro Jaya Siapkan Rekayasa Lalu Lintas
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini