DI lapangan terbuka itu berkumpul 3000 tentara bersenjata
lengkap. Abdullah Anjuru, bekas kepala penerangan pemerintah
Uganda, terbata-bata membacakan dokumen rahasia yang "ditulis
oleh Dr Milton Obote". Separuh naskah dibacakan sambil berdiri,
sisanya dengan duduk di kursi. "Bunuh mereka, bunuh mereka!",
teriak tentara-tentara itu, ketika nama-nama tiga pemuka
"rencana kudeta" disebutkan.
Uskup Agung Janani Luwum, yang Rabu sore 16 Pebruari itu berada
disana. terus menggelengkan kepalanya. Ia menyangkal terlibat
dalam rencana kudeta. Tapi namanya berkali-kali disebut dalaun
naskah yang dibacakan oleh Abdullah itu.
Marsekal Idi Amin. Presiden Seumur hidup Uganda, berada dalam
sebuah gedung tidak jauh dari tempat rapat umum itu. "Tenang,
tenang", begitu konon ia menyabarkan pasukan Uganda yang nyaris
histeris mendesaknya untuk segera membereskan tokoh yang disebut
namanya itu. "Saya ingin sebuah mahkamah militer mengadili
mereka. Tidak akan ada eksekusi sebelum pengadilan bersidang dan
menjatuhkan vonisnya", Amin berkata. Tapi sore itu juga. Uskup
Agung Janani Luwum serta dua orang menteri Charles Obote dan
Letnan Kolonel Erninayo Ereyema, secara resmi telah dinyatakan
"tewas dalam suatu kecelakaan mobil".
Menabrak Pohon
Mengenai kematian tiga tokoh penting itu, seorang juru bicara
pemerintah Uganda memberikan keterangan: "Dengan menyesal kami
umumkan kematian Uskup Agung, Janani Luwum, Menteri Charles
Obote dan Menteri Letnan Kolonel Oreyema dalam kecelakaan
kendaraan yang dikemudikan oleh Major Moses dalam perjalanan ke
tempat interogasi. Ketiga orang itu mencoba merampas kendaraan
untuk melarikan diri, tapi mobil kemudian menabrak sebuah pohon.
Ketiga orang itu tewas, dan Major Moses, seorang perwira
intelejen, selamat, meski menderita luka berat".
Seorang pejabat di kalangan kepresidenan, lewat wawancara
melalui telepon, memberikan keterangan lain. Orang ini tidak
menyebut adanya usaha melarikan diri dari ketiga tahanan.
"Kecelakaan" yang terjadi semata-mata disebabkan oleh kelalaian
Major Moses yang menabrak sebuah kendaraan lain.
Apa juga alasan kematian uskup agung dari gereja Anglikan itu -
pengikutnya di Uganda sekitar tiga juta orang - dunia
internasional toh sependapat untuk menyebut Idi Amin sebagai
pembunuhnya. Sebuah surat kabar di Tanzania, Daily Mail, bahkan
menyebut Idi Amin sendiri yang menembak Uskup Agung Janani serta
kedua menteri yang malang itu. Dengan tersenyum, Amin, yang
pekan silam menyempatkan diri menemui sejumlah wartawan asing di
Kampala membantah berita tersebut. "Saya dengar mengenal berita
yang menyebut saya sebagai pembunuh. Tapi itu betul-betul isapan
jempol", begitu ia berkata.
Pada kesempatan yang sama, Amin mengingatkan kembali dokumen
yang dibacakan oleh Abdullah. Naskah yang menurut Amin ditulis
sendiri oleh bekas Presiden Obote (digulingkan oleh Idi Amin
pada tahun 1971, kini mengasingkan diri di Tanzania) dengan
jelas menyebut nama orang-orang yang bekerja sama untuk
menggulingkan Idi Amin. "Mereka itu dibantu oleh CIA, Inggeris
dan Israel. Buktinya, ada 100 pucuk senjata buatan Cina serta
sejumlah besar amunisi yang kami sita", kata Amin. Katanya pula:
"Mana ada negeri merdeka di dunia ini yang membolehkan
seseorang, bahkan uskup agung sekali pun, memasukkan senjata
gelap ke dalam negerinya".
Wartawan Inggeris
Amin membantah membunuh Janani Luwum. Tapi ia dengan jelas
menyebut uskup agung itu terlibat dalam komplotan Obote yang
merencanakan penggulingan Amin."Mereka pintar. Supaya tidak
mencurigakan, uskup agung itu yang mereka pakai untuk
membagi-bagikan senjata kepada para pemberontak", kata Amin
pula.
Kepada para wartawan, Amin tidak menyangkal terjadinya
pemberontakan oleh sebuah batalion tentara Uganda dua pekan
silam. Pemberontakan telah dipadamkan, "tapi sebagian besar yang
berontak itu, kalau tidak sempat melarikan diri, pasti telah
dibunuh habis", tulis seorang wartawan Inggeris.
Untuk melaksanakan rencana pembersihannya, Amin menggunakan
tentara dari sukunya sendiri yang berasal dari Sudan Selatan.
"Di Uganda kini sedang berlangsung pembersihan terhadap tentara
yang berasal dari suku Langi dan Achole. Amin lebih percaya
kepada sukunya sendiri", begitu laporan seorang pengungsi yang
berhasil melarikan diri ke Tanzania, tetangga Uganda.
Kecaman dari berbagai penjuru dunia beterbangan ke alamat Idi
Amin. Uskup Agung Canterbury, Inggeris, Dr Donald Coggan,
terang-terangan menyangsikan keterlibatan Janani Luwum dalam
rencana kudeta. Sekjen Konperensi Gereja-Gereja seluruh Afrika,
Canon Burgess, menuduh Amin telah membunuh Uskup Agung Janani.
Dewan Gereja-Gereja sedunia yang berkedudukan di Jenewa
menyebut tindakan Idi Amin di Uganda itu sebagai "suatu
rangkaian perisiwa keji yang menjadi ciri khas pemerintahan
teror yang kini menguasai Uganda".
Dalam rangkaian cerita mengenai teror itu, Radio Tanzania
melaporkan banyaknya mayat orang Uganda yang ditemukan mengapung
di sungai Nil sejak Idi Amin berkuasa. Dan kematian misterius
macam yang dialami oleh seorang uskup agung dan dua menteri
Uganda itu, disebut sebagai "bukan hal baru". Sebab nasib buruk
yang sama telah pula menimpa Jaksa Agung Kiwanuka (1972) dan
Menlu Ondoga (1971). Keduanya menghilang secara misterius,
sampai mayat mereka ditemukan dalam keadaan busuk dan
mengerikan.
Wing Penerjun Israel
Presiden Idi Amin, kepala negara seumur hidup yang senang
mengirim telegram nasehat ke berbagai penjuru dunia, pekan lalu
membantah semua tuduhan pembununan yang dilontarkan atas
dirinya. "Tuduhan-tuduhan itu adalah propaganda Zionis", kata
marsekal yang hingga kini masih tetap memakai wing penerjun
Israel itu. Dalam sebuah surat kepada William Eteki, sekjen
Persatuan Afrika, Idi Amin mengulldang semua pemimpin Afrika
datang ke Uganda untuk menyelidiki kematian Uskup Agung Janani.
Dalam surat yang sama, Amin juga mengecam Canon Burgess, sebagai
"orang yang segolongan dellgan Perdana Menteri Afrika Selatan
John Voster dan Perdana Menteri Rhodesia, lan Smith".
Kecaman-kecaman yang terus diarahkan kepada Amin dan Uganda,
dihadapi oleh pemimpin besar Uganda itu dengan tenang. Sembari
mensinyalir adanya rencana penyerbuan dari negara-negara
tetangganya - Kenya, Tanzania dan Zambia - Amin meyakinkan
sejumlah wartawan bahwa "tidak ada hal yang patut dicemaskan".
Katanya: "Menurut hemat saya, pihak-pihak yang membuat
propaganda itu mempunyai perekonomian, politik dan militer yang
lemah. Untuk menutupi kelemahan itulah mereka bersama-sama
melakukan tuduhan-tuduhan palsu kepada Uganda". Dengan yakin,
Amin juga berkata: "Apabila perlu saya bisa menghadapi tantangan
mereka dalam waktu kurang dari satu jam".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini