Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bah Di Sungai Penuh

Beberapa desa & ribuan hektar sawah di Kerinci terendam air. Hujan lebat yang berkepanjangan mengaki batkan jembatan dan irigasi jebol. Hubungan darat ke segenap juru putus oleh tanah longsor.

5 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSIM hujan dewasa ini ternyata bukan melulu bikin bah di Jakarta, melainkan juga telah merendam seantero wilayah Kerinci pada pertengahan Pebruari lalu. Kabupaten di propinsi Jambi itu yang beken sebagai gudang beras, saat ini amat risau karena lebih dari 1000 Ha sawah tergenang. Padi yang sudah berperut dan siap dipanen, meliputi 50 ribu ton -- apa boleh buat tak sempat terselamatkan. Selain itu hasil utama Kerinci: teh kopi dan kayu manis, yang merupakan barang ekspor untuk Eropa dan Amerika, kini menumpuk. Biasanya tiap tahun ada 3 ribu ton teh, 14 ribu ton kopi serta 4 ribu ton kayu manis yang dilego ke sana. Tapi saat ini barang-barang itu tak berdaya beranjak ke pelabuhan, sementara harganya pun kian merosot. Musibah itu makin menakutkan tatkala diketahui ada sejumlah irigasi yang dibangun dengan susah payah roboh diterjang bah. Begitu pula jembatan dan jalan. Akibat merajalelanya air itu penduduk mengungsi ke tempat yang ketinggian, menaiki bukit di sekitar perkampungan. Bayangkan saja bila air mencapai ketinggian 4 meter. Tiga desa yang sempat mendanau itu adalah Debai, Pinggir Air dan Tanah Kampun. Di samping menelan kerugian Rp 500 juta lebih, tercatat pula empat penduduk meninggal dunia. Danau Kerinci yang luasnya hampir 5 ribu Ha itu, pada gilirannya meluap pula. Sehingga desa Jujun, Keluru dan Pulau Tengah yang terletak di pantainya, tergenang. Keadaan di enam kecamatan di Kerinci (meliputi 375 ribu jiwa) itu, juga bergema di propinsi jiran, Sumatera Barat. Sebab musibah yang serupa juga menimpa Kabupaten Pesisir Selatan. Desa Tapan (Kecamatan Pancung Soal) tenggelam, karena "air yang menggenanginya mencapai tinggi 5 meter", kata Bupati Abrara dari Pesisir Selatan. Di sini pun tercatat 100 Ha sawah mendanau, serta 120 rumah hanyut. Kembali pada bah di Kerinci, akibat yang ditimbulkannya bukan sekedar rendam-merendam pemukiman penduduk. Tapi juga membuat harga kebutuhan pokok menggeliat tak ketolongan. Beras yang semula hanya Rp 90 per Kg, kini mencapai Rp 150. Garam dari Rp 35 per bongkah melonjak jadi Rp 150. Minyak tanah dari Rp 50 sebotol, menjadi Rp 200. Bensin sudah mencapai Rp 270 seliter. Pasal yang bikin keadaan kian parah itu ialah putusnya hubungan darat ke Sungai Penuh (ibukota Kabupaten) dari segenap penjuru. Selama ini kebutuhan bahan pokok itu lancar mengalir dari Padang, 277 Km dari Sungai Penuh. Saat ini jalan darat longsor pula di empat tempat menjelang perbatasan: baik berupa tanah terban ke sungai maupun tanah perbukitan yang melorot ambruk menutup jalan raya. Sementara jalan menuju Sungai Penuh di dalam kabupaten Kerinci sendiri juga mengalami rusak berat. Itu sebabnya Sungai Penuh mengalami isolasi total sekarang. Sedangkan dari kota Jambi, hubungan daratnya juga ditimpa kemalangan yang sama. Tidak sak lagi, Sungai Penuh gawat adanya. Tersisa satu-satunya alat perhubungan ke sana berupa peherbangan perintis MNA dengan pesawat Twin Otter, yang menempuh jalur itu sekali seminggu. Itupun kini sering sulit karena cuaca yang jelek. Selebihnya, untung hubungan telepon masih baik. "Inilah bencana paling besar yang terjadi di Kerinci", keluh Bupati Rusydi Sayuti. Kabupaten ini memang hampir tak luput dari bencana melulu. Sekitar tiga tahun lalu Sungai Penuh dilanda kebakaran besar, di samping Danau Kerinci disemaki oleh enceng gondok yang merupakan musibah tersendiri pula. Sembari menunggu uluran tangan dari atas (Departemen Sosial dikabarkan ada mengirim 4 ton beras plus uang Rp 200 ribu), Rusydi juga minta kalangan kehutanan untuk segera melakukan penghijauan besar-besaran. Sebelum terlanjur jadi sesalan yang tak berkesudahan, maka penggundulan hutan itu tentu perlu ditertibkan. Sementara itu sebagai upaya menembus isolasi Kerinci, Rusydi bersama seribu penduduk Kayu Aro (pegawai negeri maupun swasta) menyingsingkan lengan baju membenahi longsoran tanah di jalan raya Km 10 sampai Km 34 arah Padang, Sumatera Barat. Alat yang digunakan masih serba tradisionil, ditunjang dua buldozer yang sering batuk-batuk saking tuanya. Sedangkan dari jurusan Padang ke arah perbatasan, "dalam dua minggu mudah-mudahan bisa selesai", kata Kepala Dinas PU Sumatera Barat Harun Alrasyid. Perbaikan tahap pertama sudah berjalan. Untuk perbaikan selanjutnya menuju Sungai Penuh memang giliran PU propinsi Jambi. Tapi yang jelas perbaikan itu dilaksanakan dari arah Sumatera Barat. Sebab alatalat berat hanya mungkin datang dari arah ini. Untuk menanggulangi musibah itu Gubernur Sumatera Barat Harun Zain dan Gubernur Jambi Djamaluddin Tambunan berbicara lewat telepon: bersepakat membawa masalah akibat bah itu kepada pemerintah pusat di Jakarta. Biaya yang diperlukan, menurut Bupati Rusydi akan meliputi Rp 30 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus