Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ancaman lewat kotak kenari

Tentara india tak berani menyerbu masjid hazratbal. pasalnya sejumlah muslim kashmir di dalam masjid mengancam membuka kotak kenari, isinya konon janggut nabi muhammad.

30 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUKAN 80 pucuk senjata modern di tangan kelompok militan itu yang membuat tentara keamanan India hanya berani mengepung Masjid Hazratbal, tanpa bisa berbuat apapun. Tapi karena kelompok muslim radikal beserta anak-istrinya yang berlindung di dalam masjid mengancam akan membuka sebuah kotak kenari. Konon, dalam kotak kenari di masjid keramat itu disimpan sehelai janggut Nabi Muhammad saw. Kepercayaan setempat mengatakan, bila kotak itu sampai dibuka, maka seluruh umat Islam di Kashmir dan Pakistan akan mengangkat senjata melawan tentara India. Sebab, umat Islam setempat melarang siapa pun membuka kotak itu. Bila 150 umat Islam beserta keluarganya sampai nekat membuka kotak tersebut, itu karena tentara India yang mengepungnya. Jadi, yang harus disalahkan adalah tentara India. Itu memang kepercayaan yang hidup di Kashmir dan India Selatan yang konon sudah hidup lebih dari dua setengah abad. Kotak itu disimpan rapat di dalam sebuah ruang berpintu lapis dua, di lantai satu masjid di tepi Danau Dal itu. Menurut cerita, pada 350 tahun lalu, seorang pengelana bernama Syeikh Abdullah tiba di Kota Bijapur, India Selatan, dan meminta perlindungan Raja Bijapur, penguasa Dinasti Yadava, kerajaan Islam di India waktu itu. Abdullah, yang mengaku keturunan Nabi, terpaksa meninggalkan pekerjaannya sebagai penjaga masjid di Medinah karena konflik dengan keluarga. Sebagai bukti bahwa ia keturunan Nabi, Abdullah membawa benda keramat yang dipercaya sebagai janggut Nabi. Abdullah pun diberi tempat tinggal tak jauh dari istana Yadava. Singkat kata, ketika kekaisaran Aurangzeb menjatuhkan Yadava, tahun 1686, benda keramat itu pun dibawa serta oleh anak laki-laki Abdullah bernama Syeikh Hamid yang melarikan diri ke Kashmir dan menetap bersama seorang pedagang bernama Noorudin Ashwari. Menurut legenda rakyat setempat, dalam sebuah mimpi Hamid mengaku diperintah Nabi untuk memberikan benda keramat itu ke tangan Noorudin. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Noorudin maupun Kaisar Aurangzeb yang waktu itu ingin merebut benda keramat itu memperoleh wangsit bahwa benda keramat itu harus ditempatkan di Kashmir. Pada tahun 1700, Kaisar Aurangzeb mengeluarkan maklumat dan menunjuk keturunan Noorudin bernama Nishan Dez sebagai penjaga benda keramat itu di Masjid Hazratbal. Sedikitnya sepuluh kali dalam setahun, Nizhan Dez membuka kantung kotak kenari berisi benda itu, sebagai bagian dari upacara memperingati 10 peristiwa penting dalam kehidupan Nabi. Tapi Desember tahun 1963, benda keramat itu tiba-tiba hilang. Hanya dalam waktu beberapa jam berita kehilangan itu tersiar sampai ke seluruh India. Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru, waktu itu, memerintahkan kepala agen rahasia India melacak benda keramat itu. Entah bagaimana, tiba-tiba suatu hari di bulan Januari 1964, kotak itu sudah berada kembali di tempatnya. India pun geger. Umat Islam India curiga benda itu palsu. Sebuah tim khusus peneliti benda keramat, yang terdiri dari para ulama terkenal India, dibentuk. Setelah tim bekerja sekitar sebulan, siang dan malam, dikeluarkanlah fatwa bahwa benda itu benar-benar asli. Tidak jelas bagaimana membuktikannya. Yang jelas, tak peduli peninggalan itu benar milik Nabi atau bukan, kini itu dijadikan ''senjata'' oleh kelompok militan muslim Kashmir untuk melawan tentara India. Inilah pertama kalinya umat Islam Kashmir menggunakan peninggalan yang dianggap keramat sepanjang sejarah konflik di Kashmir. Konflik itu sendiri dimulai tahun 1947, tatkala kaum muslim India ingin memisahkan diri dari saudara sebangsanya yang beragama Hindu untuk membentuk negara Pakistan. Saat itulah Kashmir terbelah dan senantiasa menjadi penyulut pertikaian antara Pakistan dan India. Pakistan memperoleh sepertiga wilayah subur, sedangkan India menguasai dua pertiga sisanya yang disebut Jammu Kashmir. Di bagian yang dikuasai Pakistan, mayoritas warganya memang Islam, sedangkan di Jammu-Kashmir, dari 8,5 juta penduduknya lebih dari sepertiganya muslim, dan sisanya Hindu serta sedikit kaum Sikh. Kelompok Islam di Jammu-Kashmir ingin wilayahnya digabungkan dengan Kashmir-Pakistan. Muncullah gerakan-gerakan untuk mewujudkan cita-cita itu, dan yang terbesar adalah Front Pembebasan Jammu Kashmir. India menuduh gerakan itu disponsori oleh Pakistan. Tentu saja, Pakistan menolak tuduhan itu. Bagi India, Jammu-Kashmir yang terletak di lembah itu merupakan wilayah strategis dipandang dari sudut militer. Selain itu, wilayah ini pun merupakan lumbung padi. Dua hal inilah tampaknya yang membuat India keberatan kehilangan Jammu Kashmir. Ketegangan yang terjadi sekarang ini diduga punya kaitan dengan konflik di tahun 1987. Ketika itu diselenggarakan pemilu di wilayah berpanorama cantik itu. Pihak muslim Kashmir menuding pemerintah New Delhi sengaja memberi keuntungan bagi Partai Hindu. Maraklah kerusuhan. India menuduh Pakistan sengaja melatih para militan itu dan memasok persenjataan. Namun, pemerintah Islam abad menampik tuduhan itu, sambil menyatakan bahwa pihaknya tak sanggup menghentikan penyusupan kaum militan dari Jammu-Kashmir. Dalam tiga tahun belakangan ini saja tercatat sudah 12.000 jiwa melayang di Kahsmir. Dikhawatirkan, jumlah itu makin bertambah, dengan krisis belakangan ini. Navraj Gandhi (New Delhi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus