Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lagi, geger kashmir

Untuk kesekian kalinya, konflik di jammu-kashmir menjadi bentrokan fisik. inilah sumber ketegangan dua negara, india dan pakistan, yang pernah menyebabkan kedua negara itu berperang, dan hingga kini terus saling menuduh. inilah konflik yang tak mati-mati karena melibatkan agama, wilayah strategis militer, dan ekonomi.

30 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUMBER konflik India-Pakistan kembali membuat hubungan kedua negara tegang. Pekan lalu pemerintah Pakistan mengusir seorang diplomat India dan tiga orang stafnya dari Konsulat India di Karachi. Mereka dituduh ''melakukan spionase dan kegiatan lain yang tak sesuai dengan status mereka''. Itu merupakan balasan Pakistan setelah di awal pekan lalu India meminta tiga diplomat Pakistan meninggalkan New Delhi. Para diplomat Pakistan itu dituduh terlibat langsung dalam serangan terhadap orang-orang Hindu di Srinagar, ibu kota Jammu-Kashmir, bagian Kashmir yang berada di bawah pemerintahan India. Itulah rentetan ketegangan berasal dari konflik di Jammu- Kashmir, dua pekan lalu. Sebenarnya konflik ini bukan baru. Cita-cita umat Islam di Jammu-Kashmir menggabungkan wilayahnya dengan Kashmir Pakistan yang mayoritasnya Islam tak mati-mati meski selalu dibendung oleh pemerintah India. Yang menarik dalam konflik sekarang ini, para militan Islam berlindung ke dalam Masjid Hazratbal, masjid yang dikeramatkan yang terletak di tepi Danau Dal, di Srinagar. Di dalam masjid itu, menurut juru bicara pemerintah India, bersembunyi 20 sampai 50 orang pejuang Islam bersama 100-an warga sipil, yang dianggap sebagai sandera. Tapi menurut koresponden TEMPO di India, warga sipil itu bukan sandera, melainkan sanak keluarga para aktivis tersebut. Seperti sudah disebutkan, tuntutan orang-orang Islam di Srinagar itu masih juga seperti tuntutan lama yang sudah sering dikatakan dan sering menyebabkan bentrokan fisik antara umat Islam Jammu-Kashmir dan tentara India. Yakni agar India melepaskan kekuasaannya atas dua pertiga wilayah Kashmir tersebut, supaya bisa bergabung dengan yang sepertiga wilayah lainnya yang berada di bawah kekuasaan Pakistan. Pasukan pemerintah India kabarnya menawarkan jalan damai, asal mereka bersedia keluar dari masjid dan meletakkan senjatanya. Perkara akan diselesaikan di pengadilan. Tapi mereka yang kini di dalam masjid mengajukan syarat lain: mereka dibiarkan pergi lengkap dengan senjata mereka ke Pakistan. Tentu saja pemerintah New Delhi menolak syarat itu, tapi pasukan India tak bisa berbuat apa-apa selain mengepung Hazratbal. Soalnya, kelompok yang bersembunyi di masjid mengancam akan membuka kotak kenari yang dikeramatkan, dan itu bisa menyalakan kembali perang India-Pakistan (lihat Ancaman Lewat Kotak Kenari). Kedua negara bertetangga yang merdeka dari Inggris di tahun 1947 itu selama ini setidaknya telah berperang tiga kali, dua di antaranya disebabkan oleh masalah Kashmir. Terhentinya gerakan tenrtara India karena gerak cepat gubernur Jammu dan Kashmir, K.V. Krishna Rao. Rabu malam pekan lalu, Rao, melalui siaran radio, meminta agar tentara tidak menyerbu ke Masjid Hazratbal. Ia khawatir, seperti sudah disinggung, perang India-Pakistan meledak lagi, setidaknya seluruh umat Islam di Jammu-Kashmir, yang berjumlah hampir tiga juta dari sekitar 8,5 juta penduduk wilayah itu, akan melakukan perlawanan. Sebabnya, itu tadi, soal kotak kenari. ke Pakistan. Tentu saja pemerintah New Delhi menolak syarat itu, tapi pasukan India tak bisa berbuat apa-apa selain mengepung Hazratbal. Soalnya, kelompok yang bersembunyi di masjid mengancam akan membuka kotak kenari yang dikeramatkan, dan itu bisa menyalakan kembali perang India-Pakistan (lihat Ancaman Lewat Kotak Kenari). Kedua negara bertetangga yang merdeka dari Inggris di tahun 1947 itu selama ini setidaknya telah berperang tiga kali, dua di antaranya disebabkan oleh masalah Kashmir. Terhentinya gerakan tentara India karena gerak cepat gubernur Jammu dan Kashmir, K.V. Krishna Rao. Rabu malam pekan lalu, Rao, melalui siaran radio, meminta agar tentara tidak menyerbu ke Masjid Hazratbal. Ia khawatir, itu bisa meledakkan perang India-Pakistan, setidaknya seluruh umat Islam di Jammu-Kashmir, yang berjumlah hampir tiga juta dari sekitar 8,5 juta penduduk wilayah itu, akan melakukan perlawanan. Sebabnya, itu tadi, soal kotak kenari. Kamis pekan silam serdadu India yang masuk ke Srinagar sudah mencapai puluhan ribu personel. Tampaknya, pengerahan pasukan di hari Kamis itu untuk menjaga segala kemungkinan di hari Jumat, ketika umat Islam mengadakan salat jemaah. Toh, setelah salat Jumat usai, demonstrasi terjadi di banyak lokasi di Srinagar. Reuters, yang mengutip sumber kepolisian, menyatakan enam orang meninggal ditembak Tentara Keamanan Perbatasan. Masjid Hazratbal itu sendiri tak tersentuh oleh demonstran karena dikepung ketat. Akhirnya, Sabtu pekan lalu, diumumkan jam malam dan penjagaan semakin diperketat. Meski di Sabtu siang tak ada larangan bepergian dan melakukan kegiatan, toko-toko tetap tutup, mogok. Di beberapa kota lain pun terjadi demonstrasi memprotes pengepungan Masjid Hazratbal. Terbesar, kabarnya, terjadi di kota kecil Bijbehara, 40 km selatan Srinagar, meski di sini berlaku larangan berkumpul lebih dari lima orang. Pasukan Keamanan Perbatasan, yang konon dikenal brutal terhadap pejuang Islam, menjebak ratusan demonstran di sebuah jalan sempit. Lalu, ''Tanpa peringatan apa pun,'' tutur Nasir Hussain, seorang pemilik kedai yang ikut demonstrasi sehabis salat Jumat, ''mereka menembaki kami.'' Kontan sekitar 30 orang tewas seketika, dan diduga korban mencapai 40-an. Bertambah banyaknya korban karena rumah sakit Bijbehara tak memadai, dan ambulans sulit distater di udara yang dingin. Wartawan Reuters, yang melihat-lihat ke jalan tersebut setelah kejadian, melaporkan melihat topi bersimbah darah tergeletak di antara ratusan sepatu dan sandal karet, dan sebagian berukuran anak-anak. Komisaris Pemda Kashmir menjanjikan pengusutan terhadapan penembakan itu. ''Ini tragedi besar,'' kata Wajahat Habibullah, Komisaris itu, setelah meninjau tempat kejadian. Tak jelas seberapa kuat tuntutan Habibullah nanti. Yang pasti, banyak pihak menilai pemerintah India sekarang benar- benar kalut. Upaya untuk mengadu domba kubu perjuangan Kashmir yang pro-Pakistan dengan kelompok Front Pembebasan Jammu Kashmir, melalui Menteri Keamanan Dalam Negeri Rajesh Pilot, gagal. Kata Pejabat Presiden Front Pembebasan, Javed Mir, 32 tahun, dengan tegas: ''Kenapa kami harus memusuhi Hizbul Mujahedin (kelompok pro-Pakistan), yang sama-sama memperjuangkan kemerdekaan dari India?'' Belum ada tanda-tanda konflik di Masjid Hazratbal bisa diselesaikan, sampai Sabtu malam pekan lalu. Malah di New Delhi tersiar kabar, sejumlah muslim di Srinagar melakukan mogok makan sebagai pernyataan solidaritas terhadap para pejuang yang ada di dalam masjid di pinggir Danau Dal itu sampai ada penyelesaian. Sementara itu, seruan tentara India yang mengepung masjid tak digubris. ''Kami punya makanan, dokter, keluarlah dan menyerahlah,'' kata seruan itu lewat pengeras suara. Tak ada jawaban, sebagaimana juga tak terlihat pemecahan pada konflik yang sudah berlangsung sejak akhir 1940-an ini. Mohamad Cholid (Jakarta) dan NG (New Delhi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus