Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Anggota Parlemen Rusia Kritik KTT London soal Perang Ukraina

Anggota parlemen Rusia mengkritik pertemuan sejumlah pemimpin Eropa di London yang membahas soal penyelesaian perang Ukraina.

3 Maret 2025 | 17.17 WIB

Ini adalah kompilasi foto sejumlah tokoh Rusia yang tercantum dalam daftar sanksi oleh Amerika Serikat pada Jumat, 6 April 2018. Mereka adalah: (barisan atas kiri ke kanan) Oleg Deripaska, Vladimir Bogdanov, Suleiman Kerimov, Kirill Shamalov dan Viktor Vekselberg.(tengah kiri ke kanan) Mikhail Fradkov, Sergei Fursenko, Alexei Dyumin, Vladimir Kolokotsev, Konstantin Kosachev.(bawah kiri ke kanan) Andrei Kostin, Alexei Miller, Nikolai Patrushev, Vladimir Ustinov, dan Viktor Zolotov. Reuters
Perbesar
Ini adalah kompilasi foto sejumlah tokoh Rusia yang tercantum dalam daftar sanksi oleh Amerika Serikat pada Jumat, 6 April 2018. Mereka adalah: (barisan atas kiri ke kanan) Oleg Deripaska, Vladimir Bogdanov, Suleiman Kerimov, Kirill Shamalov dan Viktor Vekselberg.(tengah kiri ke kanan) Mikhail Fradkov, Sergei Fursenko, Alexei Dyumin, Vladimir Kolokotsev, Konstantin Kosachev.(bawah kiri ke kanan) Andrei Kostin, Alexei Miller, Nikolai Patrushev, Vladimir Ustinov, dan Viktor Zolotov. Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota parlemen Rusia yang berpengaruh, Konstantin Kosachev, mengkritik pertemuan puncak para pemimpin Eropa di London pada Minggu, 2 Maret 2025. Dia mengatakan bahwa pertemuan itu tidak menghasilkan rencana untuk menyelesaikan perang di Ukraina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kosachev mengatakan satu-satunya hal yang dapat diandalkan Ukraina adalah peningkatan hubungan Rusia-AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia mencemooh hasil pertemuan London sebagai "upaya putus asa untuk menyamarkan sebagai keberhasilan kegagalan kebijakan selama 10 tahun untuk menghasut Ukraina agar mendekati Rusia oleh Inggris Raya yang sama dan, hingga baru-baru ini, Amerika Serikat".

"Eropa tidak punya rencana," kata Kosachev yang menjabat kepala Komite Urusan Luar Negeri majelis tinggi parlemen Rusia di aplikasi perpesanan Telegram, dikutip dari Reuters

"Dan jika Ukraina harus mengandalkan sesuatu, itu hanya dapat mengandalkan kemajuan (jika ada yang akan datang) dalam hubungan Rusia-Amerika."

Kosachev mengatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang menjadi tuan rumah pertemuan tersebut, "gagal memahami hal ini".

Leonid Slutsky, ketua Komite Urusan Internasional majelis rendah, mengatakan pertemuan itu tidak akan menyelamatkan posisi Zelensky dua hari setelah pembicaraannya di Washington dengan Presiden Donald Trump yang berujung gagal dalam pertikaian sengit.

"KTT London tidak akan menyelamatkan pemimpin Nazi Ukraina," tulis Slutsky di Telegram. "Hasil nol, upaya yang gagal untuk memulihkan reputasi politik badut setelah kegagalannya yang menggelegar di Washington."

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang sekarang menjadi pejabat keamanan senior, mengkritik pertemuan London sebelum berakhir, menggambarkannya sebagai "perjanjian... untuk bersumpah setia kepada para bangsawan Nazi di Kiev" dan "pemandangan yang memalukan."

Starmer, berbicara setelah pertemuan itu, mengatakan para peserta telah sepakat untuk menyusun rencana perdamaian Ukraina untuk dibawa ke Amerika Serikat. Starmer mengatakan Inggris, Ukraina, Prancis, dan negara-negara lain akan membentuk "koalisi yang bersedia" untuk menghasilkan rencana tersebut.

Zelensky mengatakan bahwa dia merasakan dukungan kuat dari Eropa. Dia meyakini dapat menyelamatkan hubungannya dengan Trump tetapi pembicaraan perlu dilanjutkan dalam format yang berbeda.

Adapun Prancis dan Inggris mengusulkan gencatan senjata parsial selama satu bulan antara Rusia dan Ukraina, namun tidak akan mencakup pertempuran darat. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan gencatan senjata akan meliputi serangan udara, laut, dan infrastruktur energi.

Macron menambahkan bahwa garis depan pertempuran kedua negara itu setara dengan jarak antara Paris dan Budapest.

"Jika terjadi gencatan senjata, akan sangat sulit untuk memverifikasi (pertempuran) di sepanjang garis depan dihormati," kata Macron kepada Le Figaro, Ahad, 3 Maret 2025, dikutip dari Reuters.

Savero Aristia Wienanto

Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus