Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Antara Perang Dan Damai

Pertempuran sengit di kota Beirut, antara pasukan Suriah, sayap kiri Libanon & gerilyawan Palestina. laporan reuter menyatakan suriah menggempur Beirut dengan pesawat mig dan tank buatan Rusia. (ln)

19 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IBU kota Beirut praktis terputus dari dunia luar. Lapangan udara tertutup, aliran listrik putus, persediaan air dan roti terus menipis dan hubungan telekomunikasi terputus. Amukan api menimbulkan asap pedas yang bergulung-gulung naik menutupi kota, sementara di bawahnya, di lorong-lorong, di bangunan-bangunan yang masih utuh atau telah runtuh, pertempuran antara pasukan Suriah melawan koalisi sayap kiri di Libanon dan gerilyawan Palestina terus juga berlangsung. Begitulah wartawan Reuter melaporkan keadaan kota Beirut pekan silam. Pada hari yang sama, sebuah kantor berita Amerika menyiarkan berita lain dari medan pertempuran. Sembari menyebut dipergunakannya pesawat tempur MIG buatan Rusia oleh pasukan-pasukan Surian yang menggempur Beirut, Doyle Mc Mannus dari UPI ada pula bercerita tentang pertempuran di kota pantai Sidon. Tulisnya: "Pertempuran sengit berlangsung di sini. Pihak gerilyawan Palestina dan golongan kiri berusaha keras menahan gerak maju tank-tank Suriah. Delapan bangkai tank Suriah yang masih membara dengan sejumlah mayat di dalamnya, merupakan bukti sengitnya perlawanan di kota itu". Para diplomat Barat di Beirut melukiskan kebebatan perlawanan golongan kiri dengan menunjuk pada perubahan strategi militer Suriah di Libanon. Balik Gagang Dan perubahan itu terlihat dengan nyata pada kesediaan Presiden Suriah Hafez Assad untuk menerima pasukan pendamai dari berbagai negafa Arab. Keputusan semacam ini diambil oleh sejumlah negara Arab yang menghadiri sidang darurat Liga Arab di Kairo dua pekan silam. Tapi bahkan sebelum pasukan pendamai itu tiba, dua golongan yang saling bertentangan di Libanon sudah pula memperdengarkan suara mereka yang jelas saling bertolak belakang itu. Pimpinan golongan Kiri, Kamal Jumblat -- yang dua pekan silam terang-terangan menolak usul Presiden Perancis D Estaing untuk mengirim pasukan pendamai dari Perancis -- kini sudah berbalik gagang. "Saya tadinya menolak karena curiga bahwa keinginan Perancis itu sebenarnya adalah permainan Amerika yang ingin membagi Libanon menjadi dua bagian", kata Jumblat. Presiden Franjieh yang masih juga belum menyerahkan kekuasaan kepresidenan kepada Presiden terpilih Elias Sarkis -- pekan silam ada pula memuji campur tangan Suriah. Franjieh amat senang kepada Hafez Assad karena pemimpin Suriah ini ada menyerang orang-orang Palestina yang "telah melancarkan peperangan di Libanon yang amat melukai rakyat dan menghancurkan semua kelembagaannya ". Tanpa mengabaikan keinginan Jumblat maupun Franjieh, Liga Arab terus saja dengan rencana perdamaian yang mereka putuskan pekan silam. Namun misi damai itu -- terdiri atas PM Libya Jalloud, Menteri Pendidikan Aljazair Karim Mahmud, Panglima Angkatan Udara Suriah Jenderal Jamil serta sejumlah tokoh Palestina, terpaksa sulit beranjak dari lapangan terbang Beirut. Misi yang datang dengan dua heli dari Damaskus, tertahan di lapangan terbang lantaran pertempuran sengit masih melanda kota. Komunike militer gabungan Palestina dan Sayap Kiri yang siarannya tertangkap di lapangan terbang menyebutkan: Bentrokan-bentrokan sengit sedang terjadi di sebelah timur Beirut di mana suatu iring-iringan gerak maju Suriah sedang berusaha menerobos posisi sayap kiri di Bhamdoun ,19 kilometer dari ibu kota. Pasukan-pasukan itu terus menembaki posisi kami dengan tank-tank dan artileri, tapi posisi kami masih terus dipertahankan". Di Kairo, sekjen Liga Arab Mahmud Riad sibuk pula menyiapkan satu pasukan gabungan Arab -- terdiri atas Suriah Libya, Aljazair, Arab Saudi dan Sudan -- untuk segera dikirim ke Libanon. Tapi persoalan ternyata tidak semudah yang diduga semula. Suriah tidak mau memberikan janji untuk segera menarik pasukannya. Dan ini menimbulkan ketegangan baru dalam Liga tersebut. Irak amat marah, dan sempat mengecam Suriah lewat suatu jumpa pers yang diadakan oleh Menlu Irak Saadoun Hammadi di Kairo. Pada saat yang tak berselang lama, dari Baghdad tersiar pula berita tentang pengerahan pasukan Irak ke perbatasannya dengan Suriah. Peranan Soviet Kantor berita Mesir,Mena yang memberitakan perkembangan di Irak itu juga menyebutkan dikeluarkannya seruan kepada semua mahasiswa wajib militer Irak untuk bergabung dengan tentara dalam 48 jam. Tulis Mena dari Baghdad: "Pasukan-pasukan itu dilepas Rabu pagi oleh Presiden Ahmad Hassan Al Bakr dan wakil ketua Dewan Revolusi Saddam Husain serta sejumlah tokoh partai Baath dan pimpinan militer dan pemerintahan. Tindakan itu tampaknya dimaksudkan untuk memaksa Suriah agar mengurangi tekanan militernya terhadap gerilyawan Palestina di Libanon. Tapi tindakan Baghdad ini bisa menimbulkan ancaman perang baru antara dua negara yang diperintah oleh dua partai Baath yang sejak lama saling bertentangan". Di samping soal campur tangan Suriah di Libanon, maka soal pembagian air sungai Eufrat ada pula memainkan peranan dalam ketegangan baru Irak - Suriah . Sebelum ribut dengan Irak. Suriah sudah bertengkar dengan Mesir yang tak senang melihat campur tangan berdarah Suriah di Libanon. Tapi ketika Kairo mendesak Damaskus untuk menarik pasukannya dari wilayah Libanon, soal persetujuan penarikan pasukan Mesir -- Israel malah diungkit-ungkit oleh Suriah. Akibatnya: Hubungan diplomatik antara kedua negara yang pernah bersatu di bawah nama Republik Persatuan Arab terputus pekan silam. 'Dalam 24 jam, diplomat masing-masing sudah harus meninggalkan pos tempat mereka bertugas. Ketika ketegangan politik dan militer ini melanda jazirah Arab, di perairan Libanon sibuk pula armada Amerika dan Uni Soviet. Hingga akhir pekan silam, tidak terlihat tanda-tanda campur tangan mereka, tapi Uni Soviet sudah dengan tegas menentang kemungkinan campur tangan Amerika maupun Perancis. Para peninjau cenderung melihat peranan besar Kremlin dalam memaksa Suriah menarik pasukan mereka yang membunuhi para gerilyawan Palestina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus