Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Antony Blinken Minta Israel Palestina Gencatan Senjata sebelum Joe Biden Lengser

Antony Blinken menyerukan gencatan senjata antara Israel Palestina menjelang berakhirnya masa jabatan Joe Biden.

7 Januari 2025 | 08.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Luar Negeri A.S. Antony Blinken. REUTERS/Kevin Mohatt

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mendorong dilakukan gencatan senjata oleh Israel Palestina dalam perang Gaza sebelum Presiden Joe Biden meninggalkan jabatannya. Pernyataan itu dia sampaikan setelah seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok itu telah menyorongkan daftar 34 sandera sebagai akan dibebaskan jika dicapai gencatan senjata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami sangat ingin menyelesaikan ini dalam dua minggu ke depan, waktu yang tersisa," kata Blinken ketika ditanya apakah kesepakatan gencatan senjata sudah dekat dalam konferensi pers di Korea Selatan pada Senin, 6 Januari 2025, dikutip dari Reuters.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Israel telah mengirim tim pejabat menengah ke Qatar untuk melakukan pembicaraan yang ditengahi oleh Qatar dan Mesir sebagai mediator. Beberapa laporan media Arab mengatakan David Barnea, kepala Mossad, yang telah memimpin negosiasi, diharapkan untuk bergabung dengan mereka. Kantor perdana menteri Israel enggan berkomentar.

Masih belum jelas seberapa dekat kedua belah pihak, dengan beberapa tanda pergerakan tetapi sedikit indikasi pergeseran dalam beberapa tuntutan utama yang sejauh ini telah menghalangi gencatan senjata selama lebih dari setahun. Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan ada "neraka yang harus dibayar" di Timur Tengah jika sandera yang ditahan Hamas tidak dibebaskan sebelum pelantikannya pada 20 Januari mendatang. Ucapan itu sekarang dipandang di wilayah tersebut sebagai batas waktu tidak resmi untuk kesepakatan gencatan senjata.

Menurut pejabat kesehatan Gaza, hampir 46 ribu warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza. Menurut penghitungan Israel, serangan itu dilancarkan setelah serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas dan menangkap lebih dari 250 sandera. 

Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan di Gaza. Hamas mengatakan tidak akan membebaskan mereka tanpa kesepakatan yang mengakhiri perang Gaza dengan penarikan pasukan Israel. Sedangkan Tel Aviv mengatakan tidak akan menghentikan serangannya sampai Hamas dibubarkan sebagai kekuatan militer dan pemerintahan dan semua sandera dibebaskan.

Sebelumnya, seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters kelompok tersebut telah menyetujui daftar yang diajukan oleh Israel yang berisi 34 sandera yang dapat dibebaskan pada tahap awal gencatan senjata. Daftar yang diberikan oleh pejabat tersebut mencakup tentara wanita, ditambah warga sipil lanjut usia, perempuan, dan anak di bawah umur.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan daftar tersebut telah diberikan oleh Israel kepada mediator Qatar sejak Juli 2024. Israel sejauh ini belum menerima konfirmasi atau komentar dari Hamas tentang apakah para sandera dalam daftar tersebut masih hidup.

"Israel akan terus bertindak tanpa henti untuk memulangkan semua sandera kami," ujar Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

Pasukan Israel, yang telah mengintensifkan operasi mereka dalam beberapa minggu terakhir, terus melakukan pemboman di seluruh kawasan tersebut. Kementerian Kesehatan Gaza menyebut serangan menewaskan sedikitnya 48 orang dan melukai 75 orang selama 24 jam terakhir. 

Cuaca musim dingin yang keras terus memakan korban ratusan ribu orang yang mengungsi ke tempat penampungan sementara. Para pejabat mengatakan seorang bayi berusia 35 hari meninggal karena kedinginan, setidaknya korban kedelapan dari cuaca dingin dalam dua minggu terakhir.

Para pejabat dari Rumah Sakit Al-Awda di Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah mengatakan serangan udara Israel di kompleks sekolah yang menampung keluarga-keluarga yang mengungsi telah melukai sedikitnya 40 orang.

Pada Senin pekan ini, polisi Israel mengatakan tiga roket ditembakkan dari Gaza, salah satunya mengenai sebuah gedung di kota Sderot di Israel tanpa menimbulkan korban. Sedangkan di Tepi Barat, Palestina, wilayah yang diduduki Israel, kekerasan juga meningkat sejak dimulainya perang Gaza. Kelompok bersenjata di Tepi Barat membunuh tiga warga Israel dan melukai beberapa lainnya ketika mereka melepaskan tembakan ke sebuah mobil dan bus di dekat pemukiman Israel di Kedumim.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus