Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SHAMSUL Iskandar cemas. Pada Senin pagi awal Januari lalu, Ketua Pemuda Partai Keadilan Rakyat Malaysia itu beberapa kali mengintip layar telepon selulernya. Ratusan tanya menderanya. Maklum, lelaki berperawakan gempal itu didaulat jadi komandan unjuk rasa ribuan simpatisan partai oposisi di kompleks Mahkamah Tinggi Malaysia. Hari itu hakim siap membacakan putusan bagi pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, yang dijerat tuduhan sodomi terhadap asistennya, Saiful Bukhari Azlan.
Tak lama berselang setelah Shamsul mengulang orasi dukungan pembebasan Anwar, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari dalam persidangan yang tertutup itu masuk ke kotak pesannya. Isinya memberitahukan bekas Wakil Perdana Menteri Malaysia yang sudah dua tahun terbelit kasus itu bebas dari segala tuduhan. Tanpa ba-bi-bu, lelaki yang juga berprofesi pengacara itu berteriak, "Anwar bebas!"
Sejumlah polisi yang berdiri berhadapan dengan para demonstran kala itu langsung mengernyitkan dahi. Mereka bertanya kepada Shamsul, yang spontan girang tak alang-kepalang, soal kebenaran pesan yang diterimanya. Shamsul hanya bisa mengangguk. Namun, tak dikira, beberapa polisi yang ada di barisan paling depan ikut lega. "Yes, baguslah," kata para polisi, seperti ditirukan Shamsul saat bertemu dengan Tempo pada Selasa pekan lalu.
Reaksi sang polisi yang simpatik terhadap Anwar mengagetkan Shamsul. Sebab, tak biasanya aparat pemerintah di negaranya itu satu hati dengan para oposan. Terlebih setelah unjuk rasa berdarah pada 9 Juli tahun lalu, saat pihak oposisi dan polisi terlibat bentrok dan 1.400 demonstran ditangkap.
"Vonis kali ini membawa angin yang berbeda," kata Shamsul. Memang benar, Anwar Ibrahim langsung merasakan perubahan setelah vonis bebas Ketua Majelis Pengadilan Tinggi Malaysia, Mohamad Zabidin Mohd Diah. Undangan ceramah di negara bagian Malaysia, selain Sabah dan Sarawak, langsung berdatangan. Oposisi Barisan Nasional di sana sepertinya ingin segera didatangi Anwar.
Pun berdasarkan data internal kubu oposisi, jumlah pendukung mereka bertambah, terlebih dukungan dari luar negeri. Itu membuat gairah lelaki yang juga pernah menjabat Menteri Keuangan Malaysia itu menggelegak, langsung berancang-ancang meraih sebanyak mungkin dukungan dari rakyat. "Ada lonjakan dukungan. Itu dari hasil penghitungan internal kami," katanya.
SOAL berancang-ancang, kubu oposisi tampaknya lebih siap. Bahkan, klaim Anwar, Pakatan Rakyat, nama kubu oposisi Malaysia, siap menang dalam pemilihan raya mendatang. Dalam empat tahun terakhir, konsolidasi di antara kubu oposisi menguat. Pertemuan resmi para petinggi oposisi yang terdiri atas Partai Keadilan Rakyat, Partai Islam Se-Malaysia (PAS), dan Partai Aksi Demokratis (DAP) sudah digelar 49 kali. Hasilnya, lahir sebuah buku yang berisi dasar-dasar kebijakan bersama yang dituangkan pada 19 Desember tahun lalu. Namanya Buku Jingga.
Dalam Buku Jingga, kubu oposisi menuangkan gagasan dan janji mereka yang akan dijalankan apabila bisa merebut kemenangan pada pemilihan raya di Malaysia, ke-13, yang paling lambat akan diselenggarakan pada Maret tahun depan, sesuai dengan habisnya masa kepemimpinan Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak.
"Ini merupakan hasil kerja bersama seluruh komponen oposisi. Tidak ada yang terlewat sedikit pun dan disetujui bulat," kata Anwar. Saat ini kelompok oposisi menguasai sepertiga kursi yang ada di parlemen Malaysia, 82 dari 222 kursi.
Ada delapan poin yang disepakati kubu oposisi dalam Buku Jingga, antara lain soal perlunya pembebasan institusi negara dari rongrongan politik, pemerataan pendapatan untuk kesejahteraan yang berkeadilan, kenaikan gaji pegawai, transparansi pemerintahan, pemerataan kesempatan pendidikan, perang terhadap korupsi, dan terakhir menjadikan Sabah dan Sarawak sebagai bagian yang terakui dari Malaysia.
"Kami yakin bisa gaet simpati dengan Buku Jingga ini," kata Anwar. Ide awal pembuatan buku ini karena oposisi sudah tidak lagi percaya dengan independensi media di Malaysia. Oposisi menilai media Malaysia tidak pernah obyektif dalam pemberitaan tentang dirinya. Buktinya, alih-alih memberitakan sesuatu yang positif mengenai Anwar saat divonis bebas, mereka malahan langsung menyerang Anwar pada hari berikutnya.
Media memang jadi pegangan pemerintah berkuasa Malaysia saat ini. Barisan Nasional—koalisi dari 13 partai politik yang dipimpin Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO)—tak jarang menggunakan media sebagai corong pemerintah untuk meraup simpati rakyat.
Pemerintah Malaysia pun menerapkan beleid pembatasan kebebasan berekspresi untuk membungkam media yang kritis. Sedikitnya, ada empat peraturan yang dinilai oposisi mengekang kebebasan pers dan memiliki konsekuensi bui bagi para pelanggarnya. Antara lain Akta Keselamatan Dalam Negeri, Akta Rahasia Resmi, Akta Hasutan, dan Akta Percetakan dan Penerbitan. "Kasus terakhir ada yang ditahan pada Desember lalu," kata Shamsul.
Dituding apa pun, pihak pemerintah Malaysia jalan terus. Pemerintah selalu siap meladeni setiap isu yang dikeluarkan pihak oposisi. Untuk mengimbangi segudang janji oposisi, melalui media Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak tak lelah mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dan tidak tertipu kelompok oposisi.
"Ketika mereka menjadi oposisi, alat mereka hanyalah membuat janji-janji," kata Ketua Barisan Nasional itu saat merayakan Imlek di Ipoh, Ahad pekan lalu, seperti yang dikutip surat kabar Utusan Malaysia.
Najib menjelaskan, ada dua poin penting yang akan dilakukan pemerintah untuk mendapatkan mandat penuh dari rakyat Malaysia, yakni kerja keras dengan strategi yang tepat dan menjalankan strategi itu atas nama persatuan di antara seluruh komponen partai politik. "Setelah itu, kami siap menghadapi semua tantangan dalam pemilihan raya," katanya.
Para pengamat menduga memang ada semacam kelelahan yang dialami 28 juta penduduk Malaysia terhadap pemerintahan UMNO yang sudah bercokol selama 55 tahun itu. Pengamat politik Malaysia dari Institute for Democracy and Economic Affairs, Wan Saiful Wan Jan, mengatakan gagasan dan janji yang diberikan oposisi tampaknya memang lebih menarik ketimbang janji pemerintah. Oposisi seolah-olah memberikan solusi untuk rakyat agar bisa berdaya dan lebih sejahtera. "Itu nilai positif yang bisa mendongkrak oposisi pada level tertentu dalam pemilihan raya nanti," katanya seperti dikutip kantor berita Reuters.
Ong Kian Ming, ilmuwan politik di Kuala Lumpur Ucsi University, memprediksi hal yang sama, yakni kemenangan tipis bagi oposisi dalam pemilihan mendatang. Namun kemenangan tipis itu tidak akan membuat kubu Anwar bisa leluasa membentuk pemerintahan baru. Apa sebabnya? Ong mengatakan akan ada upaya luar biasa dari UMNO untuk tidak menyerah kalah. Kekhawatiran yang timbul akibat akrobat politik saat ini, kata dia, "Bakal terjadi kerusuhan."
Suhu politik memang menghangat setelah Anwar bebas tak bersalah. Perang opini menguasai percaturan politik Malaysia. Sementara UMNO dengan Barisan Nasionalnya menguasai hampir seluruh opini media lokal Malaysia, kubu Anwar lebih memilih melanglang buana dan menyebarkan sikap politik mereka dari luar Malaysia.
Setelah Anwar bebas, tak terelakkan "kampanye" mulai lebih awal. Belum ada jadwal pasti pemilihan raya, tapi perlombaan untuk menjadi pemenang dalam pemilihan ke-13 sudah dimulai.
Sandy Indra Pratama
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo