Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Taliban berjanji akan menghormati hak-hak perempuan dan memastikan Afganistan aman.
Mereka berupaya meyakinkan dunia dan rakyat Afganistan bahwa mereka telah berubah.
Apakah Taliban telah berubah?
HANYA beberapa hari setelah mengambil alih Kabul pada pertengahan bulan ini, Taliban mengeluarkan pengumuman yang cukup mengejutkan. Melalui juru bicaranya, Zabihullah Mujahid, Taliban berjanji akan menghormati hak-hak perempuan, memaafkan penentang mereka, dan memastikan Afganistan aman. Mereka berupaya meyakinkan dunia dan rakyat Afganistan yang ketakutan bahwa mereka telah berubah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benarkah Taliban telah berubah? Benarkah Taliban 2021 ini bukanlah Taliban saat menguasai Afganistan selama 1996-2001 yang melarang anak perempuan bersekolah, menerapkan syariah Islam dengan kaku dan keras, membunuh musuh-musuh politiknya, menghancurkan patung Buddha, dan menekan kelompok minoritas?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Taliban bukanlah partai politik yang karenanya mudah berkompromi. Taliban adalah gerakan yang sejak awal dibentuk untuk menjalankan misi yang mereka yakini sampai ke tulang sumsum, yaitu menegakkan syariat Islam di Afganistan tanpa kompromi. DNA itu sudah ada sejak Mohammed Omar mendirikan sebuah kelompok milisi di kota kelahirannya, Kandahar, di selatan Afganistan, pada Agustus 1994. Secara tegas dia saat itu menyatakan bahwa tujuannya adalah menegakkan syariat Islam di Afganistan. Ia kecewa terhadap kelompok-kelompok mujahidin yang, setelah menggulingkan pemerintahan komunis pada 1992, terus-menerus berseteru dan tak kunjung memurnikan Islam.
Ia menamai kelompoknya Taliban, yang diserap ke bahasa Pashtun dari kata bahasa Arab “thalib”, yang berarti murid atau santri. Omar adalah mullah atau pemuka agama. Omar dikabarkan pernah belajar di Darul Uloom Haqqania di Pakistan yang merupakan salah satu penyebar ajaran Deobandi.
Pada hari pembentukannya itu, tak ada yang menyangka gerakan ini akan membesar. Dunia, termasuk intelijen Amerika Serikat dan Pakistan, saat itu lebih berfokus pada nama-nama besar mujahidin yang sedang berkelahi di Kabul, seperti Burhanuddin Rabbani (Jamiat-e-Islami), Gulbuddin Hekmatyar (Hezb-i Islami), Abdul Rasul Sayyaf (Ittehad-i Islami), Dostoum, atau Younis Khalis (Hezb-i Islami Khalis).
Saat membentuk Taliban, Omar hanya didampingi 50 santrinya. Namun hanya butuh beberapa bulan baginya untuk menghimpun 15 ribu santri dari kalangan pengungsi Afganistan di Pakistan. Omar juga berhasil merayu komandan mujahidin level menengah untuk bergabung dengan Taliban. Hampir semua pemimpin Taliban adalah bekas komandan di faksi mujahidin Hezb-i Islami Khalis, yang condong pada paham salafi.
Dari luar negeri mereka mendapatkan dukungan dari Pakistan dan Arab Saudi. Pakistan mendukung dengan harapan akan ada kelompok yang bisa mereka pegang karena faksi-faksi mujahidin lama sudah terlalu susah dipegang.
Ada dua faktor yang mendorong Arab Saudi mendukung Taliban. Pertama, mereka ingin meminimalkan peran kelompok-kelompok yang terpengaruh ideologi Al-Ikhwan Al-Muslimun, seperti Rabbani (yang menjadi presiden pertama setelah kejatuhan komunis) dan Hekmatyar, yang pernah menjadi perdana menteri. Al-Ikhwan yang berasal dari Mesir ini adalah ancaman serius bagi Kerajaan Saudi, baik secara gerakan maupun ideologi.
Faktor kedua adalah soal kedekatan ideologi. Deobandi yang dianut Taliban sebenarnya berbeda dengan wahabisme atau salafi model Arab Saudi. Deobandi berpaham Hanafi, bukan Maliki. Mereka juga punya sejarah dan ulama rujukan yang berbeda. Namun mereka memiliki kesamaan, yaitu memahami Islam secara tekstual dan kaku.
Saat Taliban berhasil merebut kekuasaan di Afganistan dua tahun kemudian, 1996, Saudi bersama Pakistan dan Uni Emirat Arab adalah tiga negara yang mengakui pemerintahan Taliban hingga 2001. Dukungan itulah yang membuat Taliban yakin untuk menjalankan Islam dengan sangat kaku dan tidak mempedulikan protes dari dunia internasional.
Kedekatan ideologis juga yang membuat Taliban menampung Usamah bin Ladin dan Al-Qaidah-nya serta membuat kamp pelatihan di sana. Keputusan itu membuat mereka harus berhadapan dengan serbuan militer Amerika Serikat pada 2001, setelah Al-Qaidah melakukan serangan 11 September. Pada Desember 2001, Aliansi Utara, yang didukung Amerika Serikat, berhasil menyingkirkan Taliban dari kekuasaan Afganistan.
Omar melarikan diri ke perbukitan di pedalaman Afganistan setelah dibonceng sepeda motor oleh Abdul Ghani Baradar, sahabatnya sejak masa remaja. Baradar berasal dari kata “brother”, yang merupakan panggilan Omar kepada Ghani. Ghani menyelundup ke Pakistan dan ditangkap di negeri itu pada 2010. Adapun Omar meninggal pada 2013 karena tuberkulosis.
Terpentalnya Taliban dari kekuasaan tidak membuat mereka musnah. Sejak 2009, Taliban mulai menguasai sejumlah daerah di selatan Afganistan. Mereka juga mulai menjalin persekutuan dengan para warlord yang geram terhadap perilaku korup para pejabat di Kabul.
Makin hari pengaruh Taliban makin besar, sedangkan pemerintah Afganistan, yang didukung Amerika Serikat, makin tersudut di Kabul. Karena itu, agak keliru jika ada yang menganggap Taliban datang tiba-tiba pada pertengahan 2021. Mereka sudah merencanakan hal ini lebih dari sepuluh tahun lalu. Kudeta pada Agustus ini hanyalah gong yang memanfaatkan kepergian pasukan Amerika Serikat.
Taliban kini dipimpin Baradar, sang brother itu. Ia dibebaskan oleh Pakistan pada 2018 atas permintaan Amerika Serikat. Utusan khusus Washington, Zalmay Khalilzad, mengatakan Amerika meminta pembebasan ini karena Baradar diharapkan membantu proses perdamaian. Meski mungkin alasan itu ada benarnya, tampaknya mustahil Amerika tak sadar bahwa pembebasan tokoh sekarismatik Baradar akan memperkuat Taliban dalam pengambilalihan kekuasaan. Ingat, pada 2018, Taliban sudah menguasai hampir 50 persen wilayah di Afganistan.
Pertanyaan yang lebih relevan adalah apa yang dibutuhkan Amerika dari Taliban? Mungkin ini ada kaitannya dengan kenaikan ISIS-K di kawasan itu. K di sini adalah kependekan dari Khorasan, wilayah yang meliputi Pakistan, Afganistan, Iran, dan sejumlah negara Asia Tengah.
Taliban dianggap mampu menandingi ekspansi ISIS-K yang mulai mengkhawatirkan. Selain karena memiliki kekuatan militer terbesar di Afganistan, Taliban adalah satu-satunya kelompok yang dipercaya oleh faksi-faksi di Afganistan untuk mengusung isu Islam. Artinya, Afganistan tidak perlu mengimpor ISIS dari negara-negara Arab karena mereka sudah punya Taliban. Dengan demikian, jualan khilafah Islamiyah ISIS diharapkan tidak laku.
Memilih antara ISIS-K dan Taliban memang seperti makan buah simalakama. Namun, bagi Pakistan dan Amerika Serikat, Taliban dianggap less evil karena dua hal. Pertama, berbeda dengan ISIS, Taliban tidak mengusung ideologi khilafah yang global. Mereka bahkan telah berjanji untuk tidak mengekspor ideologinya ke negara lain. Hal ini setidaknya juga mereka lakukan selama berkuasa pada 1996-2001.
Kedua, ada tanda-tanda Taliban di bawah Baradar lebih pragmatis setelah mereka kehilangan dukungan Saudi, yang belakangan ini ingin dikesankan lebih moderat. Taliban kemudian mengalihkan pandangan ke semua arah mata angin: Cina, Rusia, dan Amerika. Mereka membangun banyak jembatan karena tidak ingin terisolasi lagi seperti pada masa lalu.
Pragmatisme di tubuh Taliban inilah yang membuat banyak orang percaya akan janji Taliban untuk membuat pemerintahan yang lebih lunak. Tapi, kalaupun hal itu benar adanya, tak mudah bagi Taliban untuk melaksanakannya. Kekuatan Taliban tidaklah utuh. Kekuatan itu dihimpun dari dukungan banyak faksi dan warlord. Artinya, tidak ada komando absolut ke bawah.
Kalaupun benar mereka lebih kompromistis, Taliban tidak akan mampu untuk memaksa para milisi yang memiliki “otonomi” itu untuk melaksanakan kebijakan barunya ini. Apalagi pelanggaran hak asasi manusia, seperti perampasan hak-hak perempuan dan kelompok minoritas, tidak dimonopoli oleh Taliban. Pada banyak faksi dan milisi, pandangan serupa masih ada. Belum lagi para komandan menengah Taliban, yang tak peduli terhadap kesepakatan-kesepakatan politis para pemimpinnya.
Namun keraguan terbesar akan adanya Neo-Taliban sebenarnya ada pada diri Taliban sendiri. Pernyataan Zabihullah Mujahid dalam konferensi pers itu sangat bersayap. Ia tidak menjamin kebebasan perempuan, melainkan kebebasan perempuan dalam syariat Islam. Dan, kita tahu, penafsiran Taliban akan syariat itu seperti apa. Butuh beberapa bulan dan keadaan yang lebih stabil untuk bisa melihat apakah Taliban saat ini sudah berubah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo