Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Apa yang Dimaksud dengan 'Poros Perlawanan' Iran?

Jika Iran membalas pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran minggu lalu, sekutu regionalnya - yang dikenal sebagai "Poros Perlawanan" akan bangkit.

5 Agustus 2024 | 22.38 WIB

Warga Iran merayakan di jalan, setelah serangan IRGC terhadap Israel, di Teheran, Iran, 14 April 2024. Majid Asgaripour/WANA
Perbesar
Warga Iran merayakan di jalan, setelah serangan IRGC terhadap Israel, di Teheran, Iran, 14 April 2024. Majid Asgaripour/WANA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Jika Iran membalas pembunuhan sekutu dekatnya, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran minggu lalu, sekutu regionalnya - yang dikenal sebagai "Poros Perlawanan" terhadap Israel dan pengaruh Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah - kemungkinan besar akan ikut serta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dibangun atas dukungan Iran selama beberapa dekade, Poros ini tidak hanya mencakup Hamas, kelompok Islamis Palestina yang menyulut perang Gaza dengan menyerang Israel pada 7 Oktober lalu, namun juga gerakan Hizbullah di Lebanon, milisi Houthi di Yaman, dan berbagai kelompok bersenjata Syiah di Irak dan Suriah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hizbullah, Lebanon

Hizbullah, yang berarti "Partai Tuhan", didirikan oleh Garda Revolusi Iran pada 1982 dengan tujuan untuk memerangi pasukan Israel yang menginvasi Lebanon pada awal tahun itu.

Kelompok bersenjata lengkap ini, yang juga merupakan pemain berpengaruh dalam politik Lebanon, memiliki ideologi Islam Syiah Iran dan secara luas dianggap lebih kuat daripada negara Lebanon.

Hizbullah telah menjadi model bagi milisi-milisi lain yang didukung Iran di seluruh Timur Tengah, beberapa di antaranya telah digiatkan atau dilatih oleh Hizbullah. Amerika Serikat dan pemerintah lainnya termasuk negara-negara Arab Teluk yang bersekutu dengan AS memasukkan Hizbullah ke dalam daftar organisasi teroris.

Hizbullah telah melancarkan serangan hampir setiap hari terhadap target-target Israel di perbatasan Lebanon-Israel sejak awal Oktober, yang mendorong terjadinya baku tembak terberat di antara kedua belah pihak sejak perang berskala besar pada 2006.

Hizbullah mengatakan bahwa serangan-serangannya telah membantu meregangkan tentara Israel dan juga mengusir puluhan ribu warga Israel yang telah meninggalkan rumah-rumah mereka di dekat perbatasan. Serangan udara dan artileri Israel telah memaksa puluhan ribu warga Lebanon mengungsi.

Israel telah menewaskan sekitar 350 petempur Hizbullah termasuk beberapa komandan tertinggi di Lebanon sejak 7 Oktober, menurut penghitungan jumlah korban tewas yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut.

Israel membunuh komandan tertinggi Hizbullah, Fuad Shukr, dalam sebuah serangan udara di Beirut pada tanggal 30 Juli, dan mengatakan bahwa hal itu merupakan pembalasan atas serangan roket yang menewaskan 12 anak muda beberapa hari sebelumnya di sebuah desa Druze di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Hizbullah membantah terlibat dalam serangan roket tersebut.

Houthi di Yaman

Gerakan Houthi menguasai sebagian besar wilayah Yaman selama perang saudara yang dimulai pada 2014, ketika mereka merebut ibu kota Sanaa dan menggulingkan pemerintahan yang didukung oleh Arab Saudi, kekuatan Muslim Sunni terkemuka di Timur Tengah dan saingan utama Iran dalam memperebutkan pengaruh regional.

Houthi adalah bagian dari sekte Zaydi dari Islam Syiah dan telah lama memiliki hubungan persahabatan dengan Iran.

Perang Yaman membuat mereka berkonflik dengan Arab Saudi dan sekutu-sekutunya di Teluk, yang mewaspadai pengaruh Iran yang semakin meluas, mengintervensi perang pada 2015 untuk mendukung pemerintah yang digulingkan. Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir telah mendukung upaya-upaya diplomatik untuk mengakhiri perang, dan pada bulan September lalu menjadi tuan rumah bagi para perunding Houthi di Riyadh.

Houthi mengumumkan pada 31 Oktober bahwa mereka telah memasuki konflik Gaza dengan menembakkan pesawat tanpa awak dan rudal ke arah Israel.

Pada November, mereka memperluas peran mereka dengan menyerang pelayaran di Laut Merah bagian selatan, dengan mengatakan bahwa mereka mengincar kapal-kapal milik warga Israel atau yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan Israel - meskipun beberapa kapal yang menjadi target tidak memiliki hubungan dengan Israel.

Kampanye ini mendorong AS dan Inggris pada bulan Januari untuk melakukan serangan udara terhadap target-target Houthi di Yaman. Houthi menyatakan bahwa semua kapal AS dan Inggris serta kapal perang yang mengambil bagian dalam "agresi" akan menjadi target serangan mereka.

Serangan-serangan tersebut telah mengganggu perdagangan internasional pada rute pelayaran terpendek antara Eropa dan Asia, sehingga beberapa perusahaan pelayaran mengalihkan rute pelayaran mereka.

Sumber-sumber mengatakan kepada Reuters pada bulan Januari bahwa para komandan dari Garda Revolusi Iran dan Hizbullah berada di lapangan di Yaman untuk membantu mengarahkan dan mengawasi serangan-serangan Houthi terhadap pelayaran. Houthi membantah keterlibatan Hizbullah atau Iran, begitu pula Iran sendiri.

 

Perlawanan Islam di Irak

Kelompok-kelompok Syiah yang memiliki hubungan dengan Iran muncul sebagai pemain kuat di Irak setelah invasi pimpinan AS tahun 2003, dan mengembangkan milisi dengan puluhan ribu pejuang.

Sebuah kelompok payung faksi-faksi bersenjata Islam Syiah yang disebut Perlawanan Islam di Irak mulai menargetkan pasukan AS yang ditempatkan di Irak dan Suriah pada bulan Oktober lalu, dengan mengatakan bahwa mereka bertujuan untuk menanggapi serangan Israel terhadap Hamas di Gaza dan untuk melawan pasukan AS yang dikerahkan di Irak dan wilayah tersebut.

Serangan-serangan tersebut berhenti setelah serangan pesawat tak berawak menewaskan tiga tentara AS di Yordania pada 28 Januari, yang memicu serangan udara balasan AS terhadap target-target yang terkait dengan Iran di Suriah dan Irak.

Reuters melaporkan pada Februari bahwa kepala Pasukan Quds Iran meminta para milisi merunduk untuk menghindari serangan AS terhadap para komandan senior mereka, penghancuran infrastruktur utama atau bahkan pembalasan langsung terhadap Iran.

Pada 1 April, Perlawanan Islam di Irak mengaku bertanggung jawab atas serangan udara terhadap Eilat di Israel.

Kelompok-kelompok bersenjata Syiah yang bertempur sebagai bagian dari Hashd al-Shaabi (Pasukan Mobilisasi Populer) telah memainkan peran utama di Irak dalam memerangi kelompok ultra-garis keras Islamis Negara Islam (ISIS), yang menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah sejak 2013 hingga 2017.

Meskipun para anggota kelompok bersenjata Syiah ini menerima gaji dari negara dan secara teknis berada di bawah otoritas perdana menteri, mereka sering beroperasi di luar rantai komando militer Irak. Persenjataan mereka meliputi drone peledak, roket, dan rudal balistik.

Suriah

Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al Assad adalah bagian dari Poros Perlawanan, namun belum memainkan peran langsung dalam konflik saat ini.

Namun, wilayah Suriah telah menjadi arena eskalasi.

Hal ini termasuk serangan oleh milisi yang didukung Iran terhadap pasukan AS di timur dan serangan udara Israel di Suriah terhadap personel dan kepentingan Iran, di antaranya serangan pada 1 April terhadap kompleks kedutaan besar Iran di Damaskus.

Serangan Israel juga telah menewaskan anggota Hizbullah di Suriah, dan sesekali terjadi baku tembak antara Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dan Suriah barat daya.

REUTERS

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus