Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Yang Tersembunyi dalam 100 Hari Kabinet Prabowo

Edisi khusus 100 hari kabinet Prabowo menampilkan apa yang tersembunyi dalam pemerintahan. Jadi gambaran lima tahun ke depan.

2 Februari 2025 | 08.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sampul 100 Hari Kabinet Prabowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Sampul Tempo edisi khusus 100 hari kabinet Prabowo memakai tipografi untuk menonjolkan angka seratus hari.

  • Dibanding usulan gambar lain, sampul yang terpilih ini menggabungkan aspek gambar, tipografi, dan tokoh.

  • Seratus hari pemerintahan Prabowo mengandalkan bantuan sosial.

PRESIDEN Prabowo Subianto tidak secara resmi menetapkan target kinerja 100 hari kabinetnya. Ia tak seperti presiden-presiden sebelumnya yang menjadikan 100 hari sebagai tolok ukur kinerja di masa bulan madu pemerintahan baru. Durasi 100 hari pula yang biasanya menjadi acuan arah pemerintahan dalam lima tahun mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagaimanapun, 100 hari adalah masa yang krusial. Bagi pemerintahan baru yang dipimpin presiden baru, tiga bulan pertama menentukan bagaimana ia memimpin. Salah satunya dari penunjukan menteri. Jargon menutup kebocoran anggaran yang dipakai Prabowo membuat kita berharap ia akan menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengalamannya tinggal lama di luar negeri, bergaul dengan banyak tokoh internasional, serta menjadi pengusaha dan politikus membuat kita berharap terlalu tinggi kepada Prabowo. Ternyata Prabowo berpikir praktis saja. Ia menambah jumlah kementerian dan lembaga negara untuk mengakomodasi para pendukungnya dalam pemilihan presiden. Ia menunjuk keluarga dan teman serta orang-orang dekatnya untuk menempati posisi-posisi penting, tak peduli dengan latar belakang dan kompetensi mereka.

Akibat pembentukan kabinet besar itu, anggaran kementerian membengkak lebih dari 100 persen dibanding kebutuhan anggaran kementerian di era Joko Widodo. Dengan 48 menteri, 5 kepala badan, dan 55 wakil menteri, Kabinet Merah Putih setidaknya membutuhkan anggaran Rp 777 miliar setahun, menurut perhitungan Center of Economic and Law Studies (Celios). Di zaman Jokowi, yang hanya memiliki 34 kementerian, anggarannya Rp 388 miliar. Prabowo telah dengan sengaja membocorkan anggaran melalui kabinet besar.

Belum lagi soal militerisme dalam pemerintahannya. Semua proyek penting ia serahkan kepada tentara. Bahkan, untuk urusan pengambilalihan kawasan hutan yang menjadi perkebunan kelapa sawit, Prabowo menyerahkannya kepada Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Pertahanan yang merupakan teman sekelasnya di Akademi Militer.

Toh, dengan segala centang perenang itu, publik puas terhadap kinerja pemerintahan Prabowo. Mereka menyambut gembira program makan siang gratis dan pelbagai bantuan sosial di awal kepemimpinan Prabowo. Mereka tak melihat apa yang ada di balik dua program populis itu. Edisi khusus ini mengungkap apa yang tak terlihat di mata publik dalam pemerintahan Prabowo.

Seperti biasa, Kendra Paramita menyodorkan tiga gambar. Pertama, gambar Prabowo sedang duduk menggunting-gunting kertas membentuk angka 100. Gambar kedua, Prabowo sedang memainkan boneka tentara di depan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Gambar ketiga, angka 100 dengan wajah Prabowo dan Gibran di dua angka 0 yang ditopang oleh paket bantuan sosial.

Rancangan Sampul 100 Hari Kabinet Prabowo

Gambar ketiga pernah disodorkan Kendra beberapa hari sebelumnya untuk poster berkala premium harian yang juga mengangkat tema 100 hari. Tapi redaktur harian tak memilih gambar ini. Karena itu, saya memilih gambar ketiga sebagai calon sampul edisi khusus ini. Alasannya, selain angka 100 menonjol, gambar ini pas dengan tema 100 hari kerja pemerintahan Prabowo yang mengumbar program-program populis bantuan sosial.

Gambar pilihan ketiga ini juga berbeda dengan dua gambar lain. Kendra menempatkan angka 100 tak hanya sebagai pelengkap dan tipografi, tapi sekaligus gambar itu sendiri. Gambar ketiga ini menjadi tak bermakna apa-apa ketika angka 100 dihilangkan. Maka kesatuan angka, huruf, dan gambar serta wajah Prabowo dan Gibran saling melengkapi komposisi dalam sampul ini.

Agaknya para redaktur tak punya sanggahan dengan argumen ini. Mereka setuju dan memberikan jempol pada gambar ketiga Kendra. Jadilah sampul 100 hari kabinet Prabowo bergambar angka 100. Pemimpin Redaksi Setri Yasra kemudian membubuhkan taicing atau keterangan singkat di bawah judul.

Taicing adalah sebutan ringkas wartawan Tempo untuk eye-catching. Pada 1970-an, sewaktu Tempo baru berdiri, kantor majalah ini didatangi seorang koresponden majalah Time yang berperan sebagai semacam konsultan penerbitan majalah. Amir Daud memakai gaya Amerika dalam sistem keredaksian Tempo. Dari dia muncul penulisan inisial dalam memo internal. 

Amir Daud pula yang menganjurkan pencantuman kalimat setelah judul sebelum kalimat pembuka untuk memberikan panduan kepada pembaca tentang isi artikel. Ia menyebutnya eye-catching. Namun kalimat itu tidak memberikan penjelasan lengkap isi artikel, bukan pula kesimpulan. (Almarhum) Amarzan Loebis dengan tepat menyebutnya “kalimat berkabut”. 

Akibat tidak ada namanya, para desainer lupa dengan istilah Amir Daud itu. Hingga suatu kali S. Prinka, kepala desain Tempo yang suka humor dan canda, menemukan artikel tanpa kalimat pembuka setelah judul sebelum lead itu. Prinka pun bertanya kepada penulisnya, kira-kira, “Mana kalimat tai kucingnya?” Setelah itu, kalimat teaser dalam artikel di majalah Tempo disebut taicing, kependekan dari tai kucing.

Demikianlah awal mula Tempo dibangun. Budaya dan kebiasaan itu masih bertahan hingga hari ini. Karena itu, apa yang terjadi dalam 100 hari kabinet Prabowo mungkin menjadi gambaran pemerintahan lima tahun ke depan. Sebab, 100 hari adalah pijakan penting dalam sebuah pemerintahan. Prabowo menggeser oligarki, memperbesar peran tentara, mengingkari janji kampanye, melakukan pemborosan anggaran, mengerahkan keluarga untuk urusan penting negara, dan seterusnya. Selamat membaca. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Bagja Hidayat

Bagja Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Alumni IPB University dan Binus Business School. Mendapat penghargaan Jakarta Jurnalis Award dan Mochtar Loebis Award untuk beberapa liputan investigasi. Bukunya yang terbit pada 2014: #kelaSelasa: Jurnalisme, Media, dan Teknik Menulis Berita. Sejak 2023 menjabat wakil pemimpin redaksi

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus