PAWAI protes di beberapa kota di Amerika Serikat muncul di hari
minggu. Di Washington sendiri, sedikitnya 2 5 ribu orang
berpawai. Mereka memprotes kebijaksanaan politik luar negeri
Reagan terhadap El Salvador. Salah satu poster berbunyi:
"Kembalikn tentara El Salvador yang dilatih di AS." Sementara
itu, di El Salvador sendiri di hari yang sama, 28 Maret, sedang
berlangsung pemilu, diikuti oleh tujuh partai sayap kanan,
termasuk Partai Kristen Demokrat. Dikabarkan bahwa los muchachos
yaitu para gerilyawan sayap kiri, mencoba mengacau jalannya
pemilu. Bagian timur dari San Salvador (ibukota) telah berhasil
dikuasai para los muchachos sehingga rakyat tidak berani pergi
ke kouk pemilihan.
Bagi AS, situasi di El Salvador adalah masalah yang terkritis
dewasa ini. Serangan gerilyawan yang semakin gencar telah
mencemaskan pemerintahan Jose Napoleon Duarte Pembunuhan terjadi
setiap hari--kabarnya sekitar seribu di negara yang cuma
berpenduduk 4,9 juta --dan tidak jelas pihak mana (gerilyawan
atau pihak pemerintah) yang melakukannya. Pemerintahan Reagan
yang mendukung Duarte yang dianggap tokoh moderat ini cenderung
untuk membantu El Salvador semaksimum mungkin. Terutama bantuan
ekonomi. Tapi beberapa ahli tentang situasi Amerika Tengah telah
membuat ramalan bahwa AS akan kehilangan El Salvador, setelah
2,5 tahun kehilangan Nikaragua. Sebab meskipun bantuan ekonomi
ditingkatkan, tentara Duarte yang diperkirakan 14.000 orang itu
hanya tentara salon belaka. Mereka sudah kepayahan menjaga diri
melawan taktik serangan kaum los muchachos. Apakah akan berlaku
pula teori domino di Amerika Tengah ini?
Masalah yang paling mendasar untuk kawasan Amerika Tengah ini
bermula pada ketidak-adilannya masalah sosial dan ekonomi.
Kelas kaya yang biasanya mencari dukungan pihak militer,
berwatak oligarsi dengan segala kekuasaannya dan di pihak lain
kelas campesmos buruh tani dan kelas miskin yang harus berjuang
untuk hidup. Di tahun 70-an memang ada pembangunan dan
kehidupan kelas menengah semakin baik, tapi bersamaan dengan
itu muncul pula masalah pengangguran dan kota-kota besar
menjadi semakin rawan karena kriminalitas semakin bertambah.
Dalam keadaan ekonomi yang semakin melemah inilah, sasaran
subversi (dalam dan luar negeri) semakin merajalela. Pembunuhan
politik, penculikan, semakin menjadi terbiasa.
Situasi buruk tersebut tidak luput bagi Guatemala--negara
terdepan bagi AS yang juga mempunyai penduduk terbesar, 7,2 juta
-- akhir-akhir ini. Di akhir pemerintahan Jenderal Fernando
Romeo Lucas Garcia, Guatemala semakin kalut. Garcia menyetujui
pemilu yang diadakan 7 Maret lalu dan dia kalah. Muncul jenderal
yang lain, Angel Anibal Guevara meskipun dia tidak terpilih
secara mayoritas. Sedianya Guevara akan dilantik dalam Juli,
tapi 23 Maret lalu terjadi kudeta oleh para perwira muda.
Jenderal (Purn.) Rios Montt menjadi pimpinan junta militer.
Tidak jelas bagaimana nasib bekas Presiden Garcia dan Guevara,
tetapi kudeta militer terakhir ini adalah yang pertama setelah
19 tahun tidak pernah melanda negara ini. Ada kemungkinan Montt
didukung oleh ESA (Pasukan Rahasia Anti-Komunis), tetapi tokoh
yang mendapat dukungan Partai Kristen Demokrat ini tidak akan
bebas dari gangguan kaum gerilyawan kiri.
Seorang jurubicara dari gerilyawan yang berorientasi kepada
Marxisme telah mengecap Montt dan seluruh dewan junta sebagai
"boneka Washington". Sedangkan Menlu AS Haig memberi komentar
pendek saja tentang kudeta militer tersebut: "Kami mengamatinya,
tapi masih terlalu dini untuk memberikan komentar."
Sudah pasti bahwa kaum gerilyawan yang menenung junu Montt
didukung oleh kaum Sandinista yang kini berkuasa di Nikaraua.
Negara inilah yang betul-betul jadi duri tajam bagi pemerintahan
Reagan. Kaum Sandinisu yang berhasil menggulingkan pemerintahan
Somoza yang pro-A 2 « tahun yang lalu, menurut tuduhan AS
mengekspor revolusi yang kini merambat ke El Salvador.
Nicaragua dianggap biang keladi dari semua pergolakan yang
mungkin saja nantinya melanda juga Honduras. Meskipun Roberto
Suazo Cordova baru saja terpilih Desember lalu sebagai presiden,
dia dicap pro-AS. Dan kemelaratan adalah sasaran yang empuk
untuk membuat Honduras turut berguncang. "Sebaiknya AS membantu
dengan cepat Guatemala dan Honduras, sebelum terlambat,"
demikian Presiden Kosta Rika, Luis Alberto Monge Alvarez. ingga
kini, Kosta Rika masih diariggap aman, sebab kaum Sandinista
tampaknya mempunyai konsentrasi ke utara yaitu El Salvador,
Guatemala dan Honduras.
Bagaimana ber"bahaya" nya Nikaragua bagi prestise AS dibuktikan
dengan keluarnya buku putih tentang Nikaragua dan betapa
luasnya jaringan Soviet di negara ini. Buku tersebut juga
dibubuhi dengan foto udara yang dibuat CIA (Agen Intelijen AS)
tentang pusat latihan pasukan artileri, meriam antitank 57 mm,
meriam antipesawat udara bikinan Soviet dan truk-truk Jerman
Timur. Foto udara yang jumlahnya 37 buah itu juga menunjukkan
tank-tank Rusia jenis T-55 yang meskipun tidak baru, masih
dianggap ampuh. Pasukan Sandinista yang semula diperkirakan
berjumlah 5.000 orang, kini bertambah menjadi 70.000, termasuk
yang sudah masuk militer penuh, para milisia dan tentara
cadangan.
Adapun orang-orang Kuba dan Soviet di Nikaragua, menjadikan
kawasan Amerika Tengah semakin panas. Konfrontasi yang tidak
langsung antara AS dan Soviet/Kuba semakin mantap di kawasan
ini.
Di Nikaragua sendiri, pertengahan bulan Maret telah diumumkan
keadaan darurat untuk waktu satu bulan. Hal ini karena adanya
pertempuran di perbatasan Honduras-Nikaragua. Yang terakhir
telah menuduh pemerintahan Reagan mendalangi serangan yang telah
meruntuhkan dua jembatan di dekat perbatasan. Daniel Ortega
Saavedra sebagai pimpinan Sandinista secara jelas menuding
Washingon yang memang sengaja membuat kacau Nicaragua. Bahkan
harian Washington Post minggu lalu menulis bahwa Reagan memang
mengetahui rencana memutuskan Jalur komunlkasi Ini, agar bantuan
senjata untuk El Salvador terputus. Pemerintahan Suazo Cordova
dari Honduras juga telah menuduh Nikaragua menyelundupkan 40
orang mata-mata yang te,ah mendapat latihan diKuba.
Bagi AS, Nikaragua betul-betul biang keladi. Kaum Sandinista
yang mempunyai aliran Sosialis Internasional ini, nyatanya tidak
berdiri sendirian. Bebcrapa negara Eropa yang mempunyai aliran
ini mulai menyatakan tidak senang dengan sikap AS terhadap
Nicaragua Presiden Prancis Mitterand, misalnya, sampai datang ke
Washington untuk membicarakan hal ini. Jerman Barat juga
bersikap tidak senang terhadap berbagai gempuran AS lewat
beberapa negara Amerika Tengah terhadap Nikaragua. Mitterand
yang berkunjung di mhlggu pertama Maret lalu cumaberkata: "Kami
dalam hal ini berbeda analisa." Sedangkan Menlu Meksiko, Jorge
Castaneda telah pergi ke Managua (ibukota Nicaragua) dengan
pesan negosiasi dari Washington. Dan Menlu Nikaragua Miguel
d'Escoto cuma berkata: "sulitnya, AS ini bermuka dua. Dia
mengatakan negosiasi, tetapi di lain pihak mengadakan intervensi
dan serangan-serangan. "
Minggu lalu, Nlkaragua melancarkan protesnya terhadap AS lewat
Dewan Keamanan PBB. Protes itu ditambah pula dengan pengakuan
pimpinan Sandinista, Ortega, bahwa pemerintahannya.yang memang
condong ke Kuba itu mendukung kaum gerilyawan kiri di El
Salvador. "Tapi kami bersedia mengadakan negosiasi dengan AS,"
demikian Ortega. Tempat perundingan mungkin di Meksiko, negara
yang dianggap. tidak berpihak ke AS ataupun blok kiri.
Perundingan diduga akan dimulai minggu depan.
Dari Washington, Haig berpendapat: "Sudah pasti kami mau
berunding. Tapi sebaiknya diajak juga si tukang gara-gara, Kuba
dan Soviet."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini