TEPI Barat kembali panas dan berdarah. Dari kota Jenin di utara
sampai Hebron di selatan, gelombang demonstrasi mengamuk kian ke
mari. Remaja dan pemuda Arab Palestina melempari tentara Israel
dengan batu dan botol berisi bensin. Ban-ban sengaja dibakar,
dijadkan barikade di jalan-jalan. Pemogokan serentak telah
melumpuhkan kegiatan ekonomi di wilayah berpenduduk 1,2 juta
itu. Beberapa pedagang ditahan tentara Israel karena mereka
tidak mau membuka toko. Tembak-menembak tak dapat dihindari.
Pada hari pertama jatuh korban seorang pemuda Palestina usia 17
tahun. Jumlah korban meningkat jadi 6 dalam 6 hari kerusuhan
sampai pekan lalu yang kemudian menjalar ke Jalur Gaza. Di sini,
seorang tentara Israel tewas, 3 lainnya luka-luka, ketika'sebuah
granat meledak di atas kendaraan mereka.
Huru-hara itu berkobar setelah pemecatan Ibrahim Tawil, satu
dari 23 walikota berkebangsaan Arab di kawasan Tepi Barat yang
sejak perang '67 merupakan daerah pendudukan Israel. Tawil, yang
mencita-citakan negara Palestina merdeka, dituduh tidak mau
bekerjasama dengan pemerintah sipil yang menggantikan
pemerintahan militer Israel di sana. Limapuluh tentara Israel
menyerbu El-Bireh, lantas menyerahkan surat pemecatan yang
disambut Tawil dengan kata-kata, "Terimakasih banyak". Tawil
diperintahkan segera meninggalkan kantornya dan ia digantikan
oleh seorang Letkol berkebangsaan Israel.
Lebih Galak
Pekan silam, walikota Nablus Bassam Shaka dan walikota Ramallah
Karim Khalaf, dipecat pula dengan tuduhan lebih berat. Khalaf
dituding membina hubungan dengan pihak PLO, sedan Shaka
dinyatakan mempersiapkan Nablus sebagai pusat kaum nasionalis
Palestina. Kedua walikota yang paling militan dan paling
berpengaruh di Tepi Barat itu tentu saja menolak tuduhan Israel.
Sebaliknya mereka menuduh bahwa pemecatan hanya awal dari usaha
Israel untuk menggeser semua walikota berkebangsaan Arab dari
wilayah rawan tersebut.
Shaka dan Khalaf, yang sejak 2 tahun lalu pincang karena ledakan
bom mobil "diambil" dari rumah mereka pukul 6.30 pagi. Keduanya
dibawa ke markas besar militer hanya untuk mendengarkan bunyi
surat pemecatan atas diri mereka.
Sesudah rangkaian pemecatan itu, kota-kota Nablus dan Ramallah
terutama dipatroli ketat oleh satuan-satuan militer Israel.
Kendaraan angkutan personil yang dipersenjatai senapan mesin
kaliber 30 dipasang di tempat-tempat strategis. Pasukan payung
yang memperkuat penjagaan dibantu para penembak tepat yang
bertengger di atap-atap rumah. Jam malam segera diberlakukan di
Ramallah. Menteri Pertahanan Israel Ariel Sharon bahkan
melakukan pemeriksaan di Ramallah dan El Bireh. Tak pelak lagi
semua tindak kekerasan Israel itulah yang telah membangkitkan
amarah rakyat Palestina dan menyulut huru-hara.
Kerusuhan tersebut oleh sebuah sumber resmi dinilai paling
serius, sejak kerusuhan tahun '76, tatkala orang-orang Palestina
bentrok dengan petugas keamanan Israel di beberapa kota kawasan
Tepi Barat. Partai Buruh (oposisi), yang belum lama ini
melancarkan mosi tidak percaya terhadap Begin di Knesset
(sehubungan soal Sinai), telah memprotes pemerintah sipil Israel
yang diperkenalkan secara "paksa" di sana. Dalam sebuah
pernyataannya, Partai Buruh menilai "gerakan tentara di Tepi
Barat merupakan tindakan yang terburu-buru." Mereka kemudian
menghimbau pemerintahan Begin agar mencegah "memburuknya situasi
yang bisa menutup kesempatan untuk dialog."
Kecaman terhadap Israel yang paling keras datang dari kelompok
Arab. Parlemen Kuwait bahkan menyerukan agar negara-negara Arab
yang berbatasan dengan Israel membuka wilayah masing-masing
untuk gerilyawan Palestina agar dapat menyeberang ke sana. Badan
ini juga menekankan bahwa yang diperlukan Palestina adalah uang
dan senjata. Sebuah komunike resmi di Turki mencemaskan situasi
memburuk akibat tindakan bermusuhan Israel terhadap rakyat Arab.
Dubes Suriah untuk PBB Dia Allah El Fattal mengulangi seruan
agar mengusir Israel dari PBB. Dan wakil Liga Arab di lembaga
internasional itu berseru kepada AS agar mengutuk penindasan
Israel di Tepi Barat Sungai Yordan.
Lebih keras suaranya adalah Peninjau PLO di PBB, Zehdi Labib
Terzi, yang menyatakan supaya Dewan Keamanan PBB mengambil
tindakan cepat. Terzi menuduh pula tindakan kekerasan Israel
didukung oleh AS. Sementara itu Dubes Israel-Yehuda belum
menuduh PLO melancarkan kampanye maut dan teror unruk membungkam
pemimpin Arab yang menghendaki perdamaian dengan Israel.
Apakah memang damai yang dicari Israel di Tepi Barat? Ada banyak
jawaban untuk pertanyaan ini. Yang pasti itikad baik Israel di
kawasan itu diragukan. Sebelum pengembalian Jazirah Sinai 25
April nanti, kepada Mesir, Israel melakukan pencaplokan Golan,
dan sekarang merajah-rajah. Tepi Barat. Diduga PM Begin
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menggiring orang
Palestina yang tidak betah keluar dari wilayah itu, lalu
menawarkan beberapa hak istimewa bagi yang ingin tinggal, dan
memperlakukan yang lain sebagai warganegara kelas dua. Itulah
kira-kira masa depan Tepi Barat yang direncanakan Israel. Secara
kongkrit ini berarti pencaplokan wilayah itu oleh Israel.
Sesudah pencaplokan Golan, yang diamankan oleh veto AS di DK
PBB, Israel nampak menjadi lebih galak dan merasa lebih berhak
untuk melakukan apa saja meski persetujuan Camp ravid ada tegas
menyebutkan tentang pembentukan daerah otonomi bagi Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini