Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Silir pun ikut terguncang

Suasana kampanye pemilu di daerah, ada beberapa daerah yang mengalami ketegangan. tapi umumnya dapat diatasi. di yogya dan solo terjadi insiden. (nas)

3 April 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA kampanye pemilu di daerah, walau sempat sedikit hangat setelah peristiwa Lapangan santeng, Jakarta, masih kelihatan tenang. Ada beberapa daerah yang mengalami ketegangan, tapi pada umumnya bisa diatasi dan keadaan menjadi tenang kembali. Jawa Timur, yang dalam Pemilu 1971 dan 1977 terkenal unggul dalam soal jumlah "pelaggaran", kali ini suasananya justru berbalik. Gubernur Soenandar Prijosoedarmo giat berkeliling daerah dan menganjurkan agar peserta pemilu melakukan "kampanye rukun". Bahkan dalam pertemuan konsultasi antara pimpinan partai politik-Golkar dan Gubernur Jumat pekan lalu, semua pihak merasa lega karena tidak menemui hambatan dalam berkampanye. Di Bandung, kampanye juga terjadi tanpa keributan. Hari Minggu lalu, sekitar 30 ribu massa PDI berkeliling kota dengan mengarak dua banterg kertas bersama gambar Bung Karno. Pawai kendaraan bermotor yang dipimpin Ketua DPD PDI Ja-Bar Dudy Singadilaga itu sempat mengundang petugas keamanan menjadi tegang. Menjelang pawai berakhir, massa PDI berpapasan dengan massa PPP yang akan mengadakan kampanye di Lapangan Lodaya, cuma 100 meter dari kantor pusat PDI. Tapi ketegangan segera berubah menjadi senyum. Massa PDI dan PPP justru saling menyapa dan bersalaman serta saling meneriakkan "Hidup PDI" dan "Hidup Ka'bah". "Kami rukun dan akur dengan siapa saja," kata Ny. C. Sitompul dari DPD PDI. Di Sumatera Utara juga belum kelihatan ada ganjalan selama kampanye. Cuma ada pemandangan menarik di kawasan Pulu Brayan, Medan, 19 Maret lalu. Di sejumlah pohon di pinggir jalan tertempel kertas putih berukuran folio berdampingan dengan tanda gambar peserta pemilu lainnya. Ada yang menganggap itu tanda gambar golput (golongan putih). "Yang menempelkan adalah tangan iseng saja," bantah Dantabes Medan, Kol. Pol. Soehadi. Jumlahnya tidak lebih dari 20 helai. Suasana yang agak hangat pernah terjadi di Ujungpandang 22 Maret lalu. Sejumlah massa PPP yang berkampanye di Lapangan Karebosi yang melewati kantor DPD 11 Golkar Ujungpandang di Jalan Lasin Rang, "tertarik" dengan massa Golkar yang lagi membagi-bagi kaus. Entah pihak mana yang memulai, nyatanya kemudian terjadi pelemparan batu. Akibatnya, kaca kantor itu pecah dan sejumlah orang yang bergerombol di sana kena sambitan. Untung petugas keamanan segera melerai. Malam itu Ujungpandang tenang kembali. Tapi ketenangan Kota Sala pertengahan minggu lalu sedikit terguncang. Peristiwa bermula dari saling mengejek antara kelompok pemuda PDI dan AMPI ketika keduanya berpapasan menjelang kampanye 25 Maret pagi. Ketika itu tidak terjadi apa-apa. Tapi umat dinihari, sekitar pukul 02.30, empat buah truk berisi anggota AMPI dilaporkan mendatangi Suatu tempat yang diduga menjadi pusat pemuda PDI berkumpul Sepuluh pemuda yang baru saja pulang menghadiri perhelatan menjadi sasaran. Seorang di antaranya kena tusuk namun yang lainnya bisa menyelamatkan diri. "Saya berusaha lari. Sesampai di rumah, baru sadar, perut saya kena tusuk," kata Supardi Penyol, buruh batik yan berbadan kekar itu kepada TEMPO. "Rekasane dadi wong cilik, melu-melu dadi tatu (Susahnya menjadi orang kecil, ikut-ikutan terluka)," keluh Supardi. Pagi harinya, ia baru dibawa ke rumah sakit. Tapi kabar angin yang cepat tersebar berbeda. Supardi Penyol, si pemuda PDI dikabarkan mati ditusuk AMPI. Bahkan diisukan juga, yang menusuk namanya Usi. Pagi harinya, sekitar 3 ribu pemuda PDI dengan 12 truk--lengkap dengan senjata tajam dan pentungan--mendatangi Kores 951 Sala, dipimpin oleh pimpinan DPC Sala Subekti dan Juslam Badres. Mereka menuntut agar Usi ditindak. Kalau polisi tidak bisa memenuhi permintaan itu, pemuda PDI akan mengambil tindakan sendiri. "Begitulah permintaan mereka," kata Danres Letkol. A.A. Sugiyo pada TEMPO. Selesai berunding dua jam, sekitar 3 ribu pemuda PDI itu menuju kompleks wanita tuna susila (WTS) Silir. Tujuannya rumah Usi--yang juga dipakai sebagai asrama WTS--di sana. Puluhan AMPI bersenjata bambu runcing yang menjaga rumah itu kewalahan membendung serbuan. Sore itu, rumah Usi berikut harta miliknya antara lain sebuah truk, mobil Cok dn sepeda motor dirusak. Keadaan seger bisa diatasi setelah petugss keamanan turun. Malam itu, kompleks WTS Silir sepi. Sebagian besar penghuninya bahkan memutuskan untuk pulang kampung dan berlibur selama musim kampanye. Yang membuat petugas keamanan di Sala was: Usi, konon keturunan Cina. Daerah pertokoan dijaga ketat. Agaknya kewaspadaan ditingkatkan untuk mencegah terulangnya kerusuhan rasial seperti pada November 1980. Sehari setelah itu suasana sudah tenang kembali. Dalam perundingan dengan pemerintah setempat, Golkar bersedia menyerahkan oknum AMPI yang menjadi penyebab keributan itu. PDI Juga mau menyerahkan oknum yang merusak dn membkar rumah Usi. "Artinya polisi cuma mengusut pelaku, bukan mengusut PDI," kata Letkol Sugiyo. Kucing-kucingan Pcrcikan api insiden juga terjadi di Yogyakarta. Namun Senin lalu, keamanan kota kelihatan sudah pulih. Namun di jalanan, titak terlihat pernuda berjaket AMPI atau lamka (Himpunan Angkatan Muda Ka'bah). Bahkan tanda gambar Golkar tampak berkurang. Ini agaknya ekor peristiwa kerusuhan Sabtu malam yang mengakibatkan jatuhnya korban, Sahida, 35 tahun, pemuda PPP. Tanggal 27 Maret sore itu, PPP mengadakan kampanye di Kota Gede, sebelah tenggara Kota Gudeg. Di tengah kemeriahan pawai yang dijaga ketat petugas keamanan, sekelompok perusuh melempari peserta pawai. Dan lemparan-lemparan itu lalu berubah menjadi bentrokan. Untung petugas keamanan berhasil segera menyetopnya. Malam harinya, sekelompok pemuda menyerbu markas PPP di Kou Gede. Seorang pemuda Hamka kena sabet pedang dan sebuah sepeda motor dibawa kabur. Kerusuhan berikutnya terjadi di kantor PPP Badran. Sekitar 20 orang dengan dua Col mendatangi kantor yang hanya ditunggu lima orang--termasuk seorang wanita yang kebetulan bertamu. Dua orang sempat melarikan diri, seorang selamat dengan bersembunyi di dalam drum, tapi Suhida kabarnya naas jadi korban bacokan. Serbuan tidak lebih dari tiga menit. "Seperti gerakan pembebasan sandera Entebbe," kata Saiful Mujab, Ketua DPC PPP kepada TEMPO. Siapa penyerang itu?"Kami tidak ingin menuduh," katanya. Minggu pagi, PPP kampanye lagi di Lapangan Minggiran, sebelah selatan Kota Yogyakarta. Selesai kampanye yang berlangsung agak panas, massa melayat Suhida, yang dikenal sebagai aktivis Angkatan 66, seniman, dan pembuat poster. Sepulang dari melayat, terjadi juga beberapa pengrusakan oleh massa. Petugas keamanan baru berhasil mQenangkan kembali seluruh kota Minggu malam. Untuk mengamankan kampanye selanjutnya, setelah pertemuan dengan ketiga kontestan, Walikota Soegiharto meminta agar kampanye dengan mengerahkan massa dikrangi. Pawai dengan kendaraan bermotor dibatasi dan pemakaian pakaian dan atribut hanya pada waktu kampanye. Walikota juga tidak membolehkan "drop-dropan massa dari luar kota" untuk kampanye di Kota Gudeg. Soal ikrar dan penyesalan ketiga kontestan, Walikota meminta agar mereka membuktikan di lapangan. Selama dua hari, Senin dan Selasa, kampanye juga dihentikan. Pihak keamanan belum mengumumkan berapa orang yang diciduk sehubungan dengan kerusuhan itu. Pimpinan Golkar Yogyakarta memastikan, yang menyerang kantor PPP bukan anggota AMPI. "Anak AMPI sudah diinstruksikan untuk tidak terpancing," kata sumber tersebut kepada TEMPO. Bahkan Golkar mengirim protes karena tanda gambarnya dirusak. PPP juga bertindak sama: melancarkan protes atas penyerbuan. Namun pihak PPP tidak memastikan bahwa yang merusak tanda gambar adalah massanya. "Kucing-kucingan semacam ini bisa tuntas jika aparat keamanan berhasil membekuk siapa pelaku penyerangan maupun pengrusakan tanda gambar, " kata Saiful Mujab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus