Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Arafat, Ditengah-Tengah

Posisi PLO dan Yasser Arafat diantara negara-negara Arab yang pro dan kontra terhadap usul damai pangeran Fahd. Perjuangan orang Palestina masih membutuhkan Arafat. (ln)

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JIKA ada pihak yang paling terpukul oleh kegagalan di Fez mungkin dialah Yasser Arafat. Ketua PLO yang selalu mengenakan afyeh dan berbaju militer yang rapi ini -- tapi dengan jenggot dan cambang yang tak teratur--memang bukan juru damai. Tapi juga bukan juru tempur. Dibandingkan dengan tokoh PLO lain dia termasuk tengah-tengah. Mungkin karena itulah dia lebih bisa dengan mudah mendukung rencana damai Pangeran Fahd--dan ikut menanggung akibat kegagalannya. Sementara para pemimpin Arab lain bersiap-siap berangkat ke Fez, Maroko, Arafat nampak terbang dari ibukota Arab yang satu ke ibukota yang lain. Dia mungkin tak mencoba mencari dukungan tambahan buat rencana Fahd. Dia mungkin mencoba mengukuhkan dukungan bagi posisinya sendiri. Tapi toh jelas: berbeda dengan para pemimpin gerilya Palestina lainnya, yang merupakan saingannya, Arafat paling sedikit tak memusuhi rencana Fahd. Rencana Fahd memang mengandung kesediaan menFakui Israel sebagai kenyataan yang permanen di Timur Tengah, tapi rencana itu juga menuntut agar semua tanah yang direbut Israel sejak 1967 dikembalikan. Sebuah negara Palestina juga dikehendaki, dengan ibukota Jerussalem Timur. Dengan kata lain, ada alasan yang cukup bagi Arafat untuk tertarik kepada rencana Fahd. Sebuah sumber bahkan menyebutkan, bahwa Arafat ikut merancang rencana Fahd itu. Apalagi PLO, dan kelompoknya sendiri, dapat bantuan besar dari Arab Saudi. Tapi dia tak segera menyangka, bahwa tentangan terhadap rencana itu akan begitu hebat dari negeri Arab lain-dan dari sejumlah tokoh gerilyawan Palestina sendiri. Dia kemudian mencoba membujuk Presiden Suriah Assad untuk ikut menyetujuinya. Ketika hal ini gagal, dan perlawanan terhadap rencana Fahd mengeras, Arafat berusaha mengelakelak. Wawancara tentang rencana Fahd pun mulai ditambahi dengan koreksi, sanggahan dan "penjelasan". Pujiannya bagi rencana itu mulai terbatas: ia menyebutnya sebagai "suatu basis yang baik bagi perundingan". Di depan para mahasiswa di Beirut pertengahan November yang lalu ia malah mengatakan, bahwa rencana Fahd tak menyebut-nyebut tentang PLO. Dia tambahkan lagi perlunya peranan Uni Soviet di perundingan internasional tentang Timur Tengah. Sikap mulai mengambil jarak dari Ryadh ini toh tak menyelamatkannya dari permusuhan mereka yang lebih radikal. Di Teheran, ketika Ayatullah Khomeini dan para mullah mengadakan demonstrasi menentang rencana Fahd, salah satu teriakan ialah, "Mampuslah Arafat! Mampuslah Fahd!" Antara Iran dan Arab Saudi memang sedang tak ada persahabatan sama sekali, baik karena perang Iran-Irak (dan Saudi memihak Irak) maupun karena tingkah laku jamaah haji Iran yang menyebar-nyebarkan pamflet dan slogan revolusi di Tanah Suci. Maka meskipun Arafat pernah disambut di Teheran di hari-hari pertama kemenangan revolusi -- dan nampak mencium pipi Khomeini --kini potretnya bukanlah potret seorang kawan seperjuangan. Hubungan Arafat dengan Suriah mungkin juga rusak. Tapi mungkin tak seburuk hubungannya dengan Muammar Qaddafy dari Libya. Bagaimana pun juga, Suriah--seperti halnya Arafat -- membutuhkan baik bantuan Arab Saudi dan Uni Soviet. Kecuali jika hubungan antara Saudi dengan Suriah memburuk setelah Fez, Arafat masih punya harapan untuk tak terjepit. Yang masih jadi pertanyaan, tenN saja, sejauh mana Arafat akan efektif dalam PLO. Beberapa tokoh gerilyawan Palestina yang lain kini mungkin mengetawakannya melihat apa yang terjadi di Fez. Abu Nidal, misalnya, sudah terkenal kebenciannya kepada Arafat--dan bermaksud membunuhnya. Perkembangan yang dramatis ialah bila Arafat benar suatu ketika harus tersingkir--dengan peluru atau tidak. Perjuangan orang Palestina, betapapun juga, nampaknya masih membutuhkan dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus