Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gaya mubarak yang antikorupsi

Presiden mesir husni mubarak berniat membasmi korupsi tingkat atas dan akan menegakkan disiplin yang tegas. politik "pintu terbuka" akan diteruskannya.

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"TAK ada yang akan berubah." Hosni Mubarak berkata demikian sesudah Presiden Anwar Sadat yang terbunuh itu dimakamkan. Israel gembira karena perjanjian Camp David tetap dipertahankan Mesir. Dunia Ketiga pun senang karena Mesir masih menyatakan setia pada politik non-blok. Kini, hampir dua bulan kemudian, Presiden Mubarak pun ternyata bersikap tegas seperti pendahulunya menghadapi kaum ekstrim Islam. Sekitar 2.000 orang yang dianggap Islam fundamentalis itu masih ditahan, dan beberapa yang dituduh terlibat membunuh Sadat mulai diadili pekan lalu. Tapi gerakan ekstrim tadi ternyata bukan lagi ancaman terhadap kestabilan nasional Mesir. Tidak ada kerusuhan baru. Adalah keadaan ekonomi yang sebenarnya yang kini makin mengancam Mesir. Di zaman Sadat, Mesir telah melancarkan politik pintu terbuka (al infitah) yang bertujuan menggalakkan investasi modal. Banyak hambatan atas perdagangan dan lalu-lintas keuangan telah ditiadakan sejak 1974. Kemajuannya, walaupun ada, belum dapat memenuhi harapan yang kian meningkat. "Pintu terbuka" itu bahkan membuat perbedaan yang kaya dan yang mis!in makin menyolok. Hotel-hotel mentereng muncul. Mercedes dan mobil mewah lainnya meramaikan jalan di Kairo. Perusahaan minuman botol seperti Coca-Cola pun tiba. Dan gaya hidup tinggi menjadi tontonan rakyat jelata yang sukar memperoleh pekerjaan. Hing ga al inftah dianggap mengecewakan. Perjanjian (Camp David) tahun 1979 semula diduga akan mendatangkan banyak bisnis. Ternyata perdamaian dengan Israel belum bisa segera membawa kemakmuran bagi rakyat. Birokrasi di Kairo menjengkelkan calon investor asing. Hubunan telepon tak pula lancar. Keadaan angkutan umum tak membantu. Dan penyakit korupsi di instansi resmi lebih tak mendorong investasi. Mubarak sendiri dikenal hidup sederhana, bersih, tak korup. Berbicara di parlemen (8 November), diamengatakan niat membasmi korupsi tingkat atas. Suaranya terdengar keras, sementara kamera televisi tertuju ke barisan menteri dan pejabat tinggi lainnya di depan. Mubarak menyatakan dia akan berusaha mengubah praktek tak baik dalam aparat pemerintah. adi akan ada perubahan. Dia tampaknya akan menegakkan disiplin. "Di Mesir, tempat bicara lebih banyak ketimbang kerja, datangnya Mubarak memimpin negara sungguh membesarkan hati," kata Hermann F. Eilts, bekas dubes AS di Kairo. "Dia punya pikiran dan sikap seorang inspektur jenderal sungguhan." Politik "pintu terbuka" akan diteruskannya. "Kami bergantung sekali pada teknologi anda, dan kami membutuhkan investasi anda," kata Mubarak pada rombongan pengusaha Amerika yang datang berkunjung. Sebelum perjanjian Camp David, Mesir masih bisa mengharapkan banyak modal dan dana Arab. Terutama dari Arab Saudi. Kini Mesir terpencil di dunia Arab. Banyak pekerja Mesir suka pergi kerja ke Saudi, tapi mereka tak bisa lagi memperoleh visa sejak Camp David. Dari kaum pekerja di rantau itu Mesir dulu tak sedikit mendapat kiriman uang. Dengan penduduknya yang tiap tahun bertambah sekitar 3%, Mesir sungguh berabe dalam hal kesempatan kerja. Penduduk Mesir yang kini 44 juta ditaksir mencapai 70 juta pada tahun 2000. Dalam suatu pidatonya, Mubarak mengingatkan bahwa kemerosotan ekonomi seperti sekarang mengancam eksistensi Mesir. Neraca pembayarannya mengalami defisit dengan jatuhnya pendapatan dari sektor minyak. Ketika dia mengatakan "tak ada yang akan berubah", Mubarak dikira akan menjadi duplikat Sadat. Banyak kalangan masyarakat Mesir yang agak kecewa. Tapi dari berbagai keterangan dan tindakannya kemudian, terutama dalam menangani soal ekonomi, Mubarak jelas kelihatan berbeda. Dan pekan lalu, guna meyakinkan lagi bahwa dia bukan duplikat Sadat, Mubarak membebaskan 31 tahanan politik, termasuk Mohammed asanein Heykal. Mereka dipenjarakan Sadat bersama lebih 1.500 orang lainnya. September lalu. Mereka dibawa ke istana tempat Presiden Mubarak berkantor. "Ini suatu hal besar," kata Heykal kemudian. "Baru pertma kali ini seorang presiden menerima tahanan politik yang dibebaskan dan berbicara dengan mereka. " Heykal, bekas redaktur harian Al Ahram, pernah menjadi menteri penerangan di zaman Nasser. Hampir setiap komentarnya yang diterbitkan surat kabar itu menjadi berita di dunia Arab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus